Struktur Kepengurusan Pada Pura Raditya Dharma Cibinong Kegiatan Pemangku di Pura Raditya Dharma Cibinong Bogor Kegiatan Keagamaan dan Sosial di Pura Raditya Dharma

Akhirnya pada tahun 2001 direnovasi kembali untuk yang ketiga kalinya dengan menggunakan pasir meleleh. Pasir meleleh adalah pasir laut yang di campur dengan semen yang di tata rapi seperti pura-pura yang ada di Bali. Dan tampaklah pura ini begitu megah karena sudah diperlebar dan di perluas ke kiri dan ke kanannya, yang luas keseluruhannya mencapai 1.300 M. Pura ini di bangun diatas lahan negara. Dan sampai hari ini yang menyokong Pura Raditya Dharma di daerah Cibinong sudah mencapai 200 KK . 15

3. Struktur Kepengurusan Pada Pura Raditya Dharma Cibinong

Dalam kepengurusan Pura, umat Hindu biasa menyebutnya dengan nama pengempon. Yang dimaksud dengan pengempon pura dalam hal ini adalah kelompok umat yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan pura baik secara fisik atau non fisik dari pura tersebut. 15 Wawancara pribadi dengan I Nyoman Susila, tanggal 13 Juli 2010 Adapun Bagan strukturnya seperti berikut ini : KETUA WAKIL KETUA SEKRETARIS BENDAHARA KETUA SUKADUKA HINDU DHARMA KAB.BOGOR PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA SIE. KEAGAMAAN SIE. KEPENDIDIKAN SIE, KEPEMUDAAN

4. Kegiatan Pemangku di Pura Raditya Dharma Cibinong Bogor

Kegiatan Pemangku di Pura Raditya Dharma ini seperti diungkapkan oleh Pemangku I Nyoman Susila bahwa cukup banyak. Oleh karena itu di bagi tugas dalam setiap kegiatannya. Jumlah Pemangku di Pura ini seluruhnya berjumlah 6 enam orang. Namun satu-satunya Pemangku yang tinggalnya bersebelahan dengan Pura Raditya Dharma ini adalah I Nyoman Susila. Kegiatan beliau selain sebagai Pemangku di Pura Raditya Dharma ia juga menjabat sebagai Pegawai Tetap Departemen Agama RI sebagai Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu di Jakarta Pusat. Di samping sebagai Pegawai DEPAG, beliau juga duduk di Lembaga Keagamaan Majelis Agama Hindu sebagai Sekretaris Majelis Agama Hindu yang di sebut Parisada Hindu Dharma Kabupaten Bogor. Mengingat hal tersebut di atas maka Pemangku di Pura ini silih bergantian membimbing umat dan pada akhirnya bisa di harapkan memberikan nuansa positif dan ketenangan batin seraya bisa bersembahyang dengan damai dan tenteram yang di bimbing oleh seorang Pemangku. Dan inilah yang diharapkan oleh umat hindu itu sendiri jika beribadah di Pura Raditya Dharma ini.

5. Kegiatan Keagamaan dan Sosial di Pura Raditya Dharma

Pemangku yang ada di Pura Raditya Dharma ini menjadi pimpinan dalam melaksanakan upacara yadnya yang dilaksanakan di Pura ini. Karena pura Raditya Dharma ini adalah pura yang besar, maka kegiatan keagamaan yang dilakukan cukup beragam. Dari memimpin sembahyang pada pagi hari, siang, dan sore hari aktifitas inipun berlanjut karena di Pura ini ada sekolah keagamaan umat Hindu atau STAH Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Rawamangun Jakarta yang membuka cabang di sebelah Pura ini. Adapun kegiatan sosial yang dilakukan umat hindu di Kecamatan Cibinong ini melakukan dana punya ke Panti Asuhan, maupun kerjabakti sosial ke masyarakat sekitar pura. 16 Dalam agama Hindu kegiatan dana punya adalah upaya positif untuk memberikan bantuan atau sumbangan berupa material atau sejenisnya kepada para umat Hindu yang membutuhkannya. Salah satunya di lakukan di Panti Asuhan. Oleh karena di tempat itu ada banyak umat yang di asuh, di bina, di tuntun oleh para pengelolanya untuk bisa melanjutkan hidupnya termasuk juga kegiatan belajar agama Hindu. Panti asuhan adalah salah satu bentuk atau wadah 16 Wawancara pribadi dengan I Nyoman Susila pada tanggal 13 Juli 2010 untuk membina umat Hindu menuju peningkatan kualitas diri. Hal ini juga menjadi bagian bentuk kepedulian para umat hindu dalam hal ini para pemuda Hindu. Model lainnya selain dari pada Panti Asuhan, bisa saja berupa yayasan yang di upayakan oleh umat Hindu untuk menampung para generasi muda yang yatim, yatim piatu, anak yang cacat, anak yang terlantar, anak yang miskin, orangtua jompo, orang yang lemah fisiknya dan sebagainya. Bila para umat Hindu memiliki kepedulian terhadap kegiatan ini berarti adanya nilai kemanusiaan , nilai prihatin, serta kesusuilaan bagi umat hindu itu sendiri. Jadi perannya di sini adalah turut membantu dari pendidikan, bantuan ceramah agama Hindu, bantuan dana, serta bantuannya yang bernilai sangat positif. 17 Adapun kegiatan sosial yang lain yang dilakukan umat Hindu adalah melakukan kerja Bakti di Pura. Kerja bhakti di Pura merupakan kegiatan cinta dan peduli terhadap suasana, kondisi, serta keberadaan suatu pura. Wujud kecintaan umat Hindu terhadap tempat sucinya dapat dilakukan dengan melakukan kerja Bhakti, melakukan kebersihan, melakukan perbaikan, melakukan penanaman bunga dan perindang lainnya untuk menghijaukan lingkungan Pura. Adapun 17 Ketut Subagiasta, Siksa dan Jnana, Surabaya: Paramita: 2006, h. 123 kegiatan sosial yang lain adalah membantu masyarakat yang tertimpa bencana alam gempa bumi, bencana banjir, bencana gunung meletus, bencana tanah longsor, bencana angin ribut, bencana tabrakan kereta apimobil dan yang sejenis lainnya. Upaya memberikan pertolongan kepada khalayak umum adalah perilaku susila dan terpuji bagi semua insan di dunia ini. Wujud bantuan sosial kepada masyarakat yang tertimpa bencana dapat di lakukan dengan cara memberikan bantuan berupa pakaian, makanan, uang, bantuan tenaga, bantuan ide atau pemikiran positif untuk memberikan solusi terbaik terhadap masalah yang dihadapinya. Semua jenis kegiatan itu selain bernilai relawan, bernilai persembahan atau yajna, bahwa hal itu adalah perilaku susila atau Subhakarma. Kebaikan itu akan mendatangkan kebaikan juga bagi pelakunya. Tidak ada salahnya umat Hindu berlaku baik kepada insan manusia di dunia ini, yang pada akhirnya juga dapat berpahala kebaikan. Umat Hindu meyakini bahwa berbuat kebaikan maka akan mendatangkan karma kebaikan. Hal ini telah di ajarkan dalam ajaran Yajna, Kharmapala, ajaran susila, ajaran sradda , ajaran bhakti, serta ajaran suci lainnya dalam agama Hindu. 18 18 Ibid., h. 125 Selain itu juga yang tak kalah pentingnya adalah kegiatan di Pura Raditya Dharma ini melakukan Pasraman Brahmacarya. Pasraman Brahmacarya artinya menggalang kelompok belajar dalam masyarakat Hindu untuk di tuntun menuju peningkatan kualitas belajar agama Hindu serta materi lainnya yang terkait dengan ilmu pengetahuan, seni , dan teknologi. Kegiatan ini adalah sebagai bentuk dari umat Hindu untuk selalu belajar dan berguru untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. 19 Dalam penerapan sistem belajar pada pasraman Brahmacarya ini maka wajib ada penuntun suci berupa Dang Acarya atau guru kerohanian, yang memiliki tugas spiritual atau tugas kesucian, guna menuntun mendampingi, mengawasi, memberikan keteladanan, serta panutan lainnya secara teori maupun praktis. Sistem ini memerlukan tempat khusus sebagai tempat tetap untuk melakukan kegiatan belajar dan Praktek keagamaan Hindu. Jadi tempat khusus itu berupa Ashram atau Pasraman, sejenis padepokan. Dalam masyarakat Hindu di Bali lebih populer dengan istilah serka Pasantian. Jadi ashram ini adalah secara khusus sebagai tempat belajar bagi umat Hindu tanpa memandang usia dan kedudukan sosialnya. Jika di Bali ada banyak 19 Wawancara pribadi dengan I Nyoman Susila pada tanggal 13 Juli 2010 dilihat keberadaan ashram belakangan ini juga kalau di Jawa hal ini sudah dikenal baik oleh masyarakat Hindu. 20

4. Kegiatan Sanggar Tari Bali di Pura Raditya Dharma