dilihat keberadaan  ashram belakangan ini juga kalau di Jawa hal ini sudah dikenal baik  oleh masyarakat Hindu.
20
4. Kegiatan Sanggar Tari Bali di Pura Raditya Dharma
Kesenian dalam perspektif Hindu di Bali  yang universal
identik dengan kehidupan religi masyarakatnya  sehingga mempunyai kedudukan  yang sangat mendasar. Para penganutnya dapat
mengekspersikan keyakinan terhadap Hyang Maha Kuasa. Maka banyak muncul kesenian  yang dikaitkan dengan pemujaan  tertentu
atau sebagai pelengkap pemujaan tersebut.  Upacara di pura-pura tempat suci tidak lepas dari seni suara, karawitan, seni lukis, seni
rupa dan sastra.  Candi-candi dan pura-pura di bangun sedemikian rupa  sebagai ungkapan rasa estetika, etika dan sikap religius dari
pengamat Hindu di Bali. Pregina penari dalam semangat ngayah bekerja tanpa pamrih mempersembahkan tarian sebagai wujud
Bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa Tuhan yang Maha Esa
20
Ketut Subagiasta, Siksa dan Jnana, Surabaya: Paramita: 2006, h. 122
bhakti dan pengabdian sebagai wujud kerinduan ingin bertemu dengan sumber seni itu sendiri.
21
Tari Bali diciptakan  penciptanya berdasarkan insting  atau naluri dalam berkesenian . Apakah dengan meniru gerakan manusia ,
air, pohon, dan sebagainya,  sehingga terangkum dalam gerakan yang mempunyai nilai seni.  Pada masyarakat berkebudayaan tinggi  serta
menjunjung nilai-nilai religius  agraris dan mistis  seperti da Bali, gerakan tari disertai aksen-aksen tertentu  yang berkekuatan ghaib. Di
sertai banten-banten dan mantra-mantra tertentu untuk mengundang kekuatan sekala dan niskala., sehingga mendukung dan menjunjung
kesakralan tarian tersebut. Sakral atau tidaknya tarian atau pertunjukkan seni  dapat diukur dengan beberapa kategori umum ,
yaitu tari sakral  atau pertunjukkan seni sakral  tidak pernah diupah atau di sewa untuk pertunjukkan hiburan  atau komersial.
Yang Menarik dari  Pura Raditya Dharma ini adalah adanya Sanggar Tari Bali. Kegiatan ini  ada karena  merupakan bagian dari
pengamalan ajaran agama. Karena memuji Tuhan tidak hanya melalui pujian-pujian atau melalui sembahyang saja,  namun juga bisa melalui
seni lagu-lagu kekiduan namanya, juga melalui gerakan dalam sebuah
21
Perspektif Hindu dalam Tari Bali dan Tari Pendet, artikel diakset dari www.google.com
pada 18 Juli 2010
tarian. Adapun kegunaan di bentuknya sanggar tari Bali, tari Bali ini juga bisa dipakai untuk mengiringi upacara-upacara keagamaan umat
Hindu, dan sering di pentaskan dalam acara tersebut.  Sanggar Tari Bali ini  dinaungi oleh Yayasan Umat Hindu yang ada di Cibinong,
dan saat ini di ketua oleh Bapak I Nyoman Tatat.  Sedangkan  pelatih dari Tari Bali  yang ada di Pura Raditya Dharma adalah Wayan
Arnawa beserta Istri,   sedangkan  pelatih penabuhnya adalah I Gede Dharmayasa. Sedangkan pembinanya  I Nyoman Susila sendiri, selaku
pemangku di Pura Raditya Dharma ini.   Dalam kegiatan Sanggar tari Bali ini tidak hanya diikuti oleh  umat Hindu saja tetapi diikuti oleh
umat lain di luar umat Hindu. Karena dalam agama Hindu dikenal adanya  Tritakarana, yaitu hubungan manusia dengan Tuhannya,
hubungan manusia dengan alam sekitar, dan hubungan manusia dengan sesama. Dalam hal ini hubungan manusia dengan sesamanya
yaitu menjaga kerukunan dengan semua orang. Maka melalui kegiatan tari bali inilah kiranya dapat  mempererat tali  kerukunan
antar umat beragama.  Selain dari pada itu tari Bali di nilai sangat unik dan di sebut sebagai tarian warisan bangsa  karena selain nilai
budayanya yang sangat  kental, juga  merupakan tari yang sudah sangat populer bukan hanya di daerah asalnya yaitu Bali, tetapi  juga
sudah merupakan bagian dari budaya Indonesia. Atas dasar itulah banyak sekali yang belajar tari Bali ini dari kalangan dan umat yang
beragam  di Sanggar Tari Bali Pura Raditya Dharma
22
22
Wawancara pribadi dengan I Nyoman Susila pada tanggal 13 Juli 2010
BAB III PERAN SENTRAL PEMANGKU DALAM MEMBIMBING UMAT HINDU
A.  Memimpin Umat Untuk Mencapai Kebahagiaan Lahir Batin 1. Pemangku Sebagai Guru Rohani Membimbing Umat Hindu
Sudah menjadi kewajiban  seorang pemangku atau pinandita untuk membimbing umat untuk meningkatkan kesucian diri.  Karena
bagi umat seorang pemangku memegang peranan yang sangat penting dan bersifat penentu di dalam setiap keagamaan. Umat
melihat bahwa pemangku  setiap hari mengadakan sembahyang, memuja kebesaran sang Hyang Widhi  memohon keselamatan dan
kesejahteraan untuk masyarakat, maka umat mempunyai keyakinan penuh masalah kesucian itu. Para Pemangku merupakan ujung
tombak  dalam membina umat Hindu. Karena itu perlu diberikan bimbingan dari segi kesucian  dan bekal dari segi kemampuan  dalam
melaksanakan tugas. Untuk mewujudkan hal tersebut sangat tergantung  sekali  kepada faktor mental  orang tersebut.   Dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan saja tidaklah cukup  namun ada yang lebih penting dari semuanya itu  yaitu realisasi pengamalan
hidup dalam masyarakat  sikap kita terhadap sesama,  dan selalu ingat