Perumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan Peran Binatang Peliharaan di Keluarga Jepang

4 dalam bisnis adalah strategi. Bagaimana kita mengatur strategi agar bisnis yang dijalankan berbeda dengan bisnis yang lain yang memiliki keunikan tersendiri. Karena seiring berkembangnya jaman, kita harus semakin jeli melihat peluang bisnis yang ada. Seperti yang telah dijelaskan, kini di Jepang banyak muncul bisnis-bisnis yang berkaitan dengan binatang. Seperti café untuk binatang peliharaan seperti Cat Café, Pet Spa spa untuk binatang peliharaan, dan Pet Hotel hotel untuk binatang peliharaan. Hal ini dimanfaatkan oleh para pebisnis di Jepang untuk mengambil keuntungan dari berkembangnya fenomena pet boom. Tidak hanya untuk binatang peliharaan, tetapi terdapat juga peluang bisnis untuk pencinta binatang peliharaan yang tidak memiliki waktu untuk memelihara binatang peliharaan. Dengan adanya fenomena pet boom yang merupakan meningkatnya jumlah binatang peliharaan di Jepang dan seiring dengan munculnya bisnis terkait binatang peliharaan karena mendapat pengaruh dari fenomena pet boom, penulis merasa tertarik untuk meneliti “Fenomena Pet Boom Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Bisnis Binatang Peliharaan Di Jepang Dewasa Ini” .

1.2 Perumusan Masalah

Berkembangnya pet boom pada masyarakat Jepang mengakibatkan berubahnya pemikiran orang Jepang terhadap binatang peliharaan. Awalnya binatang dipelihara sebagai binatang penjaga rumah, sekarang telah berubah. Kini binatang peliharaan dianggap sebagai anggota keluarga, yang sama pentingnya dengan anggota keluarga yang lainnya. Selain itu, perkembangan fenomena pet 5 boom juga ikut mempengaruhi dunia bisnis di Jepang dengan munculnya berbagai macam bisnis binatang peliharaan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apa faktor- faktor berkembangnya fenomena pet boom di Jepang? 2. Bagaimana pengaruh fenomena pet boom terhadap perkembangan bisnis binatang peliharaan di Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam setiap penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang dibahas. Di dalam penelitian ini, pembahasan akan terfokus bagaimana fenomena pet boom memberi pengaruh kepada bisnis di Jepang. Selain itu, pada bab II penulis juga akan memberikan penjelasan mendetail tentang asal muasal fenomena pet boom.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Setiap kebudayaan yang tercipta akan melahirkan budaya baru dan menghasilkan fenomena. Dewasa ini di mana aktivitas, teknologi dan media semakin canggih juga menimbulkan berbagai macam fenomena di kalangan masyarakat yang dihasilkan melalui dampak berkembangnya kehidupan 6 masyarakat. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, fenomena diartikan sebagai hal-hal yang dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah. Saat ini, di Jepang memelihara binatang peliharaan sudah sangat umum. Jika dilihat dari jumlahnya, binatang peliharaan lebih mendominasi dibandingkan dengan persentase kelahiran di Jepang saat ini. Menurut kepala Asosiasi Perencanaan Keluarga Jepang JFPA, Kunio Kitamura, Negeri Sakura kini mengalami krisis demografi serius. Bahkan, manusia Jepang terancam punah dimasa yang akan datang www.dunia news.viva.co.id. Masih ingin berkarir atau bekerja menjadi alasan bagi wanita Jepang yang telah menikah untuk menunda memiliki anak. Memelihara binatang seperti anjing dan kucing memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat Jepang, yaitu berupa nilai saling setia, nilai persahabatan dan nilai kebahagiaan. Selain kaum muda, yang banyak memelihara binatang peliharaan adalah lansia. Bagi lansia binatang peliharaan memiliki arti persahabatan, kesetian dan kasih sayang. Terkait dengan fenomena pet boom, saat ini banyak bisnis yang berhubungan dengan binatang peliharaan bermunculan di Jepang. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan binatang peliharaan, orang Jepang juga suka dengan hal-hal yang berbau unik dan lucu.

1.4.2 Kerangka Teori

Kerangka teori menurut Koenjtaraningrat 1976:1 berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari bentuk abstrak kedalam 7 bentuk yang nyata. Dalam penelitian suatu kebudayaan masyarakat diperlukan satu atau lebih teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan dari penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan fenomenologis. Pendekatan fenomenologis merupakan pendekatan yang menekankan rasionalitas dan realitas budaya yang ada serta berusaha memahami budaya dari sudut pandang pelaku budaya tersebut Moleong, 1994:8. Dengan pendekatan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang dalam situasi tertentu. Seperti penjelasan pada tinjauan pustaka sebelumnya, telah terjadi sebuah fenomena di tengah-tengah kehidupan masyarakat Jepang, yaitu fenomena pet boom. Di mana meningkatnya jumlah binatang peliharaan di Jepang. Selain itu penulis menggunakan teori pendekatan psikologi-sosial. Psikologi-sosial merupakan bidang sosiologi yang berfokus pada tindakan sosial berskala mikro. Bidang ini menilai keseluruhan masyarakat melalui studi pikiran, emosi dan kelakuan dari sekelompok kecil juga individu Stolte, John F; Fine, Gary Alan; Cook, Karen S.: 2001. Roueck and Warren dalam bukunya Sociology mendefinisikan psikologi sosial ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari psikologi daripada tingkah laku manusia, yang dipengaruhi oleh interaksi sosial. Dengan teori pendekatan psikologi-sosial ini, penulis berusaha memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat Jepang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sekarang banyak binatang peliharaan menjadi bagian dari 8 keluarga bahkan dianggap sama pentingnya dengan anggota keluarga yang lain. Selain itu, semakin banyak masyarakat Jepang yang memelihara binatang peliharaan, sehingga situasi ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk membuka bisnis yang berkaitan dengan binatang peliharaan. Beberapa ruang kaji psikologi- sosial seperti pada masyarakat, interaksi sosial dan perubahan-perubahan yang terdapat di dalamnya merupakan titik tolak penulis dalam mengkaji pengaruh pet boom terhadap bisnis di Jepang. 1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apa faktor-faktor berkembangnya fenomena pet boom di Jepang. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh fenomena pet boom terhadap perkembangan bisnis binatang peliharaan di Jepang.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, diharapkan menambah pengetahuan tentang fenomena pet boom dan perkembangannya. 2. Bagi pembaca, penulis berharap agar penelitian ini bisa menambah wawasan pembaca khususnya yang sedang belajar di bidang kajian masyarakat Jepang. 9

1.6 Metode Penelitian

Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa latin yang terdiri dari kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, cara, arah Ratna, 2009:34. Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah- langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Suatu penelitian mempunyai rancangan penelitian research design tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian https:karobby.wordpress.com. Metode penelitian merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan dalam melakukan penelitian, yaitu untuk menunjang keberhasilan tulisan yang akan disampaikan penulis kepada pembaca. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara alamiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk itu, dalam pengerjaan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut Koentjaraningrat 1976:30, penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, 10 keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan sekaligus dikaji dan kemudian diinterpretasikan dengan tetap mengacu pada sumber data dan informasi yang ada. Selain itu, penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan studi aktivitas yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Beberapa aspek yang yang perlu dicari dan diteliti meliputi masalah, teori, konsep dan penarikan kesimpulan. Dengan kata lain, studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Data yang diperoleh dari referensi tersebut akan dianalisa untuk dapat ditarik kesimpulan Nasution, 1996:14. Di samping itu, penulis juga memperoleh data-data dari beberapa situs di internet berkaitan dengan fenomena pet boom. Seluruh data-data yang didapat baik dari proses studi kepustakaan maupun data internet, akan dianalisa dan kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan hasil berupa kesimpulan. 11 BAB II GAMBARAN UMUM TERHADAP PET BOOM DI JEPANG 2.1 Binatang dan Jenis-jenis Binatang Binatang adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan Animalia atau metazoa, adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup ciptaan Tuhan di bumi. Binatang bisa juga disebut dengan fauna dan satwa. Binatang yang hidup di dunia ini pada umumnya diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar yaitu Vertebrata dan Invertebrata yaitu pengklasifikasian binatang berdasarkan tulang belakangnya. Dari klasifikasi binatang tersebut, terdapat juga berbagai jenis penggolongan binatang seperti berdasarkan jenis makanannya, jenis tempat hidupnya, penutup tubuhnya, cara geraknya, cara bernafasnya serta berdasarkan cara binatang berkembang biak. Keberadaan binatang di bumi ini juga sangat membantu keberlangsungan hidup manusia sehari-hari. Binatang-binatang yang terdapat di bumi ini ada yang dimanfaatkan sesuai kebutuhan manusia sehari-hari. Ada yang dijadikan bahan makanan bagi manusia, dan ada yang dimanfaatkan jadi binatang peliharaan. Namun, penulis lebih difokuskan pada pemanfaatan binatang sebagai binatang peliharaan. 2.1.1 Definisi Binatang Peliharaan Binatang peliharaan adalah binatang yang dipelihara oleh manusia untuk menemani kehidupan sehari-hari manusia. Binatang peliharaan berbeda dengan binatang ternak, binatang percobaan, dan binatang pekerja yang di pelihara untuk kepentingan ekonomi atau melakukan tugas tertentu. Jika mencari definisi 12 binatang peliharaan atau pet berdasarkan kamus Cambridge, pet dalam bahasa Inggris berarti “an animal which is kept in the home as a companion and treated kindly touch them gently and kindly with your hands”. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dapat berarti binatang yang dipelihara di rumah sebagai teman dan diperlakukan dengan baik dan dibelai dengan lembut. Dalam bahasa Indonesia kata pet disebut sebagai binatang peliharaan yang jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI merujuk pada kata binatang piaraan. Binatang sendiri berarti makhluk bernyawa yang mampu bergerak berpindah tempat dan mampu bereaksi terhadap rangsangan, tetapi tidak berakal budi. Sedangkan binatang peliharaan memiliki arti binatang yang biasa dipiara untuk kesenangan seperti anjing, kucing, dan burung. Berdasarkan kamus Kokugo Jiten, petto ペット memiliki beberapa arti, yaitu: 1. かわいがって飼育している動物 Binatang yang dipelihara dengan kasih sayang. 2. 特にかわいがっている子ども。お気に入りの人 Anak kecil yang disayang dengan berlebihan. Kesayangan. 3. 女性にとって年下の恋人 Bagi wanita, merupakan kekasih yang lebih muda. Dari ketiga pengertian pet dalam bahasa Jepang di atas, pengertian pet yang lebih sesuai dengan penelitian skripsi ini adalah pengertian yang pertama, yaitu binatang yang dipelihara dengan kasih sayang. Biasanya binatang yang dijadikan binatang peliharaan oleh manusia adalah binatang yang memiliki karakter setia pada majikannya, mengeluarkan suara yang 13 indah dan unik, berpenampilan menarik, bertingkah lucu dan menggemaskan, dan yang paling penting dapat menghibur majikannya. Tetapi, ada juga yang memelihara binatang karena langka dan kekhasannya. Pada teorinya manusia dapat memelihara binatang apa pun untuk dipelihara. Tetapi, pada prakteknya hanya spesies-spesies tertentu saja, terutama binatang-binatang kecil seperti kucing, anjing, kura-kura, kelinci, burung, dan ikan. Tidak semua manusia di bumi mempunyai binatang peliharaan. Banyak juga yang beranggapan bahwa memelihara binatang sungguh merepotkan dan menyita banyak waktu. Namun, bagi sebagian orang khususnya pecinta binatang, memelihara binatang merupakan hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan. Memelihara binatang juga memiliki banyak manfaat bagi kehidupan baik dari segi psikologis dan kesehatan. Salah satunya adalah dapat mengurangi stres dan rasa jenuh. Memiliki binatang peliharaan di tempat kerja ternyata dapat mengurangi potensi stres dan meningkatkan kepuasan dalam menyelesaikan pekerjaan. Keberadaan binatang peliharaan tersebut juga akan menghilangkan rasa sepi dan bosan bagi si pemiliknya. Disamping itu, berdasarkan penelitian yang dipublikasikan pada jurnal International Journal of Workplace Health Management menyebutkan bahwa mengelus binatang peliharaan dapat meningkatkan hormon oksitosin dan serotonin yang memberikan perasaan nyaman pada seseorang. Dengan hilangnya rasa sepi dan bosan serta munculnya rasa nyaman pada diri sesorang akan mengurangi potensi stres. Memelihara binatang juga dapat dijadikan sarana untuk melatih anak-anak menjadi lebih bertanggung jawab dan disiplin, karena dengan adanya binatang peliharaan mengharuskan mereka untuk memberikan makanan dan rutinitas 14 lainnya dengan tepat waktu. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Bob Poresky, seorang sosiolog dari Kansas State University pada tahun 1988, kemampuan intelegensi anak dapat meningkat dengan memiliki binatang peliharaan http:mypetshopmojokerto.blogspot.co.id2014_05_01_archive.html. Memiliki binatang peliharaan dapat mengajarkan anak tentang banyak hal seperti mengenal berbagai macam binatang dan bentuknya, sekaligus mempelajari kehidupan binatang dari dekat. Selain itu memiliki binatang peliharaan dapat mengajarkan anak untuk berempati. Anak-anak dalam memperlakukan binatang seringkali dengan cara yang salah. Dengan memiliki binatang peliharaan, anak dapat diajarkan bagaimana memperlakukan binatang peliharaan dengan benar. Di samping memiliki banyak efek positif, memiliki binatang peliharaan tetap membutuhkan perlakukan khusus agar binatang terhindar dari penyakit dan tidak menular kepada majikannya dengan melakukan perawatan binatang secara rutin dan teratur. 2.1.2 Jenis-jenis Binatang Peliharaan dan Persentasenya di Jepang Di negara maju seperti Jepang, memiliki binatang peliharaan sudah sangat umum. Saat ini, jumlah kepemilikan binatang peliharaan di Jepang sudah semakin meningkat. Kenaikan jumlah binatang peliharaan ini tidak terbatas hanya pada satu jenis binatang saja. Terdapat berbagai jenis binatang yang dapat dipelihara oleh manusia. Namun pada umumnya, hanya beberapa jenis binatang saja yang banyak dipelihara. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan-pertimbangan yang ada, seperti kelebihan dan kekurangan binatang tersebut dalam merawatnya. Binatang peliharaan yang paling sering dijumpai di Jepang adalah anjing, kucing, 15 burung, ikan, kelinci, dan serangga. Jenis-jenis binatang peliharaan di Jepang dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 2.1 Persentase Jumlah Hewan Peliharaan di Jepang 58.60 30.90 19.40 5.70 3.60 3.30 2.70 2.60 1.80 1.10 0.20 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 Anjing Kucing Ikan Burung Serangga Kelinci Hewan pengerat Hamster Cacing Amphibi Katak, Kadal air Mamalia lain Lain-lain Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa binatang anjing merupakan salah satu binatang peliharaan yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat Jepang, dengan jumlah persentase sebesar 58.6. Jepang sendiri memiliki beberapa jenis anjing yang berasal dari Jepang asli, seperti Akita inu, Kai inu, Hokkaido inu, Kishu inu, Shikoku inu, dan Tosa inu. Selain anjing-anjing yang memilliki nama sama dengan nama tempat mereka berasal, terdapat sebuah anjing Shiba inu, yang namanya berarti semak belukar. Anjing ini pun disebut sebagai anjing terkecil dari anjing-anjing Jepang lainnya. Selain anjing yang berasal dari Jepang, juga terdapat anjing ras lainnya seperti Golden Retriever, Labrador, Dachsund, Chihuahua, dan Toy Poodle yang lebih banyak dipelihara oleh kaum muda. Pada mulanya anjing dipelihara sebagai binatang pemburu dan penjaga, dan terkadang sebagai maskot karena menurut kepercayaan, anjing adalah pengusir roh jahat dan 16 kesialan. Anjing yang dulunya dipelihara di rumah sebagai binatang pembantu berburu dan penjaga, kini sekedar merupakan binatang kesayangan. Keadaan perumahan Jepang yang rata-rata tidak begitu besar dan hampir tidak mempunyai taman, tidak memungkinkan orang untuk memelihara anjing besar. Dengan demikian orang Jepang lebih banyak yang memelihara anjing yang berukuran kecil seperti spitz, terrier, chihua-hua, toy poodle, dan maltese agar dapat dipelihara di dalam rumah ataupun apartement. Anjing-anjing tersebut biasanya sangat dimanja. Banyak yang memperoleh perlakuan istimewa bagaikan manusia, seperti dimandikan dengan shampo, dicukur, dan bahkan kakinya dirawat secara teratur. Di toko-toko khusus tersedia tali, kalung, topi, sepatu, baju, kosmetik, mainan, dan tempat tidur serta makanan istimewa yang bergizi untuk anjing. Para pemelihara anjing juga sangat mematuhi peraturan tentang kepemilikan anjing, misalnya vaksinasi anti rabies dua kali setahun. Tanpa sertifikat vaksinasi tersebut anjing akan disita sebagai anjing liar. Anjing masa kini lebih beruntung karena makin panjang umurnya dan gaya hidup serta makanannya makin mirip seperti gaya hidup dan makanan manusia. Namun, timbul pula masalah lain, anjing masa kini menderita penyakit manusia. Anjing mudah kegemukan, mudah dijangkiti penyakit diabetes, dan penyakit jantung karena makanannya terlalu bergizi. Pengobatan yang diberikan sama seperti pengobatan yang diberikan kepada manusia, yaitu pembedahan, terapi obat, dan terapi penyinaran. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa ada 30,9 responden yang memilih binatang kucing sebagai binatang peliharaannya. Orang Jepang memiliki hubungan yang panjang dengan kucing. Sudah lebih dari 1000 tahun yang lalu, 17 masyarakat kelas atas hidup dengan kucing. Masyarakat umum juga mulai memelihara kucing di rumah beberapa ratus tahun yang lalu. Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh organisasi industri, terdapat sekitar 70 dari kucing peliharaan ini sebagai kucing rumahan, yang berarti kucing-kucing tersebut menghabiskan waktu mereka di dalam rumah majikannya. Hal ini juga merupakan hal yang baik bagi petugas kontrol binatang, pejabat kesehatan masyarakat, dan organisasi kesehatan binatang yang telah berkampanye terus menerus untuk menjaga kucing tetap berada di dalam rumah. Kucing rumahan lebih sehat dan aman, selain itu dengan kucing berada di dalam rumah semakin mengurangi masalah di lingkungan, seperti ketika kucing membuang kotoran sembarangan, menggali di halaman di depan rumah tetangga, dan berjalan serta menggaruk permukaan mobil yang sedang diparkir. Selain itu, terdapat pula tempat yang menunjukkan jejak hubungan antara kucing dan orang yang tersebar di seluruh Jepang, yaitu Pulau Tashirojima di Ishinomaki terletak di sebelah timur Sendai. Kota ini dikenal sebagai Pulau Kucing. Di tempat ini kucing datang untuk menyambut kapal di pelabuhan. Banyak kucing yang menunggu nelayan dengan sabar di sekitar pelabuhan untuk kembali. Selain itu, ada pula kuil kucing Neko-Jinja yang terletak di pusat pulau Tashirojima. Pada urutan ketiga, sebanyak 19,4 responden yang memelihara ikan. Pada umumnya, yang memelihara ikan adalah anak laki-laki dan pria dewasa. Jenis ikan yang paling banyak dipelihara adalah ikan koi, goldfish, carp, dan tropical fish. Alasan masyarakat Jepang memelihara ikan adalah karena ikan merupakan binatang kecil dan hanya membutuhkan tempat kecil seperti aquarium sebagai 18 wadahnya. Sehingga tidak akan memakan banyak tempat di apartement yang kecil. Selain itu, ikan diperbolehkan untuk dipelihara di apartement dibandingkan dengan anjing. Karena ikan tidak mengeluarkan suara yang besar seperti binatang anjing. Perkembangan goldfish atau ikan hias mas sangat besar di Jepang dan di negara-negara Asia lainnya. Ikan hias mas pertama di Jepang berasal dari China di Sakai, dekat Osaka, pada bulan Januari 1502. Secara teori, seekor ikan hias mas dapat berkembang keberbagai ukuran dan pada umumnya warna ikan hias mas mengandung pigmen oranye, kuning, dan hitam. Pertumbuhan ikan hias mas ini dipengaruhi oleh makanan, tempat, dan ukuran kolam. Selain ikan mas, terdapat ikan koi nishikigoi. Ikan koi adalah spesies ikan hias mas yang berharga mahal untuk hidupnya yang lama dan keindahan motifnya. Masyarakat Jepang lebih menyukai ikan koi yang memiliki warna merah dan putih, atau koi triwarna dengan bintik-bintiknya yang berwarna hitam. Dengan persentase sebesar 5,7 burung berada di posisi keempat pada jumlah persentase binatang peliharaan yang paling banyak dipelihara. Burung selalu berada di tempat khusus dalam sejarah binatang peliharaan Jepang. Burung kecil seperti pipit dan kenari sudah sangat populer di masyarakat Jepang selama bertahun-tahun. Bahkan sebelum burung dijadikan binatang peliharaan, masyarakat Jepang kuno memandang burung sebagai makhluk suci yang membawa jiwa manusia naik ke surga setelah kematian. Sekarang burung sudah semakin banyak dijadikan binatang peliharaan. Alasannya karena burung memiliki kekhasannya sendiri, seperti suara yang unik dan warna-warna bulunya yang indah. Pada umumnya yang memelihara burung adalah pria dewasa. 19 Musim panas di Jepang adalah musim untuk pecinta serangga. Di Jepang, serangga sudah dicintai sebagai binatang peliharaan untuk waktu yang lama. Menangkap serangga masih menjadi hobi populer di kalangan anak-anak sekolah di Jepang. Maka dari itu, tidak jarang terlihat anak-anak membawa jaring raksasa dengan kotak untuk menyimpan serangga yang tergantung di leher mereka di sekitar taman. Selain itu, masyarakat Jepang juga sangat suka mendengar suara serangga pada malam hari di musim panas. Jenis serangga ini disebut dengan jangkrik. Persahabatan yang mereka tawarkan adalah melalui kicau suara yang mereka buat. Suara kicauan ini membuat nyaman kepada orang tua-orang tua pada setiap malam musim panas. Jangkrik yang paling populer adalah Suzumushi. Banyak orang yang masih memelihara suzumushi untuk menikmati suara-sauara mereka yang terdengar seperti denting lonceng. Para pecinta serangga seringkali memasukkan serangga ke dalam terarium kaca dan memungkinkan serangga untuk bertelur di dalam terarium tersebut. Dengan persentase sebesar 3,6 responden memilih serangga sebagai binatang peliharaannya. Meskipun anjing dan kucing saat ini merupakan binatang peliharaan dalam golongan mamalia paling populer di Jepang, namun kepopuleran kelinci sebagai binatang peliharaan juga patut dipertimbangkan. Terdapat 3,3 responden yang memelihara kelinci. Telinga kelinci yang panjang menjadi daya tarik bagi anak- anak perempuan dan wanita dewasa untuk memeliharanya. Selain itu, dengan persentase sebesar 2,7 responden memilih binatang hamster sebagai binatang peiharaannya. Alasan memelihara hamster dikarenakan binatang tersebut sangat lucu dan menggemaskan. 20

2.1.3 Hubungan Pemelihara dan Binatang Peliharaan

Manusia merupakan makhluk sosial, dimana bersosialisasi merupakan sesuatu yang mutlak dalam kehidupannya karena manusia hidup saling membutuhkan. Berteman termasuk dalam bersosialisasi. Manusia membutuhkan teman dan seringkali menjadikan binatang peliharaannya sebagai salah satu teman dalam kehidupannya. Di samping menjadikan binatang peliharaanya sebagai salah satu temannya manusia juga memiliki motivasi-motivasi lain dalam memelihara binatang tersebut, seperti anjing sebagai penjaga, burung dan ikan untuk keindahan dipandang, burung untuk keindahan didengar, kuda untuk dikendarai, anjing dan kucing untuk dilombakan. Binatang peliharaan merupakan binatang yang dijinakan dan diurus oleh pemiliknya, serta memiliki ikatan emosional di antara keduanya. Ikatan emosional akan membentuk sebuah hubungan antara manusia dengan binatang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hubungan tersebut memberikan manfaat positif untuk pemiliknya baik itu dalam hal fisik, psikologis, dan kesejahteraan sosial, di mana membuat binatang peliharaan akan menjadi suatu kebutuhan yang semakin penting dalam rumah tangga modern. Hubungan antara pemilik dengan binatang peliharaannya dipengaruhi oleh persepsi pemilik dan karakteristik binatang peliharaannya. Dengan melihat peran binatang peliharaan dalam hubungannya dengan temuan pada anthrozoologists, diketahui terdapat 3 dimensi dari hubungan pemilik dengan binatang peliharaannya, yaitu: attachment, interaksi, dan peran binatang peliharaan sebagai human substitute Chen et al., 2012. 21 1. Attachment Johnson et al. 1992 menyatakan bahwa attachment adalah tingkat kasih sayang yang terdapat di antara seseorang dengan binatang sebagai sahabat mereka. Attachment juga dapat berarti ikatan antara manusia pemilik dengan binatang peliharaannya human-animal bond. Ikatan antara pemilik dengan binatang peliharaannya didefinisikan sebagai kesesuaian antara binatang dan pemilik pada fisik, perilaku, dan psikologis Budger et al., 1998 dalam Douglas, 2005. Pemilik menganggap binatang peliharaannya sebagai sahabat atau sesuatu yang berharga sehingga kebutuhan binatang peliharaan mereka akan benar-benar dipertimbangkan. Hubungan ini juga dapat mempengaruhi kesehatan dari pemilik. Sebagai contoh, bagaimana keterikatan pada binatang peliharaan dapat mengurangi kesepian dan mengurangi stres pemiliknya, dan karena itu dikatakan dapat meningkatkan kesehatan pemiliknya. Pengaruh dari attachment ini selanjutnya dapat diamati ketika pemilik membeli jasa perawatan grooming atau mainan yang dirancang untuk binatang peliharaan. Menurut para ahli, semakin tinggi attachment, semakin mungkin pemilik membeli produk yang mewah. 2. Interaksi Dimensi kedua adalah interaksi, mengacu pada hubungan kemitraan dua arah di mana kedua belah pihak menyesuaikan perilaku mereka sesuai dengan mitra mereka Turner, 2000 dalam Chen et al., 2012. Dalam studi yang dilakukan oleh Belk 1996, pemilik dengan binatang peliharaannya 22 telah terbukti akan menyesuaikan perilaku dan gaya hidup mereka ketika berinteraksi satu sama lain. Berdasarkan contoh tersebut, interaksi dapat dianggap sebagai dimensi yang signifikan untuk menguji hubungan antara pemilik dengan binatang peliharaannya. Hal ini didukung dengan bukti-bukti yang telah diteliti oleh beberapa penelitian sebelumnya Ellson, 2008; Greenebaum, 2004; dan Holbrook, 1996, di mana perilaku konsumsi beberapa pemilik binatang peliharaan dalam membeli produk dan jasa yang memungkinkan binatang peliharaannya lebih bersosialisasi dengan pemiliknya dan orang lain. Seperti misalnya, pelatihan dan peralatan yang dirancang untuk melibatkan binatang peliharaan dalam kegiatan indoor dan outdoor. 3. Human Substitute Berdasarkan definisi tentang anthropomorphism, human substitute dalam penelitian ini mengacu pada kecenderungan memanusiakan sesuatu yang bukan manusia Chen et al., 2012. Menurut definisi tentang anthropomorphism tersebut, lebih dari 70 dari pemilik menganggap binatang peliharaannya sebagai pengganti dari anak, saudara, danatau teman. Pemilik memberi makan binatang peliharaan dengan makanan manusia, memberi binatang peliharaan dengan nama-nama manusia, merayakan ulang tahun binatang peliharaan, membawa binatang peliharaan ke dokter spesialis ketika sakit, pemilik berduka ketika binatang peliharaannya mati, dan menguburkan binatang peliharaannya di pemakaman binatang peliharaan dengan semua ritual pemakaman manusia. 23 Sebagai contoh, ada beberapa pemilik yang akan bersedia membayar mahal perawatan medis untuk binatang peliharaannya karena pemilik menghargai binatang peliharaan tersebut seolah-olah binatang peliharaan tersebut adalah anggota keluarga pemilik. Selain itu terdapat beberapa pemilik yang akan mempersiapkan upacara keagamaan misalnya pemakaman untuk binatang peliharaannya, seperti yang mereka lakukan terhadap anggota keluarga mereka sendiri. Dapat dilihat dalam dimensi ini menyiratkan bahwa pemilik akan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk binatang peliharaannya, seperti membeli barang kualitas unggul.

2.1.4 Pandangan Orang Jepang Terhadap Binatang Peliharaan

Pada saat ini, masyarakat Jepang sangat gemar memelihara binatang peliharaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah binatang peliharaan yang semakin meningkat. Orang Jepang banyak yang memperlakukan binatang peliharaannya secara khusus, yaitu seperti mereka merawat anak sendiri. Mereka memberikan makanan instan yang bergizi tinggi, dan diberikan pakaian yang bagus. Sebagian masyarakat Jepang sudah menganggap binatang peliharaannya adalah teman bagi dirinya, bahkan ada pula yang sudah menganggap binatang peliharaan tersebut sebagai keluarga. Awal kedekatan masyarakat Jepang dengan binatang dapat dilihat dari legenda, mitos, dan cerita dalam kebudayaan. Catatan pertama mengenai keberadaan anjing sebagai teman manusia terdapat pada Nihon Shoki yang menuliskan bahwa tredapat seekor anjing bernama Ayuki yang dipelihara oleh 24 seorang lelaki di preferktur Hyoho. Diceritakan bahwa pada perut anjing tersebut terlihat tanda Yasakani no Magatama, setelah ia memakan badger milik tuannya. Diceritakan pula Fujino, hlm.3, ketika Mononobe no Moriya dikalahkan oleh Soga no Umako, anjingnya setia menemani Mononobe no Moriya hingga meninggal. Dalam Makura no Shoshi yang ditulis oleh Sei Shonagon, terdapat beberapa cerita mengenai anjing. Salah satunya merupakan cerita tentang seekor anjing yang membuat marah Ichijo Tenno 980-1011 hingga akhirnya ia diasingkan ke sebuah pulau. Namun, tak lama kemudian, anjing tersebut muncul kembali di depan rumah tuannya. Meskipun telah diusir berkali-kali, namun anjing tersebut terus menerus muncul di depan rumah pemiliknya. Dari mitologi tersebut dapat menunjukkan bahwa sejak dahulu masyarakat Jepang telah mencitrakan figur anjing sebagai figur yang setia melayani tuannya. Sejak zaman dahulu pun, masyarakat Jepang telah menghormati dan menyayangi anjing sebagai binatang peliharaan dan teman hidup. Selain anjing, burung juga populer menjadi binatang peliharaan di Jepang. Sebelum burung dijadikan binatang peliharaan oleh masyarakat Jepang, burung pada masyarakat Jepang kuno dipandang sebagai makhluk suci yang membawa jiwa manusia naik ke surga setelah kematian. Burung disebut memiliki kekuatan untuk terbang antara dunia orang mati dan orang hidup. Dalam budaya tradisional di Jepang, diketahui bahwa dukun atau pendeta mengenakan kostum menyerupai burung. 25

2.2 Perkembangan Fenomena Pet Boom di Jepang

Binatang peliharaan atau dalam bahasa Jepang disebut dengan petto adalah binatang yang dipelihara oleh manusia, dalam kurun waktu yang sebentar atau pun lama. Di Jepang, kecenderungan jumlah penduduknya yang menurun ternyata tidak berarti jumlah binatang peliharaan mereka terutama anjing dan kucing turun juga, bahkan sebaliknya, jumlah binatang peliharaan di Jepang cenderung naik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa saat ini sedang terjadi fenomena pet boom di Jepang. Banyaknya masyarakat Jepang yang memelihara binatang membuat fenomena pet boom ini semakin meningkat. Secara harafiah, pet boom dapat berarti ledakan binatang, yaitu meningkatnya jumlah binatang peliharaan secara drastis. Memelihara binatang dalam kehidupan masyarakat Jepang sebenarnya telah ada sejak lama. Jika kita melihat kembali tiga puluh hingga empat puluh tahun silam, meskipun tetap menghargai dan menyayangi binatang, tidak banyak masyarakat Jepang yang menganggap binatang peliharaan sebagai bagian dari keluarga Thangham, 2008. Dahulu, orang memelihara binatang hanya sebagai binatang penjaga saja, namun pendapat itu telah berubah. Banyak masyarakat Jepang yang memelihara binatang sudah menganggap binatang peliharaannya sebagai bagian dari keluarga. 26 Tabel 2.2 Jumlah Hewan Peliharaan di Jepang 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 1960 1970 1980 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 Sumber Departemen Kesehatan Jepang 1997 Jika ditelusuri, pet boom mulai berkembang sejak tahun 1989 ketika eknomi Jepang mulai berkembang. Jumlah orang yang memelihara binatang peliharaan pada tahun 1988 sempat mengalami penurunan yang drastis. Saat itu perekonomian Jepang meredup disebabkan oleh bubble economy sehingga fenomena pet boom yang sempat berkembang pun hilang. Bubble economy merupakan keadaan ekonomi Jepang dimana nilai mata uang Jepang menguat dan menjadikan harga-harga barang melambung tinggi. Kembali meningkatnya jumlah binatang peliharaan sejak tahun 1996 pun menjadi salah satu saat pet boom yang sekali lagi berkembang di Jepang. Terlihat pada tabel 2.2 di atas pada tahun 1988 terjadi penurunan jumlah binatang peliharaan, namun kembali naik pada tahun 1989. Kenaikan jumlah binatang peliharaan pada tahun 1996 hingga tahun 1998 terlihat cukup mencolok, yakni 1 juta ekor binatang peliharaan. Kenaikan yang cukup drastis dan berbeda itulah yang menjadikan kenaikan binatang peliharaan di Jepang pada tahun 1996 disebut sebagai pet boom. 27 BAB III PENGARUH FENOMENA PET BOOM TERHADAP BISNIS BINATANG PELIHARAAN DI JEPANG 3.1 Faktor-faktor Berkembangnya Fenomena Pet Boom di Jepang Perkembangan fenomena Pet Boom di Jepang yang semakin meningkat tentunya didorong oleh beberapa faktor-faktor yang ada. Faktor dari dalam diri pemilik binatang yang mempengaruhi mereka untuk memelihara binatang peliharaan merupakan salah satu faktor yang mendorong berkembangnya fenomena pet boom. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemiliknya untuk memelihara binatang dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 3.1 Alasan Memelihara Hewan Peliharaan 63.3 37.1 29.4 14.9 6 5.6 9.2 10 20 30 40 50 60 70 Saya dan keluarga menyukai hewan Pemberian orang lain Meminimalisir tingkat kejahatan Lain-lain Sumber Survey Iyo Bank Ltd Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa 63,3 responden menjawab alasan memelihara binatang adalah karena pemilik dan keluarganya menyukai binatang. Masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat yang menyukai binatang, terlihat dari banyaknya jumlah populasi binatang peliharaan di Jepang saat ini. Selanjutnya dengan persentase sebesar 37,1 dikarenakan binatang memberikan rasa nyaman. Bagi orang dewasa yang sibuk bekerja seharian, memelihara 28 binatang dapat menjadi alternatif untuk mengurangi tekanan yang berlebih yang dialami di kantor. Bermain dengan binatang peliharaan dikatakan dapat memberikan perasaan nyaman dan tenang ketika sedang stres di dalam pekerjaan. Hal ini bertepatan dengan masyarakat Jepang yang dikenal sebagai masyarakat yang memiliki etos kerja yang sangat tinggi. Di posisi ketiga dengan persentase 29,4 beralasan dikarenakan binatang peliharaan tersebut adalah pemberian dari orang lain. Sedangkan dengan persentase 14,9 responden menjawab alasan mereka memiliki binatang peliharaan adalah untuk belajar membesarkan anak. Dengan persentase sebesar 5,6 responden memberikan alasan karena dengan memelihara binatang dapat mengurangi rasa sepi di rumah sehingga keadaan rumah menjadi ramai. Selain alasan memelihara binatang peliharaan tersebut, penulis membagi faktor-faktor berkembangnya fenomena pet boom menjadi dua, yaitu kegemaran kaum muda terhadap binatang peliharaan dan kegemaran lansia terhadap binatang peliharaan.

3.1.1 Kegemaran Kaum Muda Terhadap Binatang Peliharaan di Jepang

Untuk mengurangi rasa sepi setelah pulang dari sekolah atau pun kantor, banyak anak muda di Jepang memilih untuk memelihara binatang peliharaan. Binatang yang paling banyak dipelihara adalah anjing dan kucing. Kehadiran binatang peliharaan dalam kehidupan mereka memiliki nilai tersendiri. Nilai tersebut dapat berupa nilai saling setia dan nilai persahabatan. Binatang anjing merupakan binatang yang dikenal secara luas sebagai binatang yang setia pada pemiliknya. Kesetiaan anjing ini dapat dilihat dari cerita 29 Hachiko Monogatari. Hachiko Monogatari menceritakan seekor anjing yang setia menunggu majikannya hingga bertahun-tahun di depan stasiun kereta api Shibuya, meskipun ternyata sang majikan telah meninggal Hachiko tetap menunggu hingga akhir hidupnya. Kesetiaan Hachiko membuat dirinya dikenal diseluruh Jepang maupun dunia. Patung anjing Hachiko pun menjadi landmark dan meeting point terkenal di Shibuya. Selain nilai kesetiaan, binatang peliharaan juga dapat memberikan nilai persahabatan yaitu dengan menjadikan binatang peliharaan tersebut sebagai teman. Pada saat ini, tidak heran apabila melakukan perjalanan di luar rumah, sering dijumpai pasangan atau kaum muda Jepang yang berjalan bersama binatang peliharaan mereka. Hal ini membuktikan bahwa binatang peliharaan tersebut telah menjadi sahabat bagi sebagian kaum muda di Jepang yang pada saat ini sebagian dari mereka hidup dalam keadaan sepi di rumah karena ditinggal oleh kedua orang tuanya sibuk bekerja. Selain itu, banyak dari kaum muda di Jepang yang sudah bekerja juga memelihara binatang, karena dengan kehadiran binatang peliharaan dapat mennghilangkan rasa lelah setelah seharian bekerja dengan bermain bersama binatang peliharaan. Kaum muda ini senang membawa binatang peliharaannya jalan-jalan di taman atau pun pergi berbelanja ke supermarket.

3.1.2 Kegemaran Lansia Terhadap Binatang Peliharaan di Jepang

Memasuki masa tua, para lansia banyak yang kurang mendapatkan perhatian dan kurangnya komunikasi dengan keluarga karena anak selalu disibukkan dengan pekerjaan sendiri. Banyaknya jumlah lansia yang hidup sendiri juga merupakan salah satu pendorong berkembangnya fenomena pet boom di Jepang. Berkurangnya hubungan sosial antar individu dalam sebuah keluarga, seseorang 30 akan memilih untuk memelihara binatang peliharaan sebagai teman di rumah. Binatang tersebut tidak menggantikan sosok keluarga sepenuhnya, tetapi dapat menjadi teman bermain serta dapat membantu menjalani kehidupan sehari-hari bagi seorang lansia. Karena dengan sifat binatang peliharaan yang dikenal setia dan menjaga tuannya dapat menimbulkan rasa nyaman bagi pemiliknya. Hubungan keluarga yang merenggang dan menyebabkan hubungan sosial yang tidak intim membuat seseorang kekurangan social companionship. Kebutuhan manusia akan social companionship menjadi alasan lain mengapa seseorang memelihara binatang sebagai teman hidupnya. Walaupun memiliki binatang peliharaan sebagai teman dalam hubungan social companionship menjadi sebuah pilihan yang tepat karena meskipun tidak berkomunikasi secara aktif, namun keberadaan binatang tersebut dapat memberikan rasa ‘tidak sendiri’. Masahiro Yamada, memberikan alasan berkembangnya tren memelihara binatang peliharaan adalah karena to the human longing to be needed, a longing ironically undermined by society’s greatesr triuphs – freedom and independence. Independence breeds indifference, which is contagious. Only our pets need and love us unconditionally”. Terjemahan: untuk memenuhi kerinduan manusia, ironisnya keinginan masyarakat dirusak oleh kemenangan terbesar – kebebasan dan kemerdekaan. Kemerdekaan melahirkan ketidakpedulian yang menular. Hanya binatang peliharaan kita yang membutuhkan dan mencintai kita tanpa syarat. Perkembangan globalisasi yang semakin maju menjadikan masing-masing individu semakin bebas dan merdeka untuk menentukan pilihan hidupnya. Tentunya dengan persaingan hidup yang semakin kuat, masing-masing individu 31 menjadi lebih fokus pada tujuan hidupnya dan secara disengaja ataupun tidak menimbulkan ketidakpedulian kepada individu dan makhluk hidup lain. Tak hanya dari perkembangan globalisasi, kebebasan individu dan rasa individualisme seseorang akan lebih kuat dengan renggangnya hubungan sosial dalam keluarganya. Kesibukan masing-masing individu dalam keluarga menimbulkan ketidakacuhan akan anggota keluarga yang lain, terutama dengan minimnya interaksi diantara anggota keluarga. Adanya keadaan tersebut menjadikan seseorang memilih untuk memelihara binatang peliharaan. Karena, seperti yang dikatakan Masahiro Yamada, binatang memberikan cinta tanpa syarat. Binatang juga dapat menerima keadaan manusia apa adanya. Sehingga seseorang akan lebih memilih untuk memelihara binatang sebagai teman. Dengan memelihara seekor binatang, seseorang memilki social companionship dan hubugan sosial yang menjadikan hidupnya tidak kosong. Selain itu, binatang peliharaan dapat menjadi salah satu tujuan hidup dari sang pemilik binatang peliharaan tersebut. Seperti salah satu manfaat yang telah dijelaskan sebelumnya adanya binatang peliharaan membuat seseorang memiliki tujuan hidup dan tentunya menambah kegiatan sang pemilik binatang peliharaan. Dengan demikian, rasa kosong dan kesendirian seseorang akan tersingkirkan dan berkurang dengan adanya kegiatan dan teman dalam hidupnya. Terdapat berita dalam koran-koran Jepang, mengenai pernyataan beberapa lansia akan kepemilikan binatang dalam kehidupan mereka. Huzikura Hatsuko 66 tahun 我が家を明るくしてくれる2匹と、これからも楽しく生活したいと 思います。 32 Mulai sekarang saya ingin hidup dengan senang dengan adanya dua anjing saya yang menghidupkan suasana di rumah saya. Lelaki yang memiliki anjing – Anonim 87 tahun 触っていたら感触を思い出した。心がなごむね。 Jika mengingat rasa sentuhan anjing. Hati terasa tenang. Sakamoto Masako 64 tahun 犬は大切なパートナーで、心のよりどころ。こんなことを言うと、だんな さんが焼きもちをやくかもしれないけれどね。 Anjing adalah partner yang penting, sebagai inspirasi. Dikatakan seperti itu, suami saya terbakar rasa cemburu. Pada pernyataan pertama di atas membuktikan bahwa dengan adanya anjing di rumahnnya, ia berharap hidupnya menjadi semakin menyenangkan dan dapat merasa lebih bersemangat dalam menjalani hidupnya. Ketika berinteraksi dengan anjing timbul rasa senang dan aman dalam diri lansia, yang dapat kita ketahui dari pernyataan kedua. Pada pernyataan terakhir, anjing bagi pemiliknya merupakan inspirasi dan semangat hidupnya. Pernyataan-pernyataan lansia yang berinteraksi dengan anjing di atas menunjukkan bahwa interaksi antar lansia dan binatang peliharaan merupakan hubungan sosial yang penting. Dapat dikatakan penting karena dari pernyataan- pernyataan tersbut terlihat perasaan penyuka dan pemelihara anjing lebih senang, tenang, dan semangat dalam menjalani hidup dengan keberadaan binatang peliharaan dalam kehidupan sehari-harinya. 33

3.2 Peran Binatang Peliharaan di Keluarga Jepang

Pada saat ini, memelihara binatang merupakan suatu hal yang menarik bagi masyarakat Jepang. Pada umumnya, setiap keluarga di Jepang memiliki binatang peliharaan. Peran binatang peliharaan yang dimiliki keluarga Jepang pun tidak hanya sebatas binatang yang menjadi binatang penjaga atau pun teman bermain, namun beberapa keluarga setuju bahwa binatang peliharaan tersebut dianggap sebagai salah satu anggota keluarga mereka. Seperti yang terlihat pada tabel berikut. Tabel 3.2 Hewan peliharaan sebagai anggota keluarga 70.8 53.3 71.8 73.6 85.8 17.8 26.7 16.8 17.6 14.2 7.2 6 5.9 20 2.1 2.7 2.9 2.1 2.7 20 40 60 80 100 Rata-rata Tiga generasi Dua generasi Suami Istri Single Sumber Survey Iyo Bank Ltd Sangat Setuju Setuju Tidak Tahu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa keluarga-keluarga yang memiliki binatang peliharaan di Jepang menganggap peliharaan mereka sebagai bagian dari keluarga. Dengan persentase sebesar 70,8, rata-rata responden sangat setuju dengan pernyataan binatang peliharaan sebagai anggota keluarga. Makna binatang peliharaan juga telah menjadi begitu dekat dengan keluarga pemiliknya dan tidak lagi hanya sebagai binatang yang sekedar menemani dan menjaga rumah dikala sepi. 34

3.3 Pengaruh Pet Boom Terhadap Bisnis Binatang Peliharaan di Jepang