1. Sifat Saling Percaya
Seperti yang terjadi pada saat perang Fijar yang melibatkan suku-suku yang ada di Mekkah hampir terjadi pertumpahan darah dikalangan mereka dan ketika
Mekkah dilanda banjir yang mengakibatkan kerusakan Ka’bah dan Hajar Aswad terlempar dari tempatnya. Setelah mereka perbaiki bangunan Ka’bah, pertengkaran
pun terjadi di antara kabilah-kabilah pada saat mereka hendak meletakan batu hitam itu ke tempat semula. Karena setiap kabilah mengklaim sebagai yang paling berhak
meletakkannya ke tempatnya dan mempunyai keyakinan bahwa siapa yang meletakkan benda hitam yang dimuliakan oleh semua kabilah itu akan memperoleh
kedudukan yang terhormat. Muhammad yang ketika itu berusia tiga puluh lima tahun atau lima tahun menjelang kenabiannya berjasa besar memberi jalan keluar secara
adil dengan mengajak wakil dari setiap kabilah untuk bersama-sama mengangkat Hajar Al-Aswad itu dan beliau sendiri yang meletakkannya di tempat semula.
Ternyata mereka merasa puas dan senang atas keputusan yang adil itu dan pada saat itulah mereka menjuluki Muhammad sebagai al-amin orang dipercaya.
1
Peristiwa lain juga terjadi pada Perjanjian Aqabah ke-satu dan ke-dua yang menyatakan dan mengakui bahwa Muhammad adalah sebagai Nabi dan pemimpin
mereka dan mengharapkan peranannya untuk mempersatukan penduduk Madinah sehingga mereka memberi jalan kepada beliau agar bersedia hijrah ke lingkungan
mereka.
1
J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan Al-Qur’an, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1994, Cet. I, hlm. 41.
Dari kedua peristiwa inilah adanya saling percaya satu sama lain untuk menjalani hubungan yang erat tali persaudaraan antara kedua belah pihak dengan
tidak saling memusuhi dan mencaci antara satu dengan yang lainnya. Dengan sifat saling percaya ini hingga Rasulallah diberikan hak penuh untuk memimpin mereka
Anshar dan Muhajirin di Madinah.
2. Berlaku Adil
Prinsip ini mendapat posisi dalam Piagam Madinah yang dinyatakan secara tegas sebagai sistem perundang-undangan dalam kehidupan masyarakat negara
Madinah. Pada pasal 13 menuntut orang-orang mukmin bersikap adil dalam menentang para pelaku kejahatan, ketidakadilan dan dosa sekalipun terhadap anak
sendiri. Sebab seorang mukmin yang membiarkan atau menutup-nutupi anak atau orang terdekatnya yang melakukan perbuatan dosa, merupakan cerminan sikap yang
tidak adil. Seorang mukmin yang adil menentang siapapun yang melakukan kejahatan agar ketidakadilan tidak merajalela.
Demikian pula bila orang-orang mukmin mengadakan perjanjian damai harus atas dasar persamaan dan adil di antara mereka pasal 17. Bila seseorang membunuh
seorang mukmin yang tidak bersalah dengan cukup bukti, maka ia harus dihukum atas perbuatannya pasal 21. Perlakuan secara adil juga diberikan kepada warga
negara golongan non-muslim, kaum Yahudi dengan mendapat perlindungan dan persamaan seperti yang diperoleh kaum muslimin pasal 16.
Dari ketetapan di atas dapat ditegaskan bahwa berlaku adil menjadi salah satu sistem perundang-undangan negara Madinah. Yaitu semua warga negara baik muslim
maupun non-muslim diperlakukan secara adil dengan mempeoleh hak perlindungan dan hak persamaan dalam kehidupan sosial dan politik.
2
Keadilan ini juga diberlakukan untuk memperoleh pendidikan yang diajarkan pada saat itu, baik muslim maupun non-muslim berhak mendapatkan pendidikan,
baik pendidikan umum atau pendidikan ilmu-ilmu agama seperti Al-Quran dan hadits, atau juga mendapatkan pendidikan startegi peperangan untuk
mempertahankan kedaulatan negara Madinah. Seperti pada zaman penjajahan negara Indonesia yang ketika itu dijajah oleh
Belanda yang membedakan jenjang pendidikan antara anak bangsawan dan yang bukan anak dari keturunan bangsawan. Kalau anak dari keturunan bangsawan yang
ingin bersekolah di tempatkan pada level yang lebih tinggi atau di kalangan para penjajah Belanda atau sekolah yang didirikan oleh penjajah Belanda. Begitulah
penerapan pendidikan pada masa kolonial yang sangat jelas perbedaannya antara yang satu dengan yang lainnya, kehidupan ini memperlihatkan bahwa tidak adanya
perlakuan yang adil antara si miskin dan si kaya, antara bangsawan atau yang bukan bangsawan. Kalau pada zaman sekarang masih ada rasa ketidakadilan pada salah satu
institusi pendidikan maka, tidak akan terealisasikan tujuan pendidikan yang selama ini dicanangkan oleh pemerintah.
B. Prinsip-Prinsip dalam Pendidikan pada Peristiwa Piagam Madinah a. Prinsip Demokrasi