Analisis Korelasi Pearson dan Hipotesis Kusnetz

50 Theil 1969, sebagai penemu indeks Entrophi Theil mengungkapkan Nilai indeks entrophi yang lebih rendah menunjukkan kesenjangan yang lebih rendah, dan sebaliknya. Sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan indeks entrophi theil di Kabupaten Jember sebesar 0,1701 tahun 2006; 0,1709 tahun 2007; 0,1733 tahun 2008; 0,1731 tahun 2009; 0,1783 tahun 2010; 0,1811 tahun 2011 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil analisis Entrophi Theil menunjukkan tingkat ketimpangan di Kabupaten Jember cenderung rendah atau merata. Pada penelitian penelitian sebelumnya mengenai indeks entrophi theil, Masli 2008 meneliti tentang “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan regional antar kabupaten kota di propinsi Jawa Barat”. Hasil analisisnya terjadi ketimpangan antar kabupaten kota di propinsi Jawa Barat dari tahun 1993-2006 rata-rata sebesar 1,354. Angka ketimpangan yang tinggi disebabkan laju pertumbuhan ekonomi yang negatif pada propinsi Jawa Barat.

4.3.3 Analisis Korelasi Pearson dan Hipotesis Kusnetz

Hasil analisis korelasi pearson menunjukkan Hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat ketimpangan yang tidak signifikan dan hipotesis kusnetz belum dapat dibuktikan pada penelitian ini. Penyebabnya adalah tahun penelitian dari 2006 sampai pada 2011 belum menunjukkan terjadinya penurunan ketimpangan dan perubahan ketimpangan secara signifikan. Kuznets 1995 mengemukakan hipotesis adanya kurva U terbalik bahwa mula-mula ketika pembangunan dimulai, distribusi pendapatan akan semakin tidak merata, namun setelah mencapai suatu tingkat pembangunan tertentu, distribusi pendapatan semakin merata. Kuncoro, 1997 Berdasarkan hipotesis tersebut, ternyata ada beberapa peneliti yang mengungkapkan bahwa hipotesis kusnetz tidak menunjukkan adanya suatu relasi yang sistematis antara pertumbuhan pendapatan dan pola distribusinya. Studi dari Papenek 1978 yang mencakup 61 negara menunjukkan relasi antara tingkat ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat pembangunan yang dilihat dari 51 tingkat pendapatan tidak signifikan. Walaupun hipotesis itu diterima, namun sebagian besar dari studi-studi tersebut menunujukkan bahwa relasi positif antara pertumbuhan dan pemerataan pada periode jangka panjang hanya terbukti nyata untuk kelompok negara-negara industri maju kelompok Negara-negara dengan tingkat pendapatan yang tinggi. Namun Ketimpangan cenderung menurun untuk negara-negara pada tingkat pendapatan menengah dan tinggi. Jadi sejak bagian ketimpangan dari kurva tersebut terdiri atas negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah, maka relasi itu lebih tidak stabil untuk negara-negara tersebut. Kabupaten Jember yang termasuk kategori wilayah yang berpenghasilan rendah hingga menengah tidak dapat memasukkan pengaruh- pengaruh terhadap perkembangan di masing-masing kecamatan secara individu sebab konsep pendapatan unit penduduk dan cakupan survei yang berbeda.

4.3.4 Rekomendasi Kebijakan Guna Mengurangi Ketimpangan di Kabupaten Jember