Profil Informan DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.2. Profil Informan

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial dilingkungan kita berada, karena tanpa adanya interaksi sosial tidak akan ada komunikasi, jalinan hubungan dalam kehidupan yang membutuhkan kebersamaan. Bertemunya orang dengan orang lain secara fisik saja tidak akn menghasilkan suatu interaksi social dalam suatu kelompok sosial. Interaksi social baru akan terjadi apabila individu atau kelompok manusia saling bekerja sama dan saling bicara untuk mencapai tujuan bersama. Interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal-balik antara dua atau lebih individu. Dalam proses ini, pandangan dan tingkah laku individu yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki individu yang lain atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat menggambarkan kelangsungan hubungan timbale balik interaksi social antara dua manusia atau lebih. Hubungan timbal-balik tersebut dapat berlangsung antara individu dengan ondividu, antara individu dengan kelompok dan antar kelompok dengan kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang bertugas melakukan proses pendidikan bagi para siswa-siswi nya sehingga terjadi interaksi social dalam hubungan kesehariannya. Interaksi sosial yang terjadi didalam lingkungan sekolah bisa berupa kerjasama, persaingan dan bisa juga mengarah pada pertentangan atau konflik. Tentunya awal terjadinya proses interaksi sosial ini dimulai dari adanya komunikasi atau kontak langsung dari para individu dengan individu yang lain maupun secara berkelompok. Universitas Sumatera Utara Bila dilihat secara keseluruhan interaksi sosial yang terjadi pada siswa-siswi di SMA Swasta Raksana Medan yaitu interkasi sosial yang mengarah pada keagamaan yang terdiri dari dua bentuk yaitu : 1. Interaksi sosial karena kesamaan keyakinan dan agama yang dianutnya sama dengan siswa-siswi yang lain. 2. Interaksi sosial antara siswa-siswi yang berbeda keyakinan dan agama yang dianutnya. Dalam kaitannya dengan bahasan interaksi sosial ini, maka hal yang akan dibahas adalah interaksi yang terajadi pada siswa-siswinya yang berbeda agama, dimana nantiya terdapat keterkaitan pada siswa-siswi yang berbeda agama, dimana natinya terdapat keterkaitan dengan perilaku adaptasinya sehingga menciptakan kerukunan antar umat beragama, dapat kita ketahui bahwa bentuk interaksi dari segi keagamaan bisa terjadi karena adanya suatu bentuk kerjasama, persaingan karena adanya rasa ingin lebih maju dari yang lain dan tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan konflik karena persaingan diatas juga akan bisa menimbulkan dampak negative dan positif. Lingkungan sekolah yang ada didalamnya terdapat perbedaan agama seperti di SMA Raksana ini tentunya tidak mudah, karena dengan adanya perbedaan agama bisa saja dapat menimbulkan pertentangan konflik antar pemeluk agama yang berbeda, hal ini dapat dilihat terutama pada siswa-siswinya dalam pergaulan dilingkungan sekolahnya dan bagaiman peran sekolah untuk dapat mengatasinya. Nah pada profil informan dibawah ini dari hasil interview dapat kita lihat bagaimana pola interaksi sosial dan interaksi sosial dari segi keagamaan yang terjadi di lingkungan sekolah. Universitas Sumatera Utara

4.2.1. Pola Interaksi Sosial antar Siswa-Siswi di Lingkungan Sekolah Novi D. S

Siswi kelas kelas X, IV adalah seorang murid anggota OSIS yang beragama Kristen Protestan dan suku Batak mengatakan : “adapun pola interaksi yang saya rasakan di sekolah ini adalah adanya sebuah kerjasama antar siswa-siswi yang lain dan itu tidak membuat kami menjadi berbeda-beda tetap akrab dan saling tolong menolong, konflik kadang terjadi dimana kalau ada perbedaan pendapat akan mengakibatkan antar siswa-siswi akan salaing mengejek satu sama lain. Tingkat solidaritas sosial pun sangat baik jika ada salah seorang siswa yang kemalangan dan saling bantu sesama dalam hal pengelompokan belum pernah ada membentuk kelompok-kelompok karna adanya perbedaan agama satu dengan yang lainnya dan pergaulan yang sangat baik seperti sahabat”. Bobi Iskandar Bobi iskandar adalah salah satu siswa kelas XI IPA 2 yang beragama Islam berasal dari suku Melayu berpendapat bahwa: ” pola interksi di sekolah ini bisa terjadi dengan baik karena adanya kontak sosial dan komunikasi yang baik dengan siswa-siswi yang lain selain itu pergaulan dan solidaritas sesama siswa-siswi disekolah ini walau berbeda suku, dan agama tetapi tidak pernah ada masalah dan hampir tidak pernah saya rasakan konflik selama saya bergaul dan berbaur dengan tema-teman saya. Tentang Organisasi di sekolah ini sejauh ini organisasi disini berjalan dengan apa yang di harapkan karena aktif dalam menjalankan tugasnya serta kegiatan Universitas Sumatera Utara ekstrakurikuler yang cukup membantu dalam mengaplikasikan perlajaran disekolah”. Teguh Teguh merupakan murid kelas XI IPS 4 yang berasal dari suku Karo ini ada seorang siswa yang beragama Khatolik beranggapan : “bahwa tingak pergaulan di sekolah menurut saya adalah biasa-biasa saja. Menurut saya sisi agama, suku, kelas, dan status sosial tidak penentu bagi saya dalam hal mencari teman karena saya menganggap mereka semua sebagai saudara dan dalam hal berinteraksi denga siswa-siswi yang berbeda agama saya rasa tidak ada kesulitan sama sekali tetapi dalam hal kerjasama misalnya dalam hal mengerjakan tugas saya tidak tahu karena saya liat setiap individu sibuk dan tidak memperdulikan orang lain dalam hal mengerjakan tugasnya sendiri”. Sam Hawelengga S Seorang siswa dari SMK Swasta Raksana kelas X AP 2 yang berasal dari suku Meg dari daerah Papua tetapi pindah ke daerah medan dan menjadi suku Batak dan tinggal menetap di medan bersama orangtuanya beragama Kristen protestan mengatakan bahwa ; “interaksi disekolah ini saya lihat agak rumit untuk di jelaskan karena yang saya liat bahwa karakter yang dimiliki tiap siswa-siswi berbeda-beda apalagi saya bukan berasal dari daerah medan sedikit menemui kesulitan dalam berinteraksi karena logat bahasa yang agak berbeda sehingga kadang kalau bahasa yang saya gunakan agak lucu maka saya diejek, tetapi pergaulan disini terlihat normal-normal saja, karena walau saya beda agama dan suku dan juga beda Universitas Sumatera Utara jurusan dengan anak-anak dari SMA Raksana tetapi kami bergaul begitu baik tidak ada perbedaan. Andre Seorang siswa yang beragama Budha kelas XII IPA 1 dan salah satu angota OSIS mengatakan bahwa : “pola interaksi di lingkungan sekolah berjalan dengan baik dimana kontak sosial atau pertemuan seperti membentuk kelompok diskusi dalam hal pelajaran atau kegiatan yang akan di lakukan melalui OSIS, komunikasi dengan siswa-siswi yang lain selalu baik tetapi kalau masalah konflik, yah dimana-mana konflik pasti ada tetapi tidak pernah mengarah pada perkelahian antar siswa-siswi karena guru juga berperan aktif dalam memperhatikan siswa-siswi di sekolah ini dalam hal pergaulannya di lingkungan sekolah. Shara Feby Sundawa Seorang siswi berasal dari suku jawa daerah banten yang beragama Islam dan duduk di bangku kelas XI IPS 1 berpendapat bahwa : ”pola interaksi disekolah antar siswa-siswi berbeda agama saya rasa sederhana saja bahwa semua didunia ini sama saja tidak ada perbedaan jadi masalah kesulitan dalam berinteraksi, bergaul, kerjasama dengan siswa-siswi yang lain saya rasa tidak ada masalah walau kada konflik itu selalu ada seperti halnya perbedaan pendapat dengan siswa-siswi yang lain. Kalau organisasi OSIS dengan organisasi yang lainnya seperti PMR, Paskibra dll kami berterima kasih Universitas Sumatera Utara karena pihak kepala sekolah mengijinkan adanya organisasi tersebut karena sangat menguntungkan dalam hal pengembangan perngalaman buat kami. Agung Lesmana Agung lesmana seorang siswa yang beragama Islam yang berasal dari suku jawa dan duduk di kelas XI IPS 3 mengatakan : “bahwa disekolah saya di SMA Raksana keeratan dalam hubungan antar suku dan umat beragama sangat baik dan tidak ada konflik, dengan adanya kebaktian khusus bagi agama islam adalah sholat jum’at dan agam Kristen di kususkan untuk mengikuti Pendalaman Alkitab pengelompokan hanya terjadi waktu dalanm berdiskusi saja, masalah solidaritas setiap siswa yang tertimpa musibah biasanya teman-temannya member motivasi kepada siswa yang terkena bencana atau keadaan kemalangan” Lisnawati Seorang siswi kelas XII IPS 2 berasal dari suku melayu dan beragama Islam beranggapan : “tidak ada perbedaan dan tidak ada niat saling membedakan antar sesame siswa- siswi yang berbeda agama, dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler disekolah otomatis membuat pergaulan di sekolah menjadi lebih baik karena kami berbaur dengan seluruh siswa-siswi tanpa adanya konflik yang terjadi dan sampai diluar lingkungan sekolah juga hubungan kami baik-baik saja sebagaimana dalam sekolah tidak ada perbedaan antar siswa-siswi yang berbeda suku, status sosial dan agama”. Universitas Sumatera Utara Shiwa kumar Seorang siswa keling yang beragama Hindu yang duduk dikelas X beranggapan bahwa : “ tentang pola interkasi sosial di sekolah ini, saya tidak pernah merasakan adanya perbedaan dengan siswa-siswi yang lain karena kami saling menghargai satu sama lain dan tidak adanya konflik dalam mata pelajaran agama, untuk mata pelajaran agama hindu dan agama budha tuang dan pelajaran nya digabung”. Suji rizki Rizki seorang siswa yang beragama Islam berasal dari suku Jawa dan duduk di kelas XI IPS 3 berikut penuturannya : “tentang pola interaksi di lingkungan sekolah baik-baik saja dan kesulitan bergaul dengan siswa-siswi yang lain tidak ada dan dalam ajaran agama juga diperintahkan untuk tidak membeda-bedakan dan memilih-milih teman. Untuk masalah konflik disekolah ini banyak konflik karena teman-teman saya dari anak IPS sering mencari gara-gara dengan teman-teman yang lain baik terhadap jurusan yang lain sehingga terkadang dapat mengarah kepada perkelahian. Universitas Sumatera Utara Tabel. 7 POLA INTERAKSI antar SISWA-SISWI No. Pola Interaksi Bentuk Konkrit 1. Kerjasama - Saling memberi informasi tentang perkembangan disekolah dan tentang pelajaran. - Pinjam meminjam sesama siswa-siswi. - Membentuk kelompokdiskusi dalam mebahas pelajaran. - Saling membantu dalam keorganisasian 2. Kontak Sosial dan Komunikasi - Berkumpul bersama. - Biasa saja - Saling tegur sapa dan saling menghormati dengan sesama. 3. Konflik - Perbedaan pendapat. - Adanya kecemburuan dan saling tidak suka satu sama lain. - Ada sebagian siswa yang selalu berbuat onar. 4. Solidaritas - Hubungan rasa karena satu keyakinan dan agama. - Hubungan kebersamaan tanpa memandang agama masing-masing. -Biasa saja - Adanya rasa ingin membantu yang kemalangan atau terkena musibah digerakkan Oraganisasi. 5. Pergaulan - Menimbulkan persahabatan. - Akrab dan adanya Kekompakan - Berbauur tanpa memandang perbedaan agama yang dianutnya. -saling menghormati satun dengan yang lain. 6. Persaingan - Bersaing secara sehat dalam hal pelajaran memperoleh prestasi di dalam kelas. -tidak ada persaingan Universitas Sumatera Utara Dari table matriks diatas kita lihat bagaimana pola interaksi sosial antar siswa- siswi yang terjadi di SMA Swasta Raksana Medan dimana siswa-siswi tersebut memiliki cara tersendiri dalam mengaktualisasikan dirinya dalam hubungan sosial dan pergaulan serta berbaur secara konsisten dalam rentang waktu yang konsisten. Bagaimana pola interaksi yang diutarakan para informan tersebut dapat kita liat pada table matriks di bawah ini : Tabel. 8 POLA KERJASAMA ANTAR SISWA-SISWI No. Nama Informan Pola Kerjasama 1. Novi D. S -Saling memberi informasi tentang perkembangan disekolah dan tentang pelajaran. - Pinjam meminjam sesama siswa-siswi. 2. Bobi Iskandar -Membentuk kelompok diskusi dalam mebahas pelajaran 3. Teguh - Gotong royong 4. Sam Hawelengga. S -Saling memberi informasi tentang perkembangan disekolah dan tentang pelajaran. 5. Andre -Membentuk diskusi dalam mebahas pelajaran. - Saling membantu dalam keorganisasian 6. Sarah feby sendawa - Membentuk diskusi dalam mebahas pelajaran. - Gotong royong 7. Agung lesmana -Membentuk kelompok diskusi dalam mebahas pelajaran 8. Lisnawati - Membentuk diskusi dalam mebahas pelajaran. - Gotong royong 9. Shiwa Kumar - Gotong royong untuk kebersihan sekolah 10. Suji Rizki - Pinjam meminjam sesama siswa-siswi. Universitas Sumatera Utara Tabel. 9 POLA KONTAK SOSIAL DAN KOMUNIKASI ANTAR SISWA-SISWI No. Nama Informan Pola Kontak Sosial dan Komunikasi 1. Novi D. S - Berkumpul bersama. - Curhat 2. Bobi Iskandar - Biasa saja 3. Teguh - Biasa saja 4. Sam Hawelengga. S - Saling tegur sapa dan saling menghormati dengan sesama. 5. Andre - Berkumpul bersama. 6. Sarah feby sendawa - Saling tegur sapa dan saling menghormati dengan sesama. - Berkumpul bersama. 7. Agung lesmana - Berkumpul bersama. 8. Lisnawati - Berkumpul bersama. - Curhat 9. Shiwa Kumar - Saling tegur sapa dan saling menghormati dengan sesama. 10. Suji Rizki - Berkumpul bersama. Universitas Sumatera Utara Tabel. 10 POLA KONFLIK ANTAR SISWA-SISWI No. Nama Informan Pola Konflik 1. Novi D. S - Perbedaan pendapat. - Ada perasaan tidak suka terhadap teman yang lain 2. Bobi Iskandar - tidak pernah ada konflik 3. Teguh - tidak ada 4. Sam Hawelengga. S - saling mengejek satu sma lain tapi tidak pernah mengarah pada perkelahian 5. Andre - Konflik hanya sebatas perbedaan pendapat saja 6. Sarah feby sendawa - konflik itu selalu ada seperti halnya perbedaan pendapat dengan siswa-siswi yang lain 7. Agung lesmana - Tidak ada konflik di dalam dan diluar sekolah 8. Lisnawati - Hampir tidak ada 9. Shiwa Kumar - tidak ada 10. Suji Rizki - banyak konflik karena teman-teman saya dari anak IPS sering mencari gara-gara dengan teman-teman yang lain Universitas Sumatera Utara Tabel. 11 POLA SOLIDARITAS ANTAR SISWA-SISWI No. Nama Informan Pola Solidaritas 1. Novi D. S - Hubungan rasa karena satu keyakinan dan agama. - Hubungan kebersamaan tanpa memandang agama masing-masing. - Adanya rasa ingin membantu yang kemalangan atau terkena musibah digerakkan Oraganisasi. 2. Bobi Iskandar - Tidak ada pembedaan sesame siswa-siswi walau berbeda agama 3. Teguh - biasa saja 4. Sam Hawelengga. S - Keberagaman tidak menimbulkan perbedaan dan saling membantu jika ada yang tertimpa musibah 5. Andre - Selalu solid - saling menghargai dan suka saling membantu 6. Sarah feby sendawa - Hubungan kebersamaan tanpa memandang agama masing-masing. - Adanya rasa ingin membantu yang kemalangan atau terkena musibah digerakkan Oraganisasi. 7. Agung lesmana - Adanya rasa ingin membantu yang kemalangan atau terkena musibah digerakkan Oraganisasi. 8. Lisnawati -Biasa saja tapi tetap saling menghargai satu sama lain 9. Shiwa Kumar - Hubungan rasa karena satu keyakinan dan agama. - Hubungan kebersamaan tanpa memandang agama masing-masing. 10. Suji Rizki -Biasa saja - Membantu yang kemalangan atau terkena musibah Universitas Sumatera Utara Tabel. 12 POLA PERGAULAN ANTAR SISWA-SISWI No. Nama Informan Pola Pergaulan 1. Novi D. S - Menimbulkan persahabatan. - Berbaur tanpa memandang perbedaan agama yang dianutnya. -saling menghormati satu dengan yang lain. 2. Bobi Iskandar - pergaulan di sekolah menurut saya adalah sangant kompak dan akrab. 3. Teguh - pergaulan di sekolah menurut saya adalah biasa-biasa saja. 4. Sam Hawelengga. S - Norma-normal saja 5. Andre - pergaulan diluar dan didalam sekolah sangat kompak. 6. Sarah feby sendawa - Hubungan baik Akrab dan adanya Kekompakan 7. Agung lesmana - Biasa saja 8. Lisnawati - Saling menghormati satu dengan yang lain. 9. Shiwa Kumar - Normal-normal saja 10. Suji Rizki - kompak dan akrab Universitas Sumatera Utara Tabel. 13 POLA PERSAINGAN ANTAR SISWA-SISWI No. Nama Informan Pola Persaingan 1. Novi D. S - Bersaing dalam hal prestasi 2. Bobi Iskandar - Tidak ada persaingan 3. Teguh - Tidak ada persaingan 4. Sam Hawelengga. S - Tidak pernah merasa bersaing dalam hal apapun 5. Andre - Bersaing secara sehat dalam mendapatkan pelajaran 6. Sarah feby sendawa - Tidak ada 7. Agung lesmana - Bersaing dalam hal prestasi 8. Lisnawati - Bersaing secara sehat 9. Shiwa Kumar - Tidak ada 10. Suji Rizki - Tidak ada Bila melihat pada table- table diatas bahwa pola interaksi yang terjadi di SMA Swasta Raksana Medan seperti pola kerjasama, pergaulan, kontak sosial, konflik, solidaritas dan persaingan dapat dilihat bagaimana mereka memposisikan dirinya dalam Universitas Sumatera Utara hal berhubungan berbaur dan berinteraksi dengan siswa-siswi di sekolahnya baik satu agama dan keyakinan dan terhadap siswa-siswi yang berbeda agama dan keyakinannya.

4.2.2 Bentuk Interaksi Sosial dari Segi Keagamaan

Dalam membina dan mengembangkan pembangunan spiritual keagamaan sebagai pola sikap toleransi yang mempunyai keterkaitan dan ketergantungan antar pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yang lainnya. Hal ini dapat dilihat di SMA Swasta raksana Medan, di sekolah ini tidak hanya terdapat agama yang heterogen seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha. Dari data yang telah didapat di lapangan bahwa agama Islam dan Kristen Protestan menjadi agama yang lebih mendominasi yaitu dapat dilihat pada tabel. 3 tentang keadaan siswa berdasarkan jumlah agama. Semua ini hendaknya dapat menjauhkan dan tidak menimbulkan sikap pertentangan dan tetap mengembangkan sikap saling menghormati antar umat beragama dan membina kerukunan hidup berdampingan secara damai didalam pergaulannya dan berbaur di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Agama dalam kehidupan berfungsi sebagai suatu system nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agamam yang dianutnya. Pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah member kemantapan batin, rasa bahagia, dan rasa puas. Agama dalam kehidupan individu selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan, dalam artian bahwa kehidupan manusia dikembangakan dengan sikap saling hormat-menghormati dan bekerjasama antar pemeluknya. Dengan penganut agama yang berbeda-beda dapat dibina kerukunan hidup Universitas Sumatera Utara diantara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat meningkatkan potensi dan kemajuan manusia untuk melaksanakan pembangunan yag sedang berkembang saat ini. Dengan perbedaan ini komunikasi dan kontak sosial dapat terjadi apabila antar individu atau kelompok siswa memiliki nilai-nilai dan kepentingan yang sama diantara mereka, salah satu contoh sederhana dari interaksi sosial yang terjadi di sekolah adalah antara siswa yang berbicara dan berkomunikasi dengan teman sekelas dalam hala pelajaran misalanya pelajaran agama, guru memberi tugas untuk melihat pendapat dari siswa-siswi yang berbeda agama dan itu bisa saja menimbulkan keakraban dan bisa juga akan menimbulkan konflik karena terdapat kesalahpahaman atas perbedaan pendapat. Interaksi sosial yang melibatkan keagamaan di SMA Swasta Raksana Medan ini terjadi karena terdapatnya kenaekaragaman agama terutama pada siswa-siswi yang setiap harinya melakukan interaksi, berbaur dan bergaul dilingkungan sekolahnya. Adapun bentuk interaksi sosial dari segi keagamaan di sekolah ini dapat kita lihat pada kegiatan- kegiatan keagamaan yang ada disekolah tersebut yang dapat membentuk suatu kerjasama antar umat beragama di sekolah tersebut. Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antar individu dan kelompok manusia untuk mencapai suatu tujuana bersama. Kerja sama akan timbul jika orang menyadari bahwa diantara mereka memiliki kepentingan-kepentingan yang sama saat bersamaan. Bentuk kerjasama yang terlihat dari segi sosial dan keagamaan adalah kegiatan-kegiatan keagamaan yang dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama, hali ini terlihat dari interaksi antar siswa-siswi dalam menjalani proses kegiatan keagamaan tersebut. Universitas Sumatera Utara Drs. S. Manik selaku Kepala sekolah SMA Swasta Raksana Medan, mengatakan : “Kedisiplinan disekolah ini sangat lah bagus karena kami para guru-guru disini selalu menekankan kedisiplinan dan peraturan yang sangat ketat untuk membimbing mereka kearah yang lebih baik dan supaya membangun kebiasaan yang baik buat mereka kelak. Di sekolah ini juga terdapat siswa-siswi yang berbeda agamanya, SMA ini memiliki kegiatan-kegiatan keagamaandan ada yang dikhususkan bagi siswa-siswi tanpa membendakan agama dan semua boleh mengikuti agamanya, kegiatan keagamaan dalam sekolah ini adalah sebagai berikut : 1. Pesta kelas, sebagai acara dalam menyambut Tahun Baru. 2. Siramaan rohani, diwajibkan untuk semua siswa berdasarkan agamanya masing-masing. 3. Kegiatan Natal bagi umat Kristen. 4. Perayaan Maulid bagi agama Islam. 5. Perayaan Idul Fitri 6. Perayaan Hari besar Agama Dari beberapa kegiatan keagamaan seperti yang dinyatakan oleh Bapak Kepala Sekolah SMA Swasta Raksana Medan tersebut dapat diketahui jadwal dan waktu yang disediakan oleh sekolah untuk mengikuti kegiatan keagamaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 14. KETERANGAN JADWAL dan WAKTU KEGIATAN ACARA KEAGAMAAN No. Kegiatan Keagamaan Keterangan Jadwal 1. Pesta Kelas Diselenggarakan setiap setahun sekali pada bulan januari 2. Siraman Rohani Dilaksanakan sekali seminggu sesuai jadwal yang di tentukan. 3. Perayaan Idul Fitri Dirayakan setiap sekali setahun setelah libur Puasa. 4. Perayaan Maulid Diselenggarakan sesuai dengan tanggal Maulid Nabi sekali setahun. 5. Perayaan Natal Diselenggarakan sekali setahun di bulan Desember. 6. Perayaan Hari Besar Agama Diselenggarakan sekali setahun sesuai tanggal nya. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada disekolah SMA Swasta Raksana Medan memang rata-rata diwajibkan untuk siswa-siswi yang beragama berdasarkan agama yang dianutnya. Seperti pada pesta kelas yaitu acara yang di selenggarakan untuk memperingati pergantian tahun yaitu TAHUN BARU pada bulan januari berupa adanya siraman rohani yang dipimpin oleh guru agama masing-masing agama. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru agama Kristen di SMA Swasta Raksana, yaitu Drs. P. Siringo-ringo, berikut penuturan informan : “Kegiatan keagamaan berupa siraman rohani itu wajib dilakukan dan harus diikuti oelh setiap siswa-siswi berdasarkan agamanya masing-masing yang dipimpin oleh guru-guru dan kadang diundang pendeta, ustad tetapi khusus agama hindu budha karena tidak terlalu banyak maka akan digabung menjadi satu ruangan”. Universitas Sumatera Utara Siswa-siswi SMA Swasta Raksana medan sangat menghormati kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada disekolah, walaupun kegiatan-kegiatan yang ada rata-rata diwajibkan akan menimbulkan sikap saling menghargai dan menghormati walau jumlah penganut nya tidak sama. Seperti tanggapan salah seorang guru agama Hindu dan Agama Budha, yaitu Ibu Bidiningsih. SPd. Berikut penuturan informan : “dengan adanya kegiatan keagamaan yanga diselenggarakan disekolah ini membuat siswa-siswi semakin akrab dan saling menghormati satu sama lainnya, seperti contoh agama hindu yang berjumlah lebih sedikit tidak menjadi terkucilkan tetapi mereka tetap dihargai dan dihormati seperti siswa-siswi yang lainnya ketika mereka melakukan kegiatannya. Tidak ada konflik yang terjadi dan dalam hal pembauran kami sebagai guru-guru disini mengadakan lomba olah raga dengan cara menggabungkan mereka agr lebih kompak, dan untuk mengisi anggota dari OSIS juga kami memilih siswa dari seluruh agama yang ada supaya tidak ada perbedaan diantara mereka, tetapi masalah kesenjangan itu pasti ada tetapi tidak terlalu kontras karena mereka yang mempunyai lebih dari teman mereka tidak menganggap rendah terhadap teman mereka yang tidak mempunyai dan bahkan bisa dikkatakan mereka saling membatu satu sama lain.”. Salah seorang guru yang mengajar pelajaran agama Islam yang bernama Drs. Z. Tanjung berpendapat bahwa : “kegiatan keagamaan yang diadakan disekolah sangat lah baik karena akan sangat berpengaruh pada moral, sikap dan etika dalam diri bagi siswa-siswi disekolah ini dimana kami para guru-guru agama disini mengajarkan supaya mereka tidak saling membedakan antara sesamanya dan saling menghormati dan Universitas Sumatera Utara merhargai agama yang lain dan bisa bekerjasama dan berkomunikasi dengan baik supaya tidak menimbulkan konflik, selain itu rasa solidaritas diantara mereka juga sanagt lah baik karena rasa ingin membantu temannya yang sedang mengalami musibah atau kemalangan. Begitu juga dengan penuturan seorang informan yang bernama YN Agama Islam kelas XI IPA : “saya sangat senang dengan adanya kegiatan keagamaan seperti Siramanan Rohani, dengan begitu walaupun saya sekolahyang heterogen dan didominasi agama islam dan Kristen tetapi semua siswa-siswi mendapat pelajaran untuk agamanya masing-masing. Bentuk interaksi sosial dan keagamaan tidak hanya terlihat dari bentuk kerjasama dalam kegiatan itu saja tetapi dapat juga terljadi dalam proses belajar dan mengajar yang sedang berlangsung denagn terdapat beragama penganut agama dapat membawa pengaruh kepada siswa-siswi dalam bersaing meningkatkan prestasi belajar karena setiap manusia sebagai individu tentunya selalu ingin menjadi yang terbaik dalam lingkungannya. Berikut penuturan seorang siswa yang bernama SA agama Khatolik kelas XII IPS : “Saya sangat senang mempunyai teman-teman yang berprestasi disekolah ini walaupun mereka mempunyai prestasi yang baik tentunya tidak mau kalah dengan mereka, saya ingin seperti mereka dan ingin bersaing dengan baik dan ingin membuat prestasi disekolah ini tentunya, walaupun kami berbeda agama dan itu tidak akan membuat perbedaan dan tidak menimbulkan konflik dan akan selalu bekerja sama dan saling tolong menolong”. Universitas Sumatera Utara Dari pertanyaan siswa diatas dapat diketahui bahwa agama bukan merupakan factor yang membuat mereka merasa berbeda dalam bergaul dan berteman dengan teman- teman yang berbeda agama disekolah. Terjadinya kesalahpahaman dalam berinteraksi kemungkinan bersar dapat saja bisa terjadi didalam lingkungan sosial sekolah, apalagi telah menyangkut factor keagamaan. Dengan adanya perbedaan, rasa sensitive pada setiap individu akan sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan sikap dan tingkah laku seseorang. Hal ini juga dirasakan oleh seorang siswa yang bernama Im Agama Protestan kelas XII : “saya pernah bertanya dengan teman saya yang berbeda agama dengan saya, mengapa yah di bulan ramadhan kemarrin diwajibkan untuk berpuasa selama satu bulan penuh tidak makan dan tidak minum untuk menahan rasa lapar dan menahan rasa dahaga. Lalu dia menjelasakan bagaimana caranya agar puasanya berjalan dengan lancar, dengan berpuasa emosi juga harus dapat ditahan atau dikendalikan, tetapi karena saya lupa membawa buku cacatatannya lalu dia marah, lalu saya mengingat kan kalau dia sedang berpuasa dan tidak boleh marah-marah dank arena hal itu dia merasa tersinggung dan menjauhi saya padahal saya hanya mengingatkan dia karena saya juga benar-benar lupa membawa bukunya, karena manusia juga terkadang bisa lupa …. “ Begitu juga pernyataan seorang informan dilapangan yang diungkapkan oleh seorang siswa yang berinisial As agama Khatolik : “ Saya sering lupa dan tidak sengaja makan didepan teman saya yang sedang menjalankan ibadah puasa, takut nya saya dianggpa tidak menghormati dan menghargai mereka yang sedang berpuasa”. Universitas Sumatera Utara Nah, dari pernyataan informan diatas dapt kita jelaskan bahwa sebenarnya mereka sangat menghormati dan berusaha untuk saling menghargai satu sama lain walau berbeda-beda agama, tetapi kesalah pahaman terjadi diantara mereka bisa terjadi karena salah menanggapi perbuatan temannya dan kurang memahami maksud dari temannya yang lain. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial. Kemampuan berfikir banyak memperngaruhi segala hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, setelah berbahasa di kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dan perkembangan sosial anak.

4.3 Proses Adaptasi Siswa-Siswi yang Berbeda Agama