Sejarah Terbentuknya Piagam Madinah

suatu masyarakat dan pemerintahan sebagai wadah persatuan penduduk Madinah yang majemuk. Walaupun disebut dengan nama-nama yang berbeda charter, perjanjian, konstitusi maupun shahifat tapi bentuk dan muatannya itu tidak menyimpang dari pengertian tersebut di atas. 4 Kitab-kitab Islam selalu menamakan piagam itu dengan Ahdun Nabi bil Yahudi Perjanjian Nabi dengan kaum Yahudi atau dengan Ahdun Bainal Muslimin wal Yahudi Perjanjian antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi. Oleh karena pandangan mereka bersifat keagamaan semata-mata agamis, maka perjanjian itu diartikan sebagai suatu hubungan antara pemeluk Islam dengan pemeluk-pemeluk agama lain. Sebab piagam tersebut dijadikan bukti adanya sifat kesabaran dan toleransi Islam terhadap pemeluk-pemeluk agama lainnya. 5 Itulah pendapat para ilmuwan muslim dan non muslim yang menamakan Piagam Madinah dengan berbagai nama, tapi pendapat yang mereka kemukakan semua itu tidak menyimpang atau berbeda dari yang aslinya. Mereka mengakui bahwa perjanjian Piagam Madinah yang di buat oleh Rasulallah SAW dengan kaum Anshar dan Muhajirin adalah sebagai pembentukan Negara Islam yang pertama.

B. Sejarah Terbentuknya Piagam Madinah

Mula-mula Nabi mengajarkan Islam di Mekkah dengan cara sembunyi- sembunyi. Ketika itu orang-orang Islam yang jumlahnya sedikit, kalau hendak shalat 4 J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan Al-Quran, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 1996, Cet ke-2. hlm. 113-114 5 H. Zainal Abidin Ahmad, Op Cit, hlm. 66 bersama-sama mereka keluar dari kota dan berkumpul di salah satu daerah perbukitan di sekitar Mekkah. Baru pada akhir tahun ketiga dari awal kenabian, Nabi mulai menyiarkan agama yang dibawanya dengan terang-terangan, yang kemudian berakibat makin meningkatnya tindakan permusuhan dan penganiayaan oleh orang- orang kafir Mekkah terhadap orang-orang Islam. Belum cukup dua tahun sejak Nabi menyebarkan Islam secara terbuka, tindakan permusuhan dan penganiayaan itu sedemikian memuncak, sampai banyak diantara para pengikut Nabi yang seakan-akan tidak tahan lagi menanggung deritanya. Maka atas anjuran Nabi mereka mengungsi ke Abesinia. Mereka berada di negeri Afrika itu selama tiga bulan, kemudian pulang kembali ke Mekkah karena mendengar berita bahwa suku Quraisy telah menerima baik agama yang diajarkan oleh Nabi. Tapi ternyata berita itu tidak benar dan bahkan mereka makin kejam terhadap pengikut-pengikut Nabi yang lemah, banyak umat Islam yang mengungsi lagi ke Abesinia dalam jumlah yang lebih besar dari pada waktu pengungsian yang pertama. Sementara itu Nabi tetap bertahan di Mekkah. Kemudian pada tahun kesebelas dari permulaan kenabian, terjadilah suatu peristiwa yang tampaknya sederhana tetapi yang kemudian ternyata merupakan titik kecil awal lahirnya satu era baru bagi Islam dan juga bagi dunia. Peristiwa tersebut adalah perjumpaan Nabi di Aqabah, Mina, dengan enam orang dari suku Khazraj dan Yastrid yang datang ke Mekkah untuk haji. Sebagai hasil perjumpaan, enam tamu dari Yastrid itu masuk Islam dengan memberikan kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Sementara itu kepada Nabi mereka menyatakan bahwa kehidupan di Yastrid selalu dicekam oleh permusuhan antar golongan dan antar suku, khususnya antara suku Khazraj dan suku Aus. Mereka mengharapkan semoga Allah mempersatukan dan merukunkan golongan-golongan dan suku-suku yang selalu bermusuhan itu melalui Nabi. Mereka berjanji kepada Nabi akan mengajak penduduk Yastrid untuk masuk Islam. Pada musim haji berikutnya, tahun kedua belas dari awal kenabian, dua belas orang laki-laki penduduk Yastrid menemui Nabi di tempat yang sama, Aqabah. Mereka selain mengakui kerasulan Nabi serta masuk Islam juga berbaiat atau berjanji tidak akan mempersekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berbuat zina, tidak akan membohong dan tidak akan menghiyanati Nabi. Baiat ini dikenal dalam sejarah sebagai Baiat Aqabah Pertama 621 M. 6 Kemudian pada musim haji berikutnya sebanyak tujuh puluh tiga penduduk Yastrid yang sudah memeluk Islam berkunjung ke Mekkah. Mereka mengundang Nabi untuk hijrah ke Yastrid dan menyatakan lagi pengakuan mereka bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi dan pemimpin mereka. Nabi menemui tamu-tamunya itu ditempat yang sama dengan dua tahun sebelumnya, Aqabah. Di tempat itu mereka mengucapkan baiat bahwa mereka tidak akan mempersekutukan Allah dan bahwa mereka akan membela Nabi sebagaimana mereka membela isteri dan anak mereka. Dalam pada itu Nabi akan memerangi musuh-musuh yang mereka perangi dan bersahabat dengan sahabat-sahabat mereka. Nabi dan mereka adalah satu. Baiat ini dikenal sebagai Baiat Aqabah Kedua 622 M. Oleh kebanyakan pemikir politik Islam, dua baiat itu, Baiat Aqabah Pertama dan Baiat Aqabah Kedua, dianggap sebagai batu pertama dari bangunan negara Islam. Berdasarkan dua baiat itu maka 6 H. Munawir Sjadzali, M.A., Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI Press, 1993 , Cet. 5, h. 8-9. Nabi menganjurkan pengikut-pengikutnya untuk hijrah ke Yastrid pada akhir tahun itu juga dan beberapa bulan kemudian Nabi sendiri hijrah bergabung dengan mereka. 7 Nabi Muhammad SAW nampaknya memahami bahwa masyarakat yang beliau hadapi adalah masyarakat majemuk yang masing-masing golongan bersikap bermusuhan terhadap golongan lain. Langkah pertama begitu beliau tiba di kota Madinah, adalah membangun Mesjid. Lembaga keagamaan dan sosial ini dari segi agama berfungsi sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT dan dari segi sosial berfungsi sebagai tempat mempererat hubungan dan ikatan di antara anggota jamaah Islam. Langkah beliau yang kedua adalah menciptakan persaudaraan nyata dan efektif antara orang-orang Islam Mekkah dan Madinah, yaitu setiap dua orang bersaudara karena Allah. Misalnya Abu Bakar bersaudara dengan Kharijat bin Zuhair dan seterusnya. Hal ini sejalan dengan sikap kaum muslimin Madinah dalam Baiat Aqabah Pertama dan Kedua, bahwa mereka telah melepaskan hubungan mereka dengan kabilah dan mereka bersatu dalam agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Persaudaraan yang dibentuk oleh Nabi itu merupakan awal terbentuknya umat Islam yang pertama kali. Jika langkah pertama dan kedua ditujukan khusus kepada konsolidasi umat Islam, maka langkah beliau berikutnya ditujukan kepada seluruh penduduk Madinah. Untuk itu beliau membuat perjanjian tertulis atau yang menekankan pada persatuan yang erat di kalangan kaum muslimin dan kaum Yahudi, menjamin kebebasan 7 Ibid, h. 9. beragama bagi semua golongan, menekankan kerja sama dan persamaan hak dan kewajiban semua golongan dalam sosial politik dalam mewujudkan pertahanan dan perdamaian dan menetapkan wewenang bagi Nabi untuk menengahi dan memutuskan segala perbedaan pendapat dan perselisihan yang timbul di antara mereka. 8 Perjanjian masyarakat yang terjadi antara Nabi dan komunitas-komunitas penduduk Madinah membawa mereka kepada kehidupan sosial yang teratur dan terorganisir atau dari “zaman pra negara ke zaman bernegara di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. 9

C. Tinjauan Teks Piagam Madinah