Hasil Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Alat Kontrasepsi Yang Digunakan Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 No. Alkon yang Digunakan f 1. Tidak ada 10 15,2 2. Pil 47 71,2 3. Suntik 9 13,6 4. Implan - - 5. Tubektomi - - Jumlah 66 100 Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa alat kontrasepsi yang digunakan mayoritas adalah pil dengan jumlah 47 orang 71,2, sedangkan minoritas adalah suntik dengan jumlah 9 orang 13,6 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Kebiasaan Merokok Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 No. Kebiasaan Merokok f 1. Ya 45 68,2 2. Tidak 21 31,8 Jumlah 66 100 Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa kebiasaan merokok tertinggi adalah merokok dengan jumlah 45 orang 68,2, sedangkan tidak merokok berjumlah 21 orang 31,8 .

B. Pembahasan

Setelah dilakukan penelitian maka akan dibahas mengenai profil wanita dengan kejadian kanker serviks yang di rawat inap di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014. 1. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan umur Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan umur ditemukan mayoritas adalah 35 tahun yaitu 64 orang 97. Hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan teori menurut Aminati 2013 yang menyatakan pada usia 35-55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker serviks, semakin tua umur seseorang akan mengalami proses kemunduran. Proses tersebut tidak terjadi pada suatau alat saja tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lanjut lebih banyak kemungkinan jatuh sakit atau mudah mengalami infeksi. Sedangkan teori menurut Wijaya 2010 juga menyatakan prevalensi atau angka kejadian tertinggi kanker serviks sekitar 20 terutama dijumpai pada perempuan yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Pada saat melakukan hubungan seksual pertama kali meningkat 10-12 kali lipat dari pada yang melakukan hubungan seksual pertama kali di atas 20 tahun. Hal ini disebabkan karena pada masa transisi dari masa kanak-kanak menjelang dewasa, terjadilah menstruasi yang menyebabkan hormon estrogen meningkat menyebabkan sel-sel pada dinding vagina menjadi tebal. Begitu pula dengan glikogen, yang oleh bakteri bermanfaat diubah menjadi asam vagina. Pada dasarnya asam vagina ini berfungsi untuk melakukan proteksi terhadap infeksi. Namun akibat suasana vagina yang menjadi asam, jaringan epitel disekitarnya menjadi berlapis-lapis. Apabila dalam situasi yang penuh perubahan itu masuk sperma, maka perubahan akan semakin besar. Apalagi jika terdapat luka akibat gesekan, sel-sel epitel akan terganggu dan menjadi tidak normal. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terdahulu oleh Dhinessvaran Vasu mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang faktor-faktor resiko kanker serviks pada penderita kanker serviks di RSUP H.Adam Malik Medan menunjukkan hasil dari 155 Orang sebanyak 134 orang yang berusia 35 Tahun menderita kanker serviks. 2. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan paritas Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan paritas ditemukan mayoritas adalah multipara berjumlah 36 orang 54,5. Hal ini sesuai dengan dengan teori menurut Wijaya 2010 yang menyatakan bahwa jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks sehingga wanita yang mempunyai banyak anak atau sering melahirkan mempunyai resiko terserang kanker serviks lebih besar. Paritas berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan yang terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Hal ini dikarenakan terjadi perlukaan pada leher rahim selama persalinan, pengaruh hormonal selama kehamilan atau perubahan epitel leher rahim berbentuk silindris yang akan sangat banyak mengalami perubahan pada wanita yang sering melahirkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terdahulu oleh Dhinessvaran Vasu mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang faktor-faktor resiko kanker serviks pada penderita kanker serviks di RSUP H.Adam Malik Medan menunjukkan hasil dari 155 pasien kanker serviks, sebanyak 145 pasien yang memiliki anak 3 orang. 3. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan jarak persalinan Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di RSUD.dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan jarak persalinan mayoritas adalah 2 tahun berjumlah 58 orang 87,9. Hal ini sesuai dengan teori menurut Aminati 2013 menyatakan bahwa paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jumlah kelahiran dengan jarak pendek pada wanita yang bersalin melahirkan tentulah bagian kemaluan wanita yang merupakan jalan lahir dengan mudah akan terpapar oleh dunia luar, banyak hal terjadi selama proses persalinan secara tidak sadar virus bisa masuk sehingga mengakibatkan infeksi. Dikarenakan infeksi tersebut bisa mengakibatkan perubahan-perubahan pada sel-sel mukosa serviks displasia. Sama seperti pada paritas, persalinan yang terlalu dekat jaraknya, dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel serviks. Jarak persalinan dapat menjadi factor risiko terhadap kesehatan ibu apabila melahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun. 4. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan riwayat komplikasi persalinan. Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di RSUD.Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan riwayat komplikasi persalinan ditemukan mayoritas adalah sebanyak 48 orang 72,7. Hal ini sesuai dengan teori menurut Prawihardjo 2005 menyatakan bahwa ibu dengan riwayat persalinan yang terinfeksi beresiko untuk menderita kanker serviks, hal ini disebabkan oleh meningkatnya kejadian lesi pra-kanker serviks dan kanker serviks yang disebabkan infeksi berulang. Rasjidi 2009 mengatakan perlukaan- perlukaan jalan lahir akibat komplikasi dari abortus pada saat melakukan kuretase dapat mengakibatkan sel-sel yang ada di sekitar serviks mengalami displasia disebabkan infeksi karena tidak dirawat dengan baik pada saat proses dan penyembuhan pasca abortus. 5. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan usia pertama berhubungan sex. Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan usia pertama berhubungan sex ditemukan mayoritas adalah 20 tahun dengan jumlah 53 orang 80,3. Hal ini sesuai dengan teori menurut Aminati 2013 menyatakan bahwa semakin muda seseorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar resikonya untuk terkena kanker serviks. Perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar dari pada yang menikah usia lebih dari 20 tahun. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda kurang dari 17 tahun. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Seorang wanita yang menjalani hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan pada usia dibawah 16 tahun. Pada usia ini, sel-sel mukosa pada serviks wanita belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sedangkan sifat sel sendiri selalu berubah setiap saat, mati dan tumbuh lagi. Karena ada rangsangan bisa saja sel yang tumbuh lebih banyak dari sel yang mati,