BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Para pemuka agama seperti Kyai dalam agama Islam, Pendeta dalam agama Kristen, Bhikkhu dalam agama Budha, maupun Pemangku
dalam agama Hindu, sepak terjang maupun keberadaannya sangat sentral sekali terhadap setiap umatnya, karena peranannya yang sangat
penting terhadap kehidupan agamanya terlebih dalam hal pelaksanaan ibadah atau ritual keagamaan yang bersifat sakral dan suci. Seakan tak
dapat di pungkiri lagi, tanpa keberadaannya, di tengah-tengah umat bisa jadi kegiatan-kegiatan yang bersifat sakral tersebut tidak akan dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Agama Hindu yang ajaran dan pelaksanaan ibadahnya lebih banyak berupa upacara-upacara
persembahan, tak terkecuali sangat membutuhkan keberadaan seorang rohaniawan untuk membantu pelaksanaan ritual-ritual tersebut.
Rohaniwan dalam agama Hindu yang bertugas secara langsung mengantarkan suatu upacara di kenal dengan berbagai nama. Di lihat
dari tingkat penyuciannya umumnya hanya di bedakan atas dua golongan yaitu rohaniwan yang tergolong Dvijati dengan sebutan
Pandita. Dan rohaniwan yang tergolong Ekajati dengan sebutan Pemangku.
1
Pemangku adalah seorang yang telah mencapai kesucian diri lahir batin melalui proses ritual, Pemangku digolongkan sebagai
orang yang mempunyai kedudukan mulia di dalam masyarakat Hindu. Tugas dan kewajiban seorang Pemangku setiap harinya adalah dalam
hubungan dengan pembinaan kehidupan beragama, pemangku bertugas untuk menuntun umat dalam menciptakan ketertiban dan kehidmatan
pelaksanaan upacara di pura tempatnya bertugas, serta mengatur persembahyangan, maupun mengatur sajen yang akan di persembahkan.
Di luar kegiatan upacara di pura, Pemangku bertugas untuk menjaga dan memelihara kelestarian dan kesuian pura.
2
Pemangku adalah seorang yang sangat dihormati dan dipatuhi oleh umatnya, karena kedudukannya yang tinggi di dalam masyarakat
Hindu. Selain itu juga karena Pemangku merupakan sebagai sesepuh bagi masyarakat Hindu yang selalu memberikan pelayanan membantu
melaksanakan upacara-upacara keagamaan serta menuntun dan
1
Departemen Agama, I Gst. MD Ngurah et al, Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi,
Surabaya: PARAMITA, 1999, cet. I, h. 162
2
Ibid., h. 172
membimbing umat dalam mengajarkan ajaran agama maupun dalam pelaksanaan dharma dalam kehidupan sehari-hari.
Pemangku juga diharuskan menjaga kebersihan lahiriah dan kesucian diri bathiniah dengan cara setiap pagi mapeningan dan sudah
selayaknya mempunyai perlengkapan pemujaan seperti sebuah dulang yang diatasnya ada genta, tempat dupa, pasepan, sangku, sesirat, dan
daun lalang, caratan tempat air bersih, botol tetabuhan canting dan bunga. Sebuah kekasang, dan sebuah ganitri.
3
Adapun kewajiban yang diberikan kepada seorang Pemangku untuk membantu dan membimbing umatnya dalam melaksanakan ajaran
agama Hindu adalah yaitu memimpin umat dalam hidupnya untuk
mencapai kebahagiaan lahir batin. Juga dalam hal memimpin berbagai macam upacara dan menentukan tingkat upacara yang berhubungan
dengan Panca Yadnya, nganteb upacara-upacara pada kahyangan yang di amongnya, dapat ngeloka para sraya sampai dengan madudus alit,
sesuai dengan tingkat pawitenannya dan juga atas panugrahan sulinggih. Dan waktu melaksanakan tugas agar berpakaian serba putih, dandanan
rambut wenang agotra, berambut panjang, anyondong, menutup kepala
3
Pura Simbolis Kesucian dan Keagungan Tuhan, artikel di akset dari www.google.com
pada 16 Juli 2010
dengan destar juga menyelesaikan upacara rutin di dalam pura dengan ngantebmasehe serta memohon tirta kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi dan bhatara bhatari yang malinggih atau yang di istanakan di pura tersebut termasuk upacara yajna membayar kaul dan lain-lain.
4
Sarana yang digunakan oleh Pemangku dalam melaksanakan kegiatannya adalah di Pura. Karena Pura sebagai pusat kegiatan
keagamaan umat Hindu yang dianggap tempat suci dan sakral. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, Pura juga bisa digunakan dalam
kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan Hindu seperti kegiatan belajar-mengajar, mahasaba, belajar menari, kegiatan sosial
kemasyarakatan dan lain-lainnya. Di dalam Pustaka Tutur Kasuskman di jelaskan secara gamblang
bahwa Pemangku adalah perwujudan Sanghyang Dharma. Pemangku menjadi panutan umat Hindu karena kebenaran telah menjiwai dirinya.
Nilai kebenaran Dharma pada diri seorang Pemangku sangat meresap di hati umat Hindu sehingga apa yang dikatakan dan ditetapkan oleh
Pemangku maka dijadikannya perkataan dan ketetapannya itu sebagai pegangan hidup yang tidak boleh dilanggar. Dengan demikian peran
4
Departemen Agama, I Gst. MD Ngurah et al, Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi,
Surabaya: PARAMITA, 1998, cet. I, h. 170
Pemangku menjadi sentral dari pada tata keagamaan dan juga dalam aktivitas agama Hindu. Seorang Pemangku merupakan panutan umat
Hindu. Ia bertanggungjawab penuh terhadap kegiatan yang dilakukan di pura, membimbing dan memimpin umat menuju ke arah yang lebih baik
dalam sikap dan perbuatan, juga memberi wawasan pencerahan bagi umat merupakan bagian dari salah satu tugasnya.
5
Di daerah yang tidak jauh dari Penulis di ketahui ada sebuah Pura yang besar , yang jaraknya kurang lebih 15 KM dari tempat tinggal
Penulis yang bernama Pura Raditya Dharma. Dan penulis mencoba menelitinya dari berbagai sudut dan akan di tuangkan dalam skripsi ini.
Oleh karena alasan-alasan tersebut di atas, sehingga membuat penulis tertarik untuk membahas tentang Pemangku yang lebih khususnya lagi
adalah mengenai “ Peran Sentral Pemangku Dalam Agama Hindu” Studi kasus Pada Pura Raditya Dharma Cibinong Bogor.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah