PENDAHULUAN EVALUASI KEEFEKTIFAN TERAPI KOMBINASI AMOKSISILIN 375 mg

BAB I PENDAHULUAN

Penggunaan antibiotik sebagai penunjang perawatan periodontal telah lama dipraktekkan. Telah diketahui bahwa bakteri merupakan etiologi utama penyakit periodontal. Beberapa penelitian membuktikan bahwa antibiotika turut berperan dalam penyembuhan penyakit periodontal. Pendekatan dengan kombinasi obat pun dilakukan untuk mendapatkan hasil maksimal dalam perawatan penyakit periodontal. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk melihat sejauh mana keberhasilan penggunaan kombinasi antibiotik amoksisilin dan metronidazole dalam perawatan periodontal. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai alasan pemberian kombinasi amoksisilin dan metronidazole, pada bab 2 ini akan dibahas mengenai latar belakang penggunaan amoksisilin dan metronidazole sebagai penunjang perawatan periodontal. Pada bab 3 akan dibahas mengenai evaluasi pemberian kombinasi amoksisilin 375 mg dengan metronidazole 250 mg dan hasil pengukuran parameter klinis terapinya. Pada bab 4 akan dijelaskan mengenai evaluasi pemberian kombinasi amoksisilin 500 mg dengan metronidazole 250 mg dan juga hasil dari pengukuran parameter klinis terapi tersebut. Kemudian pada bab 5 akan ditutup dengan diskusi dan kesimpulan yang merupakan penjelasan dari bab-bab sebelumnya. Dengan pembahasan yang dikemukakan dan hasil evaluasi yang diuraikan pada setiap bab, diharapkan akan memberi pemahaman pada kita mengenai Universitas Sumatera Utara penggunaan kombinasi amoksisilin dan metronidazole sebagai penunjang perawatan periodontal, serta pada kasus yang bagaimana penggunaan kombinasi ini digunakan beserta dosis pemberian yang efektif. ─────║───── Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE

SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL Dasar pemikiran diindikasikannya terapi antibiotik sebagai penunjang perawatan periodontal adalah didasarkan pada kenyataan bahwa etiologi utama penyakit periodontal adalah bakteri yang dikenal sebagai plak bakteri. Beberapa spesies bakteri dapat mengadakan invasi ke jaringan ikat gingiva, akar gigi, bahkan sampai ke permukaan tulang alveolar. Bakteri yang invasi tersebut tidak dapat disingkirkan hanya dengan tindakan penskeleran dan penyerutan akar, sehingga perlu diberikan terapi antibiotik sebagai penunjang dalam perawatan periodontal.

2.1. Terapi Antibiotik Sebagai Penunjang Terapi Periodontal

1 Sehubungan dengan hal tersebut, dalam bab ini akan dibahas mengenai terapi antibiotik sebagai penunjang perawatan periodontal serta efek sinergis dan dosis kombinasi yang digunakan. Terapi periodontal bertujuan untuk mengurangi plak supra dan subgingiva serta kalkulus dengan tindakan yang tepat dan menjaga kebersihan mulut dengan melakukan penskeleran dan penyerutan akar. 2 Penyingkiran plak dan bakteri hanya dengan teknik mekanik saja biasanya kurang menunjukkan hasil maksimal dalam waktu panjang. Hal ini dikarenakan perlakuan mekanik saja tidak bisa menghilangkan etiologi primer secara tuntas sehingga bakteri-bakteri tersebut akan mengalami rekolonisasi. Untuk mencegah hal tersebut, penggunaan antibiotik pun dilakukan Universitas Sumatera Utara sebagai penunjang untuk terapi periodontal secara mekanik dalam mendapatkan peningkatan keuntungan klinis. 3 Pemberian antibiotik sangat menunjang hasil perawatan secara mekanik, karena antibiotik akan membunuh bakteri-bakteri patogen subgingiva yang masih ada pasca perawatan mekanis. 1 Penggunaan antibiotik tambahan secara sistemik dapat meningkatkan hasil perawatan periodontal karena dapat menekan patogen periodontal pada pasien yang mengalami periodontitis. 2 Namun demikian, pemilihan antibiotik yang diberikan sebagai penunjang periodontal harus didasarkan pada kerentanan bakteri yang hendak disingkirkan. Selain itu, antibiotik yang dipilih harus memiliki efek samping yang minimal, tidak umum digunakan pada perawatan medis, dan sedapat mungkin murah harganya.

2.2. Kombinasi Amoksisilin dan Metronidazole

1,4 Antibiotik yang dipilih sebagai penunjang perawatan periodontal haruslah sesuai dengan bakteri yang menjadi target. Dalam hal ini yang menjadi patokan adalah MIC minimum inhibitory concentration atau konsentrasi penghambat minimal, yaitu konsentrasi terendah dimana tidak ada pertumbuhan terlihat. Antibiotik yang dipilih juga harus cukup tinggi konsentrasinya dalam cairan sulkus gingiva CGF. Alasan penggunaan kombinasi amoksisilin dengan metronidazole dalam perawatan periodontal adalah untuk mengatasi infeksi yang melibatkan bakteri berspektrum luas. Metronidazole mencakup bakteri anaerob dan amoksisilin 1 Universitas Sumatera Utara mencakup bakteri fakultatif aerob yang terlibat dalam infeksi. 5 Penggunaan kombinasi amoksisilin dan metronidazole ini dapat menekan pertumbuhan bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Treponema denticola, Treponema forsythia, dan Fusobacterium nucleatum. 3,6 Metronidazole yang dikombinasikan dengan amoksisilin efektif terhadap perawatan kasus-kasus periodontitis lanjut, terutama yang berhubungan dengan infeksi Actinobacillus actinomycetemcomitans. 2 Penelitian lain yang dilakukan juga menunjukkan kombinasi amoksisilin dengan metronidazole dapat menahan perkembangan periodontitis kronis, dan juga meningkatkan parameter klinis penyakit secara signifikan serta mengurangi jumlah sisi yang terinfeksi Porphyromonas gingivalis, dan Prevotella intermedia. 6 Metronidazole memiliki efek oral pada mikrobiota subgingiva dan dapat menembus cairan sulkus gingiva dan saliva. Setelah beberapa kali pemberian dosis 250 mg, metronidazole dapat mencapai konsentrasi 26,7 mgml dalam cairan sulkus gingiva, dan dosis tunggal 750 mg metronidazole memberikan konsentrasi 8,7-13,8 mgml pada cairan sulkus gingiva. Amoksisilin juga sangat efektif terhadap kebanyakan patogen periodontal dan menunjukkan aktivitas antimikroba tingkat tinggi yang dicapai dalam cairan sulkus gingiva. Sehingga, kombinasi amoksisilin dan metronidazole dijadikan suatu terapi tambahan yang efektif untuk penekanan jumlah A.actinomycetemcomitans dan mengurangi jumlah P.intermedia dan P.gingivalis. 6 Universitas Sumatera Utara

2.2.1. Efek Sinergisme Antara Amoksisilin Dengan Metronidazole

Keefektifan kombinasi metronidazole dengan amoksisilin telah terbukti dalam berbagai infeksi campuran pada manusia terutama yang berkaitan dengan Actinobacillus actinomycetemcomitans pada penyakit periodontal. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan terdapat tindakan sinergis antara senyawa kombinasi tersebut terhadap A.actinomycetemcomitans. Selain itu, hydroxymetabolite dari metronidazole yang dihasilkan di dalam hati manusia juga bertindak sinergis dengan kedua senyawa. Oleh karena itu, terlihat tidak hanya dari aksi masing-masing antibiotik yang bertanggung jawab terhadap penghapusan mikroorganisme, tetapi juga tindakan sinergis antara kedua senyawa dan hydroxymetabolite yang berkontribusi terhadap kombinasi dalam campuran anaerob yang parah. 5 Tindakan sinergis antara kedua senyawa kombinasi tersebut menyebabkan konsentrasi yang rendah dari MIC sudah cukup efektif terhadap Actinobacillus actinomycetemcomitans. 5 Manfaat spesifik dalam penekanan patogen periodontal dari kombinasi antara amoksisilin dan metronidazole membuat kombinasi obat ini menjadi pilihan pertama terapi untuk penyakit periodontal yang terkait dengan Actinobacillus actinomycetemcomitans.

2.2.2. Dosis Kombinasi Antara Amoksisilin Dengan Metronidazole

7 Kombinasi amoksisilin dan metronidazole telah diusulkan sebagai rejimen yang berguna karena keberhasilannya dalam bakterisida dan meningkatkan spektral dibandingkan dengan monoterapi dari masing-masing obat tersebut. Dalam kombinasi ini metronidazole dicerna di dalam hati dimana terdapat hydroxymetabolite Universitas Sumatera Utara yang sangat efektif dari obat tersebut diproduksi dan amoksisilin bertindak sinergis pada A.actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Treponema denticola, Treponema forsythia. Selain itu, Prevotella intermedia dan Fusobacterium nucleatum menunjukkan respon terhadap kombinasi ini. Laporan-laporan tersebut memberikan bukti dan mendorong penggunaan antibiotik polifarmasi tambahan dalam perawatan periodontal. 3,5 Beberapa kelompok penggolongan penggunaan kombinasi amoksisilin dan metronidazole adalah 375 mg amoksisilin ditambah 250 mg metronidazole 3 kali sehari selama 7 hari dan 500 mg amoksisilin ditambah 250 mg metronidazole 3 kali sehari selama 7 hari. 1,2,7 ─────║───── Universitas Sumatera Utara

BAB 3 EVALUASI KEEFEKTIFAN TERAPI KOMBINASI AMOKSISILIN 375 mg

DENGAN METRONIDAZOLE 250 mg Dalam bab ini akan ditinjau mengenai hasil evaluasi terhadap perawatan periodontal yang ditunjang dengan pemberian amoksisilin 375 mg dan metronidazole 250 mg. Sebagai bahan rujukan untuk evaluasi ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Winkel EG dkk pada tahun 1998, Winkell EG dkk pada tahun 2001 serta penelitian oleh Atici,K pada tahun 2005. Pada penelitian yang dilakukan oleh Winkel EG dkk tahun 1998 digunakan sampel 22 pasien dengan diagnosis periodontitis yang berkaitan dengan Actinobacillus actinomycetemcomitans, yang terdiri dari 7 pasien laki-laki dan 15 pasien wanita dengan usia rerata 40 tahun. Syarat sampel yang ditentukan sebagai berikut adalah usia lebih dari 25 tahun, minimal mempunyai 4 saku periodontal dengan kedalaman ≥ 6 mm dan sekurang -kurangnya kehilangan perlekatan ≥ 3 mm, menunjukkan adanya perdarahan gingiva dan kehilangan tulang alveolar, tanpa ada riwayat perawatan periodontal, terdapat infeksi subgingiva dengan keterlibatan Actinobacillus actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Bacteroides forsythus, dan Prevotella intermedia, tidak terdapat abnormalitas dalam feses, juga tidak mendapat terapi antibiotika secara topikal maupun sistemik dalam jangka waktu 6 bulan sebelum penelitian dimulai, tidak dalam keadaan hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan, tidak memiliki penyakit sistemik seperti diabetes, 2,8,9 Universitas Sumatera Utara terinfeksi HIV, periodontitis nekrosis akut, tidak menggunakan obat anti inflamasi non steroid, obat kumur dan status merokok juga diperhitungkan. 21 23 35 2,8 Penelitian dilakukan dengan mengamati perkembangan sampel yang dimulai dari keadaan awal, yaitu menanyakan persetujuan, melakukan pengukuran klinis pada keadaan awal, melihat sampel bakterinya dan memulai melakukan terapi inisial yang dilakukan dari hari -0 sampai dengan minggu ke-21, kemudian minggu ke-21 hingga minggu ke-23 dilakukan wawancara, pengukuran klinis, melihat sampel bakteri dan perawatan amoksisilin 375mg + metronidazole 250 mg. Pada minggu ke-23 dilakukan wawancara ulang untuk menanyakan perkembangan objek dan setelah pemberian amoksisilin + metronidazole. Setelah itu, pada minggu ke-35 pasien- pasien dipanggil kembali untuk dilakukan pengukuran klinis, dan melihat sampel bakteri. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar berikut : Keadaan awal Setelah terapi inisial Setelah A + M minggu persetujuan wawancara wawancara pengukuran klinis pengukuran klinis pengukuran klinis sampel bakteri sampel bakteri sampel bakteri mulai terapi inisial obat-obatan Gambar 1 : garis besar penelitian Winkel EG dkk. Additional Clinical and Microbiological Effects of Amoxicillin and Metronidazole After Initial Periodontal Therapy. J Clin Periodontal 1998, hal: 858 Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian yang dilakukan Winkel EG dkk ini akan dilampirkan dalam tabel berikut : Tabel 1. Rata-rata Parameter Klinis dan Standar Deviasi pada Keadaan Awal, Setelah Terapi Inisial IT dan Setelah Terapi Amoksisilin + Metronidazole AM pada 22 sampel Winkel EG dkk. J Clin Periodontal. 1998, hal : 859 N=22 Keadaan awal SD I Terapi inisial SD II Setelah AM SD III WILCOXON I versus II II versus III I versus III IPL O,50,5 0,10,2 0,30,4 0,002 0,02 0,004 IP 1,60,4 1,20,5 0,70,5 0,001 0,002 0,001 IS 0,60,3 0,30,3 0,0 0,001 0,001 0,001 IKS 8,11,2 6,71,0 5,60,9 0,001 0,001 0,001 LPK 8,61,5 7,51,4 6,61,2 0,001 0,001 0,001 N = jumlah total pasien; IPL: indeks plak; IP: indeks perdarahan; IS:indeks supurasi; IKS: kedalaman saku; LPK: level perlekatan klinis; p0,001: nilai perbedaan signifikan pada KA,setelah IT dan setelah AM Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara indeks plak terdapat perbedaan pada keadaan awal namun tidak signifikan, setelah terapi inisial, dan setelah pemberian amoksisilin+ metronidazole. Untuk indeks perdarahan terdapat perbedaan yang signifikan antara keadaan awal dengan setelah terapi inisial dan setelah pemberian amoksisilin + metronidazole P 0,001. Untuk indeks supurasi terdapat perbedaan yang signifikan pada keadaan awal jika dibandingkan dengan setelah pemberian kombinasi amoksisilin + metronidazole, dan setelah terapi inisial jika dibandingkan dengan setelah pemberian kombinasi P 0,001. Untuk indeks kedalaman saku, perbedaan signifikan terdapat pada keadaan awal jika dibandingkan dengan setelah terapi inisial dan setelah pemberian amoksisilin + metronidazole dan juga pada setelah terapi inisial jika dibandingkan dengan setelah pemberian amoksisilin + metronidazole. Untuk level perlekatan klinis terdapat perbedaan yang Universitas Sumatera Utara signifikan antara keadaan awal, setelah terapi inisial, dan setelah pemberian kombinasi amoksisilin + metronidazole P 0,001. 8 Pada penelitian lain yang dilakukan Winkel EG dkk pada tahun 2001 digunakan 49 sampel dengan diagnosis periodontitis kronis generalisata yang parah. Sampel dikelompokkan dalam dua kelompok yang dipilih secara acak, yaitu : 26 orang merupakan kelompok kontrol P dengan usia rerata 40 tahun dan 23 orang merupakan kelompok uji T dengan usia rerata 45 tahun. Penelitian klinis yang dilakukan merupakan randomized double blind, placebo-controlled, parallel study dan dievaluasi mulai dari awal penelitian sampai jangka waktu 6 bulan. Pengukuran klinis dan pemeriksaan mikrobiologis dimulai pada awal hari ke- 0 dan 3 bulan setelah terapi periodontal dengan pemberian antibiotik maupun placebo. Setelah kunjungan awal, pasien datang kembali untuk skeling dan penyerutan akar, yang dilakukan selama 1 jam dalam 3 sampai 6 kali kunjungan, dengan anestesi lokal jika diperlukan. Pada setiap kali kunjungan, langkah-langkah untuk kebersihan mulut diulang kembali. Sekitar 6 minggu setelah kunjungan skeling dan penyerutan akar terakhir, pasien- pasien dipanggil kembali untuk pemeriksaan secara menyeluruh dimana skeling dan penyerutan akar dilakukan pada sisi dengan kedalaman saku ≥ 3 mm dan sisi yang menunjukkan perdarahan pada probing. Kemudian pengukuran kebersihan rongga mulut diulang kembali. Pada hari yang sama, pasien secara acak menerima antibiotik berupa amoksisilin 375 mg yang dikombinasikan dengan metronidazole 250 mg atau menerima tablet placebo yang dikonsumsi setiap 8 jam selama 7 hari berikutnya. Pasien diberitahu untuk tidak mengkonsumsi alkohol selama masa perawatan. Pasien – pasien tersebut diminta 2 Universitas Sumatera Utara datang kembali untuk dipantau sampai 3 bulan setelah penyelesaian perawatan. Pasien-pasien juga diminta mengembalikan sisa obat untuk memeriksa kepatuhan. N = 49 Grup 2 Hasil penelitian yang dilakukan Winkel EG dkk tahun 2001 ini akan dilampirkan dalam tabel-tabel dan grafik berikut : Tabel 2. Rata-rata ± SD Parameter Klinis pada Kelompok Placebo dan Kelompok Pengujian untuk Keadaan Awal KA dan Setelah Terapi ST Winkel EG dkk. J Clin Periodontal. 2001, hal: 299 n IPL IP LPK IKS sisi IKS ≥ 5mm KA ST KA ST KA ST KA ST KA ST placebo 26 0,9 0,4 0,3 0,2 0,8 0,2 0,4 0,1 4,0 1,3 3,6 1,1 4,4 0,5 3,4 0,5 44,6 11,4 20,9 12 TS pengujian 23 1,0 0,4 0,4 0,3 0,8 0,2 0,2 0,1 3,9 1,1 3,2 1,0 4,4 0,6 3,0 0,4 43,8 16,8 12,0 10,3 N : jumlah total pasien; n: jumlah pasien kelompok placebo dan kelompok pengujian; IPL: Indeks plak; IP: indeks perdarahan; LPK : Level perlekatan klinis; IKS: kedalaman saku; : perubahan signifikan dari keadaan awal p 0,05; : perbedaan signifikan antara kedua kelompok setelah terapi p 0,05; TS : tidak signifikan Dari tabel 2 ini dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut : untuk indeks plak terdapat perbedaan signifikan antara keadaan awal dan setelah terapi pada kedua grup P 0,05. Namun, antara grup kontrol dan grup uji terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada keadaan setelah terapi. Untuk indeks perdarahan, perbedaan signifikan terdapat pada kedua grup jika dibandingkan dengan keadaan awal serta pada perbandingan kedua grup P 0,05. Untuk level perlekatan klinis perbedaan signifikan hanya terdapat pada keadaan setelah terapi antara grup kontrol dan grup Universitas Sumatera Utara uji. Untuk indeks kedalaman saku, terdapat perbedaan signifikan pada kedua grup saat dibandingkan dengan keadaan awalnya dan juga terlihat pada keadaan setelah terapi antara kedua grup saat dibandingkan. Demikian juga pada sisi IKS ≥ 5 mm, terdapat perbedaan signifikan saat dibandingkan dengan keadaan awalnya pada kedua grup dan juga pada perbandingan kedua grup P 0,05. N = 49 Grup 2 Tabel 3. Rata-rata ±SD Perubahan Kedalaman Saku IKS dan Level Perlekatan Klinis LPK pada Berbagai Kategori Kedalaman Saku Inisial Kelompok Placebo dan Kelompok Pengujian Setelah Terapi Winkel EG dkk. J Clin periodontal. 2001, hal: 299 IKS inisial n Efek terapi pada IKS Efek terapi pada LPK 0-3 mm 4-6 mm ≥ 7 mm 0-3 mm 4-6 mm ≥ 7 mm placebo 26 0,110,19 1,370,36 2,460,89 -0,310,29 0,680,44 1,460,70 P =0,002 P=0,005 P=0,012 P=0,04 TS P=0,015 pengujian 23 0,270,14 1,720,42 3,180,92 -0,140,32 0,880,38 1,970,79 N: jumlah total pasien; n: jumlah pasien kelompok placebo dan kelompok pengujian; : perbedaan signifikan antara kelompok placebo dan kelompok pengujianMann-whitney U-test; TS : tidak signifikan; p 0,05: nilai perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Dari tabel 3 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : untuk indeks kedalaman saku terdapat perbedaan yang signifikan antara grup kontrol dan grup uji pada setiap parameter yang diukur P 0,05. Sedangkan untuk level perlekatan klinis perbedaan signifikan antara kedua grup hanya terdapat pada pengukuran dengan parameter 0-3 mm P = 0,04 dan pada parameter ≥ 7 mm P = 0,015. 2 Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Jumlah Pasien dengan Keterlibatan Patogen Periodontal Subgingival dan Rata-rata ±SD Persentase Pasien yang Positif Kelompok Placebo dan Kelompok Pengujian pada Keadaan Awal KA dan Setelah Terapi ST Winkel EG dkk. J Clin Periodontal.2001, hal: 300 N= 49 grup Aa Pg Bf Pi Pm Fn KA ST KA ST KA ST KA ST KA ST KA ST Placeb o 0,8 1,0 0,3 0,4 39,9 24,4 18,6 14,4 10,4 9,4 10,7 9,8 4,4 5,6 3,4 4,3 8,1 9,9 6,5 5,9 8,7 11,6 6,1 7,9 n=26 5 3[1] 13 11[2] 22 16[2] 24 18[1] 15 13[8] 22 20[4] TS TS Pengu jian 4 13 3 19 3[1] 19 9[1] 18 10[1] 21 19[2] n=23 0,6 0,4 25,0 22,9 10,6 8,4 7,5 7,9 3,0 4,0 4,5 6,3 4,1 7,1 6,4 7,1 7,9 8,2 3,8 3,1 3,9 3,7 Aa: A.actinomycetemcomitans; Pg: P.gingivalis; Bf: B.forsythus; Pi: P.intermedia; Pm:P.micros; Fn: F.nucleatum; N: jumlah total pasien; n: jumlah pasien kelompok placebo dan kelompok pengujian; []: jumlah pasien kultur negatif pada keadaan awal dan positif setelah terapi; : perubahan signifikan dari keadaan awalp0,05; : perbedaan signifikan kedua kelompok p0,05; TS: tidak signifikan Tabel ini menggambarkan mengenai efek mikrobiologis penggunaan kombinasi amoksisilin dengan metronidazole terhadap beberapa patogen periodontal . Dari tabel ini dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengurangan yang signifikan terhadap bakteri P.gingivalis, B.forsythus, dan P.intermedia pada kelompok pengujian saat dibandinngkan dengan keadaan awal P 0,05 . Dari tabel di atas juga dapat terlihat adanya perbedaan yang signifikan terhadap bakteri P.gingivalis, B.forsythus, dan P.micros dari perbandingan kedua kelompok P 0,05 . Penelitian serupa dilakukan oleh Atici. K, Hakki S pada tahun 2005, pada penelitiannya, mereka memilih sampel yang secara klinis dan radiografi menderita periodontitis agresif. Sebanyak 31 pasien terdiri dari 18 orang wanita dan 13 orang laki-laki dikelompokkan secara acak ke dalam 2 kelompok berdasarkan perlakuan yang diberikan, yaitu : 16 orang dengan umur rerata 29 ± 5,22 tahun dimasukkan dalam grup AgP1 yang hanya menerima perlakuan perawatan non bedah dan 15 2 Universitas Sumatera Utara orang dengan usia rerata 27 ± 5,3 tahun dimasukkan ke dalam grup AgP2 dan menerima perlakuan perawatan non bedah serta diberikan kombinasi amoksisilin 375 mg + metronidazole 250 mg 3x sehari selama 7 hari. 9 Penelitian dilakukan dengan cara mengukur CGF pada keadaan awal untuk kedua grup. Kemudian dilakukan instruksi kebersihan mulut dan melakukan skeling dan penyerutan akar pada AgP1 serta pemberian amoksisilin + metronidazole pada AgP2 3x sehari sebelum skeling dan penyerutan akar. 3 minggu kemudian, sampel CGF diambil dan dilakukan pengukuran pada setiap parameter klinis. Kelompok 9 Hasil dari penelitian Atici, K dan Hakki, S ini akan dilampirkan dalam tabel berikut: Tabel 5. Data Parameter Klinis rata-rata ± standar deviasi. Kubra ATICI, DDS,PhD dan Sema S. HAKKI, DDS, PhD. Arastirma.2005, hal: 61 Waktu Indeks plak SM Indeks plak AC Kedalaman saku SM Kedalaman saku AC AgP1 Keadaan awal 0,76±0,53 0,72±0,62 4,40±0,25 4,50±0,25 Non-bedah 0,50±0,29 0,38±0,34 4,03±0,33 4,18±0,43 AgP2 Keadaan awal 0,69±0,30 0,59±0,16 4,20±0,52 4,30±0,34 Antibiotik 0,30±0,19 0,25±0,03 2,29±0,28 2,45±0,24 Non bedah 0,05±0,05 0,03±0,04 2,00±0,53 1,97±0,57 kontrol Keadaan awal 0,13±0,05 0,12±0,09 1,43±0,30 1,34±0,34 AgP 1 : pasien periodontitis agresif yang menerima perlakuan non bedah saja; AgP2 : pasien yang menerima amoksisilin +metronidazole; SM : seluruh mulut; AC : area contoh. Dari tabel ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kombinasi amoksisilin dan metronidazole sangat menunjang perawatan periodontal. Dari tabel ini dapat terlihat adanya penurunan yang signifikan untuk setiap parameter klinis yang diukur pada kelompok AgP2 jika dibandingkan dengan kelompok AgP1 dan kelompok kontrol. 9 Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Data Parameter Klinis rata-rata ± standar deviasi . Kubra ATICI, DDS,PhD dan Sema S. HAKKI, DDS, PhD. Arastirma.2005, hal: 61 Kelompok Waktu Indeks perdarahan SM Indeks perdarahan AC AgP1 Keadaan awal 2,40±0,45 2,34±0,72 Non bedah 1,92±0,57 1,70±1,21 AgP2 Keadaan awal 2,52±0,45 2,75±0,57 Antibiotik 1,40±0,52 0,90±0,8 Non bedah 0,56±0,42 0,26±0,12 kontrol Keadaan awal 0,61±0,49 0,54±0,07 AgP 1 : pasien periodontitis agresif yang menerima perlakuan non bedah saja; AgP2 : pasien yang menerima amoksisilin +metronidazole; SM : seluruh mulut; AC : area contoh. Dari data tabel 5 tersebut dapat ditarik kesimpulan, yaitu : terlihat adanya penurunan yang signifikan untuk indeks perdarahan yang diukur pada kelompok AgP2 p0,05 dibandingkan pada AgP1 dan kelompok kontrol p0,05. 9 ─────║───── Universitas Sumatera Utara

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN TERAPI KOMBINASI AMOKSISILIN 500 mg