Hal ini dapat dipahami bahwa jika seseorang sudah tidak lagi memikirkan harta dunia, maka ia akan konsen dan terasa lebih
tenang di dalam dirinya sehingga akan berdampak baik di dalam peribadatannya, khususnya dalam memimpin dan membimbing
umat Hindu dalam setiap kegiatan keagamaannya.
3. Wewenang Seorang Pemangku Seorang Pemangku atau yang biasa disebut dengan Pinandita
di beri wewenang sama seperti halnya dengan seorang Pandita seperti memimpin dan melaksanakan upacara kematian. Acara kematian pun
tidak semua daerah sama tatacara pelaksanaanya. Pemangkulah yang biasanya mengetahui tata cara yang harus di lakukan. Sesuai dengan
keputusan Seminar kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek agama Hindu bahwa seorang Sulinggih, PanditaPemangku berwenang
dalam menyelesaikan segala upacara Panca Yajna yang dilaksanakan oleh umat Hindu. Kewenangan ini tidak terbatas pada upacara yang
bersifat rutin maupun persembahan, melainkan juga termasuk penyelesaian upacara yang bermakna mengesahkan seperti upacara
perkawinan, upacara pengangkatan anak, upacara penyumpahan dan sejenisnya.
5
Selain itu juga wewenang Pemangku tidak terbatas sampai di situ saja, bahkan memberikan Dharma wacana juga bisa dilakukan
oleh seorang Pemangku, mengingat seorang Pandita di Kabupaten Bogor ini seperti yang dituturkan oleh I Nyoman Susila hanya
berjumlah 1 satu orang di daerah yang cukup jauh yaitu daerah Cilendek Bogor yang berjarak kurang lebih 20 Kilo meter dari kota
Cibinong
6
Secara umum semua jenis Pemangku dengan berbagai sebutannya memiliki batas wewenang yang jauh lebih kecil
dibandingkkan dengan Pandita dalam hal mengantarkan Yajna. Dalam keputusan seminar Kesatuan Tafsir terhadap aspek-aspek
agaam Hindu batas kewenangan seorang Pemangku dijabarkan lebih lanjut adalah sebagai berikut :
Nganteb upakara upacara pada kahyangan yang di amongnya. Dapat ngeloka para sraya sampa dengan modudus alit sesuai dengan
tingkat pawitenannya dan juga atas peanugrahan sulinggih waktu
5
I Gusti Made Ngurah, Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi, Surabaya: Paramta, 1999, Cet I h. 167
6
Wawancara pribadi dengan I Nyoman Susila, tanggal 13 Juli 2010
melaksanakan tugas agar berpakaian serba putih dandanan rambut wenag agotra, berambut panjang, anyondong, menutup kepala dengan
Destar Dalam hubungannya dengan Panca Yajna batas kewenangan
tersebut di rinci sebagai berikut : 1
Menyelesaikan upacara puja wali piodalan sampai tingkat piodalan pada pura yang bersangkutan
2 Apabila Pemangku menyelesaikan upacara di luar pura yang di
amongnya atau upacaraupakara. Upacara yajna itu dilangsungkan di luar pura atau jenis upacara. upakara yajna
tersebut bersifat rutin seperi puja wali maka Pemangku boleh menyelesaikan dengan nganteb serta mempergunakan tirta
sulinggih selengkapnya Karena demikian besarnya wewenang seorang Pemangku
dalam aktifitasnya, maka ia harus benar-benar menjadikan dirinya seorang yang mampu menguasai segala hal yang berkaitan dengan
upacara Yadnya dan kemampuan penguasaan terhadap kitab suci. Selain itu Pemangku juga harus berwibawa dan menjaga perilaku
agar umat memandang dirinya sebagai Pemangku yang di percayai dapat membimbing kerohanian dan memimpin dalam segala upacara
Yadnya, sehingga umat sering memanggilnya untuk membimbing dan memimpin sebagai guru loka.
B. Gambaran Pura Raditya Dharma Cibinong Bogor 1. Pengertian, fungsi , dan Pengelompokkan Pura