4.2.3 Pendidikan
Menurut Setiadi dan Kolip 2011:275 Pendidikan Nasional merupakan sistem yang memiliki hubungan keterkaitan antara unsur pendidikan yang satu
dengan unsur pendidikan yang lainnya. Artinya, kurikulum tidak akan berjalan tanpa guru, dan guru akan tidak memiliki metode, target pendidikan, dan
sebagainya tanpa kurikulum. Lembaga pendidikan adalah lembaga yang diciptakan oleh pemerintah
untuk mendidik anak-anak sebagai langkah untuk mempersiapkan potensi anak dalam rangka membangun negara. Melalui lembaga pendidikan anak akan di asah
kecerdasan dan keahliannya. Menyinggung soal pengertian pendidikan, Ki Hajar Dewantara
menggolongkan pendidikan ke dalam bagian kecil, diantaranya pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga adalah pranata kehidupan sosial
terkecil yang secara langsung dialami pertama kali oleh individu-individu sebagai anggota masyarakat. Bentuk pendidikan keluarga yang paling sederhana adalah
memperkenalkan sikap dan tindakan mana yang termasuk diperintah, dianjurkan, dan dilarang Setiadi dan Kolip, 2011:341.
Argumen di atas juga dapat di lihat dalam karya sastra, seperti nasihat Mbak Sofwati ini:
“O, ya, besok mbak harus ke kampus. Jadi kalian harus saling jaga, saling bantu.
Kalau ndak ada makanan, jangan nyuri tebu” Sepatu Dahlan:108
Sikap tegas yang dimiliki Mbak Sofwati – kakak kedua Dahlan – tercermin
dari sikap ayah mereka, tegas dan berbicara seperlunya. Karena tahu bahwa
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya Dahlan pernah mencuri tebu dan ketahuan, maka nama baik keluarganya pun harus menjadi bahan gunjingan. Hal itu yang membuat Mbak
Sofwati memberi peringatan tegas kepada adik-adiknya untuk tidak melakukan hal serupa. Pendidikan keluarga dalam hidup dan kehidupan Dahlan semakin
terasa lewat penegasan Mbak Sofwati, seperti berikut ini: “Lapar ndak berarti harus maling, Dik. Bukan karena nama baik
keluarga, tapi Mbak takut itu jadi kebiasaan. Setiap perut kalian lapar, nyuri jadi pilihan.” Sepatu Dahlan:109.
Bagaimanapun, mencuri tetaplah hal yang salah. Meski dengan alasan yang baik. Tidak ada manusia mana pun yang memandang mencuri itu sebagai
perbuatan mulia. Begitulah kiranya yang hendak ingin disampaikan Mbak Sofwati terhadap Dahlan. Manusia harus berjuang sendiri untuk hidupnya, meski dengan
keterbatasan gerak disebabkan tuntutan hidup dengan keadaan dibawah garis kemiskinan.
Hal itu juga tersampaikan juga oleh Mbak Sofwati seperti berikut ini: “Kalau kalian lapar, carilah ikan di sungai. Atau, mintalah
pekerjaan kepada Mandor Komar dan upahnya barang sebatang- dua batang tebu. Semiskin apapun kita, bapak dan ibu ndak rela
kalau kita meminta-minta belas kasihan tetangga, keluarga, atau
siapa saja.” Sepatu Dahlan:109
Begitu terasa dan kentara masalah kemiskinan yang membuat orang mengambil jalan pintas, seperti yang dilakukan Dahlan, selaku tokoh utama dalam
novel tersebut. Dahlan yang merasa panik seperti saat ia melihat adiknya yang meringis kelaparan pun akhirnya harus mencari jalan pintas untuk mencuri buah
di ladang orang lain yang notabene bukan milik mereka. Dan Mbak Sofwati
Universitas Sumatera Utara
selaku kakak dan saudara perempuan yang mendengar kejadian itu mencoba memberi peringatan dengan cara selembut dan senyaman mungkin bagi adik -
adiknya agar tidak memilih mencuri sebagai pilihan saat kelaparan mulai berdenyut dalam perut mereka.
Kemiskinan pada hakikatnya bukanlah hambatan bagi masyarakat dalam mengenyam pendidikan. Justru sebaliknya, pendidikan harusnya dapat digunakan
untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih tinggi melalui usaha mereka sendiri. hal ini didasari oleh hasil penelitian
yang dilakukan terhadap masyarakat yang berpenghasilan rendah. Hal ini terlihat dalam pernyataan berikut:
“Meski warga Kebon Dalem miskin, anak-anak – atau remaja seusiaku
– semuanya sekolah. Bagi penduduk Kebon Dalem, kemiskinan bukan halangan untuk menuntut ilmu.” Sepatu
Dahlan:15
Bagi masyarakat Kebon Dalem, pendidikan merupakan kepentingan utama demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Mereka sadar bahwa di
Indonesia, demi mendapatkan kehidupan pekerjaan yang layak selalu di nilai dari tingkat pendidikan dan ijazah sebagai bukti tertulis. Pentingnya pendidikan
memang harus di akui sangat mempengaruhi tingkat ekonomi keluarga maupun masyarakat. Namun, tidak hanya bentuk ijazah. Pada pendidikan formal, dunia
pekerjaan dan status lebih mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan ke tingkat status yang lebih baik lagi Setiadi dan Kolip,
2011:530.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Pemanfaatan Lahan