Hal itupun juga dipaparkan dalam paragraf berikut: “Sejak kecil bapak mengajariku agar gigih bekerja, apa saja.
Tapi, dari sekian banyak jenis pekerjaan yang pernah kulakoni, menjadi pelatih bola voli merupakan pekerjaan paling mudah
dengan gaji paling mahal. Hanya berteriak-teriak di pinggir lapangan, menerangkan dengan gamblang teknik-teknik passing
atau servis atau block.” Sepatu Dahlan:331
Bermain voli merupakan salah satu hobi atau kesenangan yang dirasakan Dahlan jika. Jika orangnya cukup, maka bermain voli adalah hiburan yang mampu
membuatnya lupa akan masalah kemiskinan yang akrab dalam hidupnya. Termasuk mimpi akan sepatu dan sepeda. Berkat bola voli itu pula ia mampu
meraih kedua hal yang sangat didambakannya itu. Dengan pekerjaan yang ringan dan bayaran mahal, ia mampu membayar cicilan sepeda yang ditawarkan oleh
Arif – orang yang ternyata juga menawarkan pekerjaan sebagai pelatih bola voli
itu kepada Dahlan. Dahlan selaku kapten tim bola voli Pesantren Sabilil Muttaqin di anggap mampu memberikan arahan-arahan yang sangat baik terhadap teman
satu timnya. Hal itu yang membuat ia mendapat pekerjaan melatih tim bola voli sekolah lain.
4.2.2 Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Setiadi dan Kolip 2011:833 penanggulangan kemiskinan adalah proses panjang yang memerlukan penanganan berkelanjutan. Oleh karena itu,
salah satu
upaya untuk
mempercepat pencapaian
sasaran program
penanggulangan kemiskinan yaitu dengan meningkatkan elemen pemberdayaan masyarakat di tingkat masyarakat miskin. Hal ini bertujuan agar masyarakat
Universitas Sumatera Utara
miskin mampu mengindentifikasi kebutuhan mereka sehingga secara swadaya memiliki kemampuan mengentaskan kemiskinan dari dirinya.
Pemberdayaan masyarakat adalah menggali kemampuan dan potensi masing-masing keluarga miskin dalam masyarakat demi mewujudkan keinginan-
keinginan mereka atas pemenuhan kebutuhan pokoknya. Untuk itu diharapkan seluruh kalangan masyarakat khususnya pelajar dan mahasiswa yang memiliki
kreatifitas dan bekal ilmu yang di peroleh dalam pendidikan diharapkan mampu berusaha keras dan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri agar mampu
menyelamatkan keadaan keluarga dari dampak kemiskinan yang semakin meluas. Fenomena kemiskinan yang semakin memburuk di Indonesia tidak terlepas
dari pengaruh masyarakat khususnya bagi remaja yang telah tamat SMA dan golongan tua yang telah berkeluarga masih menganggur dan tidak memiliki
kompeten apapun dalam menyelesaikan masalah ekonominya. Dan sedikitnya lapangan pekerjaan yang terbuka saat ini menjadi alasan kuat mengapa
kemiskinan terus berkembang. Kondisi ini tentu dapat diselesaikan apabila kita berusaha menciptakan lapangan pekerjaan kita sendiri, tanpa berfikir atau
memandang pekerjaan itu rendahan atau sebagainya. Kerja keras dan semangat juang yang tidak kenal lelah harus terwujud
dalam jiwa masyarakat agar tetap mampu mencukupi kebutuhan yang diinginkan. Hal itu yang coba dijelaskan dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna
Pabichara, seperti pada kutipan berikut: “Nyaris seluruh lelaki dewasa di kebon dalem bekerja sebagai
buruh. Ada yang menggarap tanah bengkok milik aparat desa, ada yang jadi buruh harian di perkebunan tebu. Ibu-ibu juga aktif
membantu suami-suami mereka dengan membatik. Meski upah
Universitas Sumatera Utara
hanya diterima sekali tiap dua bulan, lumayan untuk mempertahankan kepulan asap di dapur. Sepatu Dahlan:15
Dengan bekerja keras, segala hal yang dibutuhkan akan tercapai. Begitu juga dalam mengatasi kemiskinan. Seseorang tidak akan pernah mendapatkan
pemenuhan akan kebutuhannya apabila tidak adanya usaha dan kerja keras yang ia berikan. Hal ini lah yang menjadi motivasi Dahlan selaku tokoh utama dalam
mewujudkan mimpinya terhadap sepatu dan sepeda. Menciptakan lapangan kerja sejatinya tidak harus dengan modal besar dan
ide cemerlang. Jika seseorang memiliki bakat dan kesenangan yang telah menjadi bagian keseharian hidupnya, tentu hal tersebut akan menjadi peluang bagi mereka
dalam berkembang dan mendapatkan keadaan hidup yang lebih baik. Tidak terkecuali seperti apa yang dilakukan oleh ibu Dahlan, seperti
berikut ini: “Sewaktu masih di pesantren Takeran, sebelum menikah, ibu
sering menerima pesanan membatik. Kebiasaan itu terbawa hingga sekarang. Bahkan, ibu mengajari perempuan dewasa lain
di Kebon Dalem untuk belajar membatik. Upahnya lumayan untuk membeli kebutuhan rumah tangga, seperti beras, gula,
minyak, bawang, dan kebutuhan dapur lainnya.” Sepatu Dahlan:43
Sejak muda, ibu Dahlan sudah akrab dengan kebiasaan membatik. Hal itu yang menjadi pelipur lara bagi ibu empat anak itu jika saat waktu senggang
ataupun ada pesanan. Tidak hanya mengerjakannya sebagai hobi dan kesenangan, beliau juga membagikan ilmu yang dia miliki untuk diajarkan kepada masyarakat
perempuan yang ada dikampung tersebut untuk menyibukkan diri sebagai seorang perempuan. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar sewaktu-waktu mereka bisa
Universitas Sumatera Utara
menyalurkan ilmu tersebut kepada anak-anak mereka supaya budaya batik sebagai ciri khas budaya Indonesia tetap terjaga sampai kapan pun.
Kemiskinan bukan hanya soal yang dirasakan oleh orang dewasa, namun segala kalangan tingkatan umur. Bahkan anak-anak yang normalnya hanya
mengenal bermain, namun sebagian besar masyarakat miskin tidak berfikir untuk menanamkan sifat malas kepada anaknya.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Dahlan, anak-anak di kampung dalem begitu giat membantu orangtua dalam mencari uang sebisa yang mereka lakukan.
Hal itu bisa kita ketahui pada petikan novel berikut ini: “Anak-anaknya pun tak kalah giat. Ada yang menggembala
domba, sapi atau kerbau. Ada yang nguli ngangkut di pasar Takeran. Ada yang menyambi sambil nguli harian di ladang
tebu.” Sepatu Dahlan:15
Semangat anak-anak kampung dalem tidak habis di makan takdir kemiskinan. Justru mereka melakukannya dengan senang hati. Mereka merasa
bahwa waktu begitu berharga. Bahkan mereka akan memanfaatkan apapun yang alam berikan kepada mereka agar mereka tetap dapat bertahan hidup dengan
keadaan miskin yang semakin menuntut akan kebutuhan setiap harinya. Apapun yang bisa mereka kerjakan maka akan mereka kerjakan dengan sepenuh hati.
Kerja keras dan tidak boleh mengeluh sudah tertanam dalam diri mereka berkat penanaman karakter terhadapa anak oleh orang tua mereka.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Pendidikan