Analisis Indeks Williamson dan Analisis Entrophi Theil

48 diperoleh empat kategori wilayah kecamatan di Kabupaten Jember yaitu Kecamatan yang cepat maju dan cepat tumbuh seperti Kaliwates, Sumbersari, Patrang, Ambulu, Wuluhan, Tanggul, Sumberbaru, Rambipuji dan Kencong. Kecamatan maju tapi tertekan seperti Puger, Bangsalsari dan Silo. Kecamatan yang berkembang cepat seperti Jenggawah, Jombang, Pakusari, Sukowono, Ledokombo, Balung, Umbulsari dan Gumukmas. Kecamatan yang relatif tertinggal seperti Sukorambi, Arjasa, Jelbuk, Mayang , Mumbusari, Tempurejo, Semboro, Panti, Kalisat, Sumberjambe dan Ajung.

4.3.2 Analisis Indeks Williamson dan Analisis Entrophi Theil

Hasil analisis Indeks Williamson dan Indeks Enthropi Theil yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil atau dengan kata lain makin merata, dan bila semakin jauh dari nol menunjukkan ketimpangan yang semakin lebar. Meskipun kedua indeks sama‐sama mengukur masalah ketimpangan, tetapi Indeks Enthropi Theil memiliki kelebihan dibanding Indeks Williamson karena indeks ini memungkinkan kita untuk membuat perbandingan selama kurun waktu tertentu, juga menyediakan ukuran ketimpangan secara rinci dalam sub-unit geografis yang lebih kecil. Hal ini akan berguna untuk menganalisis kecenderungan konsentrasi geografis selama periode waktu tertentu dan memberikan gambaran yang lebih rinci mengenai ketimpangan spasial. Dilihat dari hasil perhitungan dan grafik Indeks Williamson serta Indeks Enthropi Theil menunjukkan bahwa ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Jember selama tahun 2006-2011 memiliki perbedaan hasil analisis. Tabel 4.9. Perbandingan Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil Kabupaten Jember Tahun 2006-2011 Tahun Indeks Williamson Indeks Entropi Theil 2006 0,44 0,1701 2007 0,44 0,1709 2008 0,46 0,1733 2009 0,45 0,1731 2010 0,46 0,1783 2011 0,48 0,1811 49 Tingkat ketimpangan ekonomi yang terdapat di Kabupaten Jember dengan hasil analisis indeks williamson menunjukkan indikasi bahwa tingkat ketimpangan berada dalam taraf sedang, namun berdasar analisis indeks entrophi theil memiliki kecenderungan distribusi pendapatan yang merata. Perbedaan ini disebabkan metode penghitungan yang berbeda, apabila indeks Williamson menggunakan total dan rata-rata dari semua kecamatan yang terdapat di Kabupaten Jember serta melibatkan jumlah penduduk sedangkan indeks entrophi theil menggunakan total PDRB per Kapita dan logaritma PDRB rata-rata per kecamatan dengan pendekatan tipologi klasen. Menurut Willamson 1996 melalui studi tentang ketimpangan pembangunan antar wilayah pada negara maju dan Negara sedang berkembang pada waktu proses pembangunan dilaksanakan di negara sedang berkembang, justru ketimpangan meningkat. Hal ini disebabkan pada waktu proses pembangunan baru dimulai di negara sedang berkembang. Kesempatan dan peluang pembangunan yang ada umumnya dimanfaatkan oleh daerah-daerah yang kondisi pembangunan sudah lebih baik. Sedangkan daerah-daerah yang masih sangat terbelakang tidak mampu memanfaatkan peluang ini karena keterbatasan prasarana dan sarana serta rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Hambatan ini tidak saja disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh faktor sosial budaya akibatnya ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung lebih cepat di daerah dengan kondisinya lebih baik, sedangkan daerah yang terbelakang tidak banyak mengalami kemajuan. Penelitian sebelumnya mengenai Indeks Williamson yang juga dilakukan oleh Suryawati 2010 dalam makalahnya yang berjudul “Model Perencanaan Pembangunan Wilayah Dalam Perspektif Klassen Tipology Menuju Pembangunan Wilayah Kabupaten Jember yang Komprehensif” menunjukkan Angka Indeks Williamson yang menggunakan PDRB perkapita antar kecamatan di Jember selama 2004-2007 adalah 0,071 dan dapat disimpulkan tingkat ketimpangan cenderung merata. 50 Theil 1969, sebagai penemu indeks Entrophi Theil mengungkapkan Nilai indeks entrophi yang lebih rendah menunjukkan kesenjangan yang lebih rendah, dan sebaliknya. Sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan indeks entrophi theil di Kabupaten Jember sebesar 0,1701 tahun 2006; 0,1709 tahun 2007; 0,1733 tahun 2008; 0,1731 tahun 2009; 0,1783 tahun 2010; 0,1811 tahun 2011 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil analisis Entrophi Theil menunjukkan tingkat ketimpangan di Kabupaten Jember cenderung rendah atau merata. Pada penelitian penelitian sebelumnya mengenai indeks entrophi theil, Masli 2008 meneliti tentang “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan regional antar kabupaten kota di propinsi Jawa Barat”. Hasil analisisnya terjadi ketimpangan antar kabupaten kota di propinsi Jawa Barat dari tahun 1993-2006 rata-rata sebesar 1,354. Angka ketimpangan yang tinggi disebabkan laju pertumbuhan ekonomi yang negatif pada propinsi Jawa Barat.

4.3.3 Analisis Korelasi Pearson dan Hipotesis Kusnetz