Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN
hal ini disebabkan oleh meningkatnya kejadian lesi pra-kanker serviks dan kanker serviks yang disebabkan infeksi berulang.
Rasjidi 2009 mengatakan perlukaan- perlukaan jalan lahir akibat komplikasi dari abortus pada saat melakukan kuretase dapat mengakibatkan sel-sel yang ada di
sekitar serviks mengalami displasia disebabkan infeksi karena tidak dirawat dengan baik pada saat proses dan penyembuhan pasca abortus.
5. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan usia pertama berhubungan sex.
Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan usia pertama berhubungan
sex ditemukan mayoritas adalah 20 tahun dengan jumlah 53 orang 80,3. Hal ini sesuai dengan teori menurut Aminati 2013 menyatakan bahwa semakin
muda seseorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar resikonya untuk terkena kanker serviks. Perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia
kurang 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar dari pada yang menikah usia lebih dari 20 tahun. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda
kurang dari 17 tahun. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Seorang wanita yang menjalani hubungan seks pada usia remaja,
paling rawan bila dilakukan pada usia dibawah 16 tahun. Pada usia ini, sel-sel mukosa pada serviks wanita belum matang. Artinya, masih rentan terhadap
rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi
kanker. Sedangkan sifat sel sendiri selalu berubah setiap saat, mati dan tumbuh lagi. Karena ada rangsangan bisa saja sel yang tumbuh lebih banyak dari sel yang mati,
sehingga perubahannya tidak seimbang. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terdahulu oleh Dhinessvaran Vasu mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang faktor-faktor
resiko kanker serviks pada penderita kanker serviks di RSUP H.Adam Malik Medan menunjukkan hasil dari 155 pasien kanker serviks, sebanyak 81 pasien yang
menikah 20 Tahun. 6. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan alat kontrasepsi yang
digunakan Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di
RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan alat kontrasepsi ditemukan mayoritas adalah pil berjumlah 47 orang 71,2.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Wijaya 2010 bahwa penggunaan kontrasepsi pil kombinasi estrogen dan progesteron dalam jangka waktu lama, yakni 5 tahun
atau lebih, dapat meningkatkan resiko kanker serviks dua kali lipat lebih besar. Secara bersamaan, penggunaan kontrasepsi pil kombinasi tersebut terbukti dapat
mencegah terjadinya kanker indung telur ovarium dan kandungan uterus. Oleh karena itu pemakai kontrasepsi pil kombinasi tidak perlu menghentikan penggunaan
pil karena keuntungannya jauh lebih besar dibandinkan kekurangan yang ada. Namun, apabila hasil pemeriksaan secara mendalam ternyata seorang wanita
memiliki resiko tinggi terhadap kanker serviks, maka tidak diperkenankan menggunakan pil kontrasepsi tersebut. Apalagi dari hasil pemeriksaan skrining
seorang wanita positif mengalami prakanker atau kanker serviks. Meskipun demikia, penggunaan metode kontrasepsi barier penghalang terutama yang menggunakan
kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka kejadian kanker serviks yang diperkirakan karena paparan terhadap agen penyebab infeksi menurun.
7. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan kebiasaan merokok Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di
RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan kebiasaan merokok ditemukan mayoritas dalah 45 orang 68,2 .
Hal ini sesuai dengan teori menurut Setiati 2009 bahwa menjauhi kegiatan merokok sangatlah penting bagi kaum wanita, terutama bagi mereka yang merokok. Akibat
yang ditimbulkan dari kegiatan merokok bukan saja dapat menyebabkan terjadinya penyakit paru-paru dan jantung, tetapi kadar nikotin yang terdapat dalam rokok juga
dapat mengakibatkan kanker serviks kanker leher rahim. Hal itu terjadibkarena nikotin yang masuk ke dalam tubuh akan menempel pada semua seaput lendir
sehingga sel-sel darah dalam tubuh bereaksi atau terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru, juga serviks.
Menurut Rasjidi 2009 menyatakan bahwa tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokoksigaret maupun yang dikunyah. Asap
rokok menghasilkan polycylic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang sangat karsinogen dan mutagen, sedang bila dikunyah ia menghasilkan netrosamine.
Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi ko karsinogen infeksi virus. Ali dkk, bahkan
membuktikan bahan-bahan tersebut dapat mnyebabkan neoplasma serviks.
37