Namun, jika harta benda yang ia miliki hanya dikategorikan lebih dari kecukupan namun tidak melimpah, maka termasuk dalam kelompok kelas
menengah. Sedangkan bagi mereka yang memiliki harta yang kurang dari kata cukup akan digolongkan kedalam kelompok kelas bawah. Hal inilah yang
dimanfaatkan pengarang sastra dalam memberi wawasan kepada masyarakat lewat tulisan karya-karya agar mereka menyadari permasalahan yang terjadi
dalam lingkungan sekitar mereka. Apa yang dijelaskan pada ciri-ciri kelompok kelas bawah dapat di lihat
dalam novel Sepatu Dahlan sebagai berikut: “Rumahku, seperti rumah lainnya di kampung ini, berlantai
tanah. Jika musim hujan tiba, akan lembab dan basah. Setiap kemarau datang, lantai tanah itu panas dan berdebu. Di sana, di
lantai yang lembab atau berdebu itu, aku dan adikku menggelar tikar setiap malam. Ajaibnya, kami selalu bisa mendengkur
dengan nikmat” Sepatu Dahlan:42
Sangat berbanding terbalik jika melihat keadaan Mandor Komar yang memiliki keadaan rumah lebih baik daripada Bapak Iskan selaku ayah Dahlan.
Meskipun pada kenyataannya status sosial yang dimiliki keluarga Dahlan dan sebagian besar lainnya dapat dikelompokkan ke dalam kelas sosial rendah. Hal itu
terjadi karena sebagian dari mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok mereka sendiri.
4.1.4 Masalah Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan hak yang paling dasar bagi masyarakat yang harus dipenuhi pemerintahan dalam pembangunan kemakmuran rakyat. Hal
Universitas Sumatera Utara
tersebut dapat dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pembangunan ekonomi, serta memiliki
peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan
yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Kristiadi 1994:23 menyatakan bahwa tugas pemerintah yang paling dominan adalah menyediakan barang-barang
publik publik utility dan memberikan pelayanan publik service misalnya dalam bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan, perkembangan
perlindungan tenaga kerja, pertanian, keamanan dan sebagainya. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan terus dilakukan oleh pemerintah.
Adapun upayanya antara lain: 1 pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskeesmas dan jaringannya, serta rawat inap kelas III di rumah sakit melalui
pemberian kartu asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin Askeskin; 2 peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar terutama di daerah
perbatasan, terpencil, tertinggal, dan kepulauan; 3 pelatihan teknis bidan dan tenaga kesehatan untuk menunjang percepatan Millenium Developement Goals
MDGs Setiadi dan Kolip, 2011:825. Permasalahan utama pelayanan kesehatan saat ini antara lain adalah masih
tingginya disparitas status kesehatan antar tingkat ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan dengan pedesaan. Di sisi lain, kualitas, pemerataan, dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan juga masih rendah. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin berkaitan erat dengan terbatasnya akses terhadap
pelayanan kesehatan, baik karena kendala geografis maupun kendala biaya.
Universitas Sumatera Utara
Kutipan dialog dalam novel tersebut dapat memberikan petunjuk untuk kita tentang keadaan pelayanan di Indonesia:
“Mas, ndak di bawa ke rumah sakit?” tanya Mandor Komar kepada Bapakku.
Bapak tergeragap seperti orang linglung yang tiba-tiba
dikejutkan. “Numpak opo?” “Pakai sepeda saya saja”
“panggil dokar saja...” usul seseorang dari kamar. Sepatu Dahlan:77
Ketiadaan alat komunikasi dan kendaraan yang masih terdapat sepeda dan dokar, merupakan gambaran bahwa keadaan desa tersebut belum berkembang,
dalam bentuk pelayanan apapun. Termasuk dalam bentuk perjalanan jauh. Untuk sampai ke rumah sakit, ibu Dahlan yang sedang sakit-sakitan harusnya di bawa
langsung dengan mobil ambulan. Namun, pada saat itu hanya ada sepeda dan dokar. Sungguh keadaan yang tidak layak dalam pelayanan kesehatan, karena
harus berhubungan dengan nyawa seseorang. Rumah sakit yang jauh untuk dijangkau dalam berjalan kaki, cukup membuat Iskan
– ayah Dahlan sempat panik memikirkan usaha apa yang bisa dilakukan agar istrinya cepat sampai di rumah
sakit dan segera di periksa. Adapun keterbatasan ekonomi juga merupakan bagian dari masalah
pelayanan kesehatan. Data SESUNAS 2004 menunjukkan bahwa kendala biaya menjadi permasalahan yang cukup serius, terutama bagi penduduk miskin, karen
selama ini sebagian besar pembiayaan kesehatan bersumber dari penghasilan penduduk sendiri. artinya, penduduk harus menanggung biaya yang besar demi
mendapatkan pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Begitulah kiranya yang terjadi dalam novel Sepatu Dahlan, seperti yang terjadi pada gambaran dialog berikut ini:
“Lan, celengan bersama di bongkar saja, ya?” Aku menatap Komariyah seolah tidak percaya dengan
pendengaranku. Selama ini, dialah yang paling gigih agar kami tidak mengusik celengan itu. Tanpa angin, tanpa hujan, tiba-tiba
dia minta agar celengan bersama itu di bongkar.
“Buat apa?” “Bu Sulastri harus di rawat di rumah sakit.” Sepatu
Dahlan:323
Kemiskinan yang melanda warga Kampung Dalem tidak hanya menjadi derita bagi keluarga Dahlan saja, namun juga bagi sebagian besar keluarga yang
ada di desa itu. Seperti halnya yang terjadi pada keadaan Kadir. Memar di tubuh ibunya yang semakin memburuk mengharuskan ibunya untuk segera di bawa ke
rumah sakit yang tentunya membutuhkan biaya yang terbilang cukup banyak. Namun karena kepedulian sosial yang ada pada warga Kampung Dalem membuat
mereka rela mengumpulkan dana bersama-sama untuk kesembuhan ibu Kadir. Dan itu pula yang dilakukan sahabat-sahabat Kadir yang begitu perduli terhadap
kesembuhan ibunya. Tabungan yang telah mereka kumpulkan bertahun-tahun akhirnya harus digunakan untuk kesembuhan ibu Kadir. Meski semula tabungan
itu bertujuan untuk membeli alat musik sebagai dunia hiburan bagi mereka. Dalam pemakaian uang tabungan mereka itu pun didasari atas kepetusan bersama,
wujud dari keperdulian mereka terdapat sahabat mereka sendiri. Keterbatasan pelayanan kesehatan mau tak mau, suka tak suka, harus
membuat rakyat miskin mencari cara apapun untuk tetap bertahan hidup. Meski
Universitas Sumatera Utara
dengan perawatan yang seadanya, cukup bagi kalangan kelas bawah untuk mengobati penyakit mereka sendiri.
Hal itu dipertegas dalam kutipan tersebut: “Butuh beberapa saat lamanya bagi Nanang untung menjerang
air, seperti aku yang butuh waktu agak lama untuk menenangkan hati. Ketika Nanang datang dengan cerek berisi air panas yang
sudah di campuri air kolam, kami saling berpandangan karena tak ada kain untuk mengompres Zain. Dengan sigap, Kadir
meloloskan sarung yang melilit di pinggangnya, dengan tenang dia mendekati Zain, merendam bagian ujung kain sarung yang
sudah di pilin sedemikian rupa, dan meletakkannya di kening
Zain untuj beberapa lama” Sepatu Dahlan:192
Penggalan naskah tersebut memberikan gambaran jelas kepada kita tentang keterbatasan bagi masyarakat miskin. Kelangkaan pelayanan kesehatan
merupakan kenyataan pahit bagi warga Kampung Dalem dalam menghadapi keadaan sewaktu-waktu bila penyakit tidak bisa di toleransi lagi. Dengan berusaha
untuk tetap tenang, Dahlan dan teman-temannya harus saling membantu untuk menyembuhkan Zain
– adik Dahlan – yang terlihat menggigil, membuat semua orang yang ada di langgar, tempat mereka biasa berkumpul sigap seakan mengerti
tugas mereka masing- masing. Dengan perawatan kompres dari “keadaan alam”
sebagai alat penyembuhan akhirnya mampu membuat ketakutan yang dirasakan Dahlan dan juga teman yang lainnya sedikit berkurang. Karena terasa mustahil
bagi rakyat kecil dan miskin seperti mereka untuk menjangkau pengobatan rumah sakit yang selalu berurusan dengan uang pada saat itu.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Solusi kemiskinan Dalam Novel