hukum: hukum biologis dan hukum evolusioner. Ada beberapa hukum masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat dan asal-usul serta
kemunduran budayanya. Hukum ini mengatur semua masyarakat dalam semua tahap perkembangannya. Hukum ini di sebut hukum “wujud”. Ada hukum lain
yang berkaitan dengan perkembangan masyarakat dari satu tahap ke tahap lain dan dari satu sistem ke sistem lain. Hukum ini dikenal dengan nama hukum
“menjadi”. Kalau nanti kedua jenis hukum ini dibahas, maka akan jelas perbedaan keduanya
.
6
Jadi sejarah dalam pengertian ketiga adalah studi atas evolusi masyarakat dari satu tahap ke tahap yang lainnya. Bukan sekadar pengetahuan tentang kondisi
hidupnya pada tahap tertentu atau pada semua tahap. Dan pengetahuan ini dinamakan filsafat sejarah.
B. Sifat dan Gerak Sejarah
Muththahhar ȋ menguraikan sejumlah kriteria mengenai mekanisme sifat
dan gerak sejarah yang disebutnya sebagai konsepsi filsafat sejarah dalam Islam. Dengan mempertimbangkan kriteria ini, menurutnya, dapat diketahui bagaimana
persisnya pendekatan majhab mengenai gerakan sejarah dan karakter esensial kejadian-kejadian sejarah, meskipun beliau mengakui tidak menutup kemunkinan
ada kriteria-kriteria lain yang lepas dari perhatian beliau. Kriteria-kriteria tersebut adalah :
6
Murtadha Muththahhar ȋ, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat
Raya, h.307
1. Strategi Misi Setiap majhab atau aliran pemikiran memiliki risalah untuk disampaikan
kepada masyarakat. Untuk itu, perlu adanya metode khusus yang sesuai dengan tujuan utamanya dan tepat untuk pendekatan umumnya mengenai karakter dasar
gerakan sejarahnya. Dalam menyampaikan pesannya, suatu mazhab mengenalkan masyarakat dengan pandangan asasinya, dan melakukan tekanan moral untuk
memobilisasi mereka. Misalnya, majhab August Comte, yang mengklaim sebagai majhab
ilmiah, berpendapat bahwa perkembangan mental merupakan hakikat evolusi manusia. Majhab ini percaya bahwa sejauh menyangkut mentalitasnya, manusia
sudah melalui dua tahap, yaitu tahap mitos dan tahap filsafat, dan sekarang sudah sampai pada tahap ilmiah. Karena majhab ini mengklaim ilmiah, maka semua
doktrin yang disampaikannya dikemukakannya dengan bahasa ilmiah, dan tekanan moral yang ingin digunakannya untuk memobilisasi masyarakat juga
ilmiah.
7
Selain itu, Marxisme yang merupakan teori revolusioner tentang kelas pekerja, tujuan misinya adalah membentuk kesadaran akan kontradiksi kelas di
kalangan kaum pekerja. Sarana penggeraknya berupa perasaan rasa ketertindasan yang dialami pekerja itu, bahwa pekerja itu tertindas serta menjadi korban.
Berbeda dengan marxisme, majhab-majhab seperti Kristianitas, berpendapat bahwa sejauh menyangkut manusia, hanya dakwah damai yang
sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Mereka menganggap penggunaan kekerasan,
7
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya, h. 399
apa pun bentuknya dan dalam keadaan apa pun, tidak bermoral. Itulah sebabnya agama Kristen mengajarkan bahwa jika pipi kananmu ditampar, berikan pipimu
untuk ditampar juga, dan jika dahimu dipukul, serahkan juga topimu. Sebaliknya, mazhab-mazhab lain seperti Nietzsche, berpendapat bahwa hanya penggunaan
kekerasan sajalah yang bermoral, karena sifat terhebat manusia terletak pada kekuatannya, dan orang yang paling berani berarti dia hebat. Dari sudut pandang
Nietzschian, Kristianitas sama saja dengan kelemahan dan kerendahan hati, dan merupakan penyebab utama stagnasi manusia.
8
Beberapa majhab lain berpendapat bahwa sekalipun moralitas bergantung pada kekuatan atau kekerasan, namun penggunaan kekuatan atau kekerasan tetap
saja tidak bermoral. Dari sudut pandang marxisme, kekuatan yang digunakan kaum pengeksploitasi terhadap kaum tereksploitasi tidak bermoral, karena
kekerasan digunakan untuk mempertahankan status quo, dan karena itu menjadi unsur stagnasi. Namun kekuatan yang digunakan kaum tereksploitasi terhadap
kaum pengeksploitasi adalah bermoral, karena dimaksudkan untuk membuat masyarakat melakukan revolusi dan untuk membawa masyarakat ke tahap yang
lebih tinggi. Menurut
Muththahhar ȋ, pemikiran-pemikiran tersebut merupakan
pemikiran yang aneh, anti kemanusiaan dan merusak. Berbeda dengan semua aliran tersebut, di dalam Islam yang bermoral bukan saja kontak damai dan misi
yang bersahabat dan banyak membantu. Terkadang penggunaan kekuatan juga bisa bermoral, itulah sebabnya Islam menganggap memerangi kekerasan dan
8
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya, h. 399
tirani itu sebagai kewajiban suci, dan memandang jihad dan perlawanan bersenjata, dalam keadaan tertentu sebagai kewajiban.
9
Dari sudut Islam, sebagaimana yang dikutip Murtadhâ Muththahhar ȋ
didalam bukunya yang berjudul Manusia dan Alam Semesta, kekuatan tidak boleh digunakan sebagai pisau pertama untuk menghadapi kelompok anti-evolusi.
Metode menasihati dan meyakinkan yang harus terlebih dahulu digunakan. Al- Qur’an mengatakan:
“Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” QS. an-Nahl:
125
Ayat tersebut sudah cukup jelas memberikan keterangan bahwa penggunaan kekuataan terhadap kelompok anti-evolusi baru dibolehkan setelah
cara-cara damai seperti meyakinkan orang dengan argumen rasional, sudah digunakan ternyata gagal. Sesungguhnya semua nabi yang memerangi penentang
mereka, mula-mula berupaya meyakinkan mereka dengan menggunakan argumen dan nasihat, dan sering berdebat dengan mereka. Nabi-nabi itu baru menggunakan
kekuatan setelah cara-cara damai menemui kegagalan. Berkat pandangan spiritual khusus Islam mengenai manusia dan konsekuensinya mengenai masyarkat dan
9
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya, h. 401
sejarah, Islam memandang perang terhadap kelompok anti-evolusi sebagai tahap kedua dalam kontaknya dengan kelompok itu. Tahap pertamanya adalah argumen,
nasihat, dan perdebatan.
10
Islam, pendekatannya bersifat keruhanian, bukan bendawi. Islam percaya akan kekuatan menakjubkan dari argumen rasional, pemaparan logika dan
keyakinan moral. Dan hal itulah, konsekuensi masyarakat dan sejarah dalam Islam bergerak maju. Jenis kesadaran dan jalan yang diformulasikan Islam, dalam hal
ini, menggunakan alternatif berikut: a. Kesadaran keyakinan
Islam menyadarkan betapa pentingnya keyakinan. Semua dari Allah dan akan kembali pada-Nya. Metode penyadaran ini digunakan al-Qur’an
dan para nabi, yang membangun kesadaran di kalangan manusia: dari mana asal mereka dan hendak ke mana tujuan mereka. Dari mana dunia ini
maujud, jalan mana yang diikuti manusia, serta ke arah mana ia bergerak? Nabi SAW mengawali misinya dengan pernyataan,
11
“Katakanlah, tak ada Tuhan selain Allah, agar kamu memperoleh keberhasilan.” Ini
merupakan suatu gerakan keagamaan yang bertujuan menyucikan keyakinan dan pikiran manusia. Memang tauhid luas dimensinya. Jika semua ajaran
Islam dianalisis, maka dapat diikhtisarkan sebagai tauhid. Dan jika tauhid dikembangkan, maka meliputi semua ajaran ini. Namun kita tahu bahwa
pada awalnya arti doktrin ini tak lebih dari keberpalingan intelektual dan
10
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya, h.400-401. Lihat juga,Martyr Murtadâ Muthahhari, Society and History. Translator Mahliqâ
Qarâ’i, p. 133-136
11
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya, h. 402
praktis dari doktrin dan ibadah kemusyrikan ke doktrin ibadah, tauhid. Seandainya doktrin ini luas artinya, tentu orang pada masa itu tidak
mengetahuinya. Ajaran ini yang berakar dalam kedalaman fitrah manusia,
12
membentuk dalam diri pengikut para nabi semangat besar untuk membela agama
mereka, berupaya keras menyebarkannya dan tidak ragu-ragu untuk berkorban jiwa dan harta demi agama mereka. Para nabi memulai dengan
apa yang di zaman kita dikenal sebagai suprastruktur masyarakat, dan berangsur-angsur mencapai infrastrukturnya. Dalam mazhab para nabi,
manusia lebih memperhatikan agama dan keyakinannya dibanding keuntungan dan kepentingan pribadinya. Dalam mazhab ini, keyakinan dan
pikiran merupakan infrastrukturnya, sedangkan kerja, yaitu kontak dengan alam dan karunia alam serta dengan masyarakat, adalah suprastrukturnya.
Setiap ajaran agama harus mengandung prediksi. Dengan kata lain, harus disertai kesadaran bahwa Allah SWT adalah Sumber dan bahwa ada hari
kebangkitan. Para nabi memobilisasi masyarakat dengan menghidupkan perasaan seperti ini, dengan mengembangkan kesadaran ini dan dengan
menyingkirkan debu-debu menutupi yang menutupi hati nurani, dengan bersandar pada keridhaan Allah, perintah-perintah-Nya dan pembalasan-
Nya. Dalam al-Qur’an, keridhaan Allah disebut-sebut di tiga belas tempat. Dengan menekankah masalah spiritual ini, al-Qur’an memobilisasi
12
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya, h. 403
masyarakat beriman. Memahami fakta ini bisa disebut sadar akan Tuhan atau kosmos.
13
Pemikiran di atas sangat bertolak belakang dengan konsepsi Karl Marx mengenai bagaimana dasar perkembangan masyarakat. Menurutnya, yang
menentukan perkembangan masyarakat bukanlah kesadaran manusia akan drinya sendiri melainkan keadaan atau kondisi sosial masyarakatlah yang
mendorong manusia untuk melakukan perubahan dalam kehidupan di masyarakat. Marx berpendapat demikian bertolak dari pengandaiannya
bahwa setiap orang berpikir sesuai dengan kepentingannya. Seseorang akan menganggap sesuatu itu baik apabila sesuai dengan kepentingan dan yang
akan menjamin eksistensinya serta seseorang akan menganggap buruk sesuatu apabila ada hal yang akan mengancamnya. Yang dinilai baik adalah
yang dirasakan sebagai peningkatan kualitas hidup, sedangkan yang merendahkannya dianggap buruk. Akan tetapi kualitas hidup ditentukan
oleh kedudukan dalam masyarakat, terutama oleh apakah kita termasuk kelas yang beruntung atau yang tidak beruntung. Dengan demikian
keanggotaan dalam kelas sosial tertentu sangat menentukan cara manusia memandang dunia, apa yang diharapkan dam apa yang dikhawatirkan, apa
yang dipuji dan dicela. Marx mencontohkan bahwa borjuasi Prancis memperjuangkan kebebasan melawan kaum feodal yang menekankan
tatanan yang sudah ada, adalah karena mereka sebagai pemodal ingin memperluas usaha mereka dan karena itu berkepentingan agar masyarakat
13
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam Tentang Jagat raya. Penerjemah Ilyas Hasan, h. 403
bebas mencari pekerjaan di mana modal memerlukannya. Jadi dalam perspektif Marx, bukan cita-cita kebebasan liberalisme yang menjadi
kekuatan dalam sejarah modern, melainkan kebutuhan kelas kapitalis akan tersedianya buru di mana mereka membutuhkannya.
14
Jadi, menurut Marx, kesadaran dan cita-cita manusia ditentukan oleh kedudukannya dalam kelas sosial. Karena keadaan itu adalah cara
pengorganisasian produksi, maka cara berproduksi menentukan cara manusia berpikir. Cara berproduksi itu menentukan adanya kelas-kelas
sosial, keanggotaan dalam kelas sosial menentukan kepentingan orang, dan kepentingan menentukan apa yang dicita-citakan, apa yang dianggap baik
dan buruk. Maka, bagi Marx, hidup rohani masyarakat, kesadarannya, agamanya,
moralitasnya, nilai-nilai budaya, dan seterusnya bersifat sekunder, karena yang hanya mengungkapkan keadaan primer adalah struktur kelas
masyarakat dan pola produksi. Sejarah tidak ditentukan oleh pikiran manusia melainkan oleh cara ia menjalankan produksinya. Karena itu,
perubahan masyarakat tidak dapat dihasilkan oleh perubahan pikiran, melainkan oleh perubahan dalam cara produksi.
b. Kesadaran manusia akan kemanusiaannya. Menurut Islam, manusia bukanlah binatang yang pada awalnya persis
seperti primata lainnya, namun manusia begitu piawai dalam bertahan hidup sehingga setelah beratus-ratus juta tahun posisinya jadi seperti sekarang ini.
14
Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme Jakarta, PT Gramedia, h. 140
Manusia justru makhluk yang di dalam dirinya ada nuansa roh ilahiah, yang dihadapannya para malaikat bersujud. Meskipun ada sifat-sifat hewaniah
seperti hawa nafsu dan sifat buruk, manusia itu sendiri tetap merupakan esensi murni yang menentang penumpahan darah, kebohongan, kerusakan,
kehinaan, kebencian, kekerasan, dan tirani. Manusia merupakan perwujudan kemuliaan kekuatan ilahiah. Al-Qur’an mengatakan:
“Mereka berkata, sungguh, jika kita kembali ke Madinah kembali dari perang Bani Mustalik, pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-
orang yang lemah dari sana. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin tetapi orang-orang munafik itu tidak
mengetahui” QS. al-Munafiqun: 8
Ketika Nabi SAW bersabda, “Manusia baru mulia kalau dia tidak tidur di malam hari dan kalau dia tidak membutuhkan pertolongan orang lain.”
Atau ketika Ali bin Abi Thalib as berkata kepada sahabat-sahabatnya di Shiffin, “kalau kalian meninggal sebagai pemenang, itulah kehidupanmu,
dan kalau kalian hidup sebagai pecundang, itulah kematianmu.” Semua perkataan di atas menekankan arti martabat dan kemuliaan yang
dimiliki manusia berkat fitrahnya.
15
c. Kesadaran akan Tanggung jawab dan Hak Kemasyarakatan
15
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya. Penerjemah Ilyas Hasan, h.403-404.
Menyadari akan hak dan kewajiban telah melahirkan perjuangan- perjuangan bagi manusia. Hal ini telah menjadi sarana mekanisme gerak
sejarah umat manusia. Dalam hal ini, Islam telah menemukan dasarnya yang fundamental, misalnya dapat dilacak dalam al-Qur’an yang menyatakan:
“Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan membela orang- orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak, yang
semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini Mekah yang zalim penduduknya, dan berilah Kami pelindung dari sisi-
Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.” QS. an-Nisa’: 75
Ayat ini bertumpu pada dua nilai keruhanian manusia untuk menggerakkan jihad yang sekaligus sejarah. Pertama, keniscayaan berjuang
di jalan Allah. Kedua, tentang tanggung jawab manusia untuk menyelamatkan orang-orang yang tidak berdaya dari cengkeraman para
penindas.
16
2. Terminologi Ideologi Setiap aliran pemikiran memiliki identitas atau ciri khas tersendiri di
dalamnya. Misalnya, teori rasial merupakan ciri khas penganut teori itu. Bila mereka mengatakan “kami”, maka yang mereka maksud adalah orang kulit putih.
Begitu juga teori Marxis yang merupakan teori pekerja. Pengikut aliran ini
16
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya. Penerjemah Ilyas Hasan, h.404
menyebut diri mereka pekerja. Bila mereka mengatakan “kami”, maka yang mereka maksud adalah pekerja. Kaum Kristiani menganggap diri mereka berasal
dari person Kristus, seakan-akan mereka tak memiliki doktrin atau ideologi. Tanda identitas mereka adalah mencari Kristus dan ingin bersamanya.
Sementara ciri khas Islam adalah Islam tidak menggunakan label ras, kelas, profesi, daerah atau individu untuk mazhab dan pengikutnya. Penganut
mazhab ini tidak dikenal dengan sebutan Arab, Semit, orang miskin, orang kaya, orang tertindas, orang kulit putih, orang kulit hitam, orang Asia, orang Timur,
orang Barat, pengikut Muhammad, pengikut al-Qur’an, dan seterusnya. Nama-nama di atas bukanlah gambaran identitas sejati penganut Islam.
Bila muncul soal identitas mazhab ini dan pengikutnya, semua nama ini pun lenyap. Yang tinggal hanya satu hal, yaitu hubungan antara manusia dan Allah.
Islam artinya adalah tunduk kepada Allah. Kaum Muslim adalah umat yang tunduk kepada Allah, kepada kebenaran dan kepada wahyu dan ilham yang datang
dari cakrawala kebenaran disampaikan ke hati orang-orang yang sangat mulia. Lantas bagaimana karakter asasi identitas kaum muslim? Sebutan apa yang
diberikan agama mereka kepada mereka, dan Islam ingin mereka berada di bawah panji-panji apa? Jawabnya adalah ketundukan Islam kepada kebenaran.
17
3. Syarat untuk Menerima Menurut Muthahhari, mekanisme gerak sejarah itu beragam, sesuai dengan
perbedaan aliran-aliran pemikiran yang dianut suatu masyarakat. Misalnya ada yang memandang penindasan satu kelas oleh kelas lain. Itu karena yang satu
17
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya, h.406
bersifat revolusioner dan yang lainnya bersifat reaksioner. Ada juga aliran dengan mekanisme geraknya yang memandang pada kemuliaan sifat manusia yang
berupaya mencapai kesempurnaan dan seterusnya. Oleh karena itu tinggal seseorang memilih untuk menerima atau menolak yang lainnya.
Hanya saja, menurut Muthahhari, dalam Islam lebih bersifat kejiwaan dan keruhaniaan spiritualitas, ketimbang mekanisme gerak dari kebendaan dan
perekonomian tadi. Muthahhari membantah keras pendapat yang mengatakan, Islam juga mengatur determinisme ekonomi, atau materialisme sejarah secara
penuh atau lebih dominan dalam kehidupan ini.
18
4. Jaya dan Jatuhnya Masyarakat Dengan berlandaskan ayat-ayat al-Qur’an Muthahhari menuturkan ada
empat faktor yang mempengaruhi bangun dan jatuhnya suatu masyarakat. Yaitu: a. Keadilan dan Kezaliman
Berkenaan dengan hal ini, al-Qur’an secara tidak langsung menyebutkan dalam beberapa ayatnya, antara lain ayat tersebut berbunyi:
”Sesungguhnya Fir’aun mengagungkan dirinya di muka bumi, dan
membelah kaumnya menjadi kasta-kasta. Sebagiannya dia tindas, dia bunuh anak laki-laki mereka dan biarkan hidup perempuan-perempuan mereka.
sesungguhnya dia termasuk orang yang berbuat kerusakan.” QS. al- Qashas
18
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya, h.407-408
Ayat tersebut secara jelas mengutuk perbuatan Fir’aun yang sangat tercela, dan gambaran ini menunjukkan bahwa tirani sosial seperti yang
dilakukan Fir’aun dapat menghancurkan fondasi masyarakat. b. Persatuan dan Perpecahan
Muthahhari menuturkan bahwa ayat 103 dari surah Ali ‘Imran mendesak agar bersatu atas dasar iman dan berpegang kuat pada tali Allah
SWT. Ayat 105 dari Surah yang sama berbunyi;
”Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih.”
Selain itu, terdapat ayat al-Qur’an lain yang juga menyerukan hal yang sama pula. Ayat tersebut berbunyi:
Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada mu,
dari atas kamu atau dari bawah kamu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan yang saling bertentangan dan merasakan kepada
sebagian kamu keganasan sebagian yang lain.” QS. al-An’am: 65
Artinya: “Janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmua.” QS. al-Anfal: 46
c. Menaati atau Mengabaikan Perintah Allah tentang Amar Makruf Nahi Munkar
Muthahhari mengutip ayat al-Qur’an yang berbunyi:
“Mereka satu sama lain tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat
itu.” QS. al-Maidah: 79
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila suatu umat melecehkan kewajiban besar ini maka akhirnya akan mengakibatkan
kehancuran dan keruntuhan. d. Kebobrokan Moral dan Tak Peduli Hukum
Ada beberapa ayat al-Qur’an mengenai hal ini. Sebagiannya menggambarkan hidup mewah sebagai penyebab kehancuran. Dalam
banyak ayat lainnya, disebut-sebut kata zhulm kezaliman, kekejaman, penindasan, tirani, pelanggaran. Dalam istilah al-Qur’an, kezaliman tidak
saja berarti pelanggaran hak individu atau kelompok. Kezaliman juga berarti yang dilakukan seseorang kepada dirinya sendiri atau oleh kaum kepada diri
mereka. Setiap jenis kerusakan moral dan penyimpangan dari jalan benar manusia adalah kezaliman.
19
Konsepsi kezaliman dalam al-Qur’an cukup luas sehingga mencakup kezaliman yang dilakukan terhadap pihak lain dan
19
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam tentang Jagat Raya. Penerjemah Ilyas Hasan, h.409-410
pemuasan perbuatan tak bermoral. Terutama kata ini digunakan dalam al- Qur’an alam artinya yang kedua.
Dari hal-hal yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemikiran Muthahhari tentang gerak sejarah sangat ditentukan oleh
aktivitas, watak, dan pemikiran manusia yang bersangkutan. Kesimpulan demikian, tidak terlepas dari hasil perenungan dan hasil kajian Muthahhari
terhadap nash-nash al-Qur’an secara dalam dan imajinatif. Mekanisme gerak sejarah dalam Islam, dalam al-Qur’an, membedakan antara
perjuangan kelas dan kepentingan bendawi. Diterangkan dalam al-Qur’an bahwa, yang pertama, mekanisme gerak sejarah disebabkan oleh tekanan
ciptaan-ciptaan para penindas QS. 28:5 dan watak reaksioner mereka di satu pihak, serta semangat revolusioner kelas terhisap di pihak lain.
Perjuangan kaum tertindas yang menjadi mekanisme gerak di sini, akan berakhir dengan kemenangan kaum atau kelas tertindas, sejauh keteguhan
mereka berpegang pada nilai dan perilaku ideal al-Qur’an. Jadi uraian ini dan seperti maksud ayat QS. Ibrahim: 42, ingin mengatakan bahwa Allah
berpihak pada kelas tertindas. Yang kedua, mekanisme gerak sejarah dilakukan demi kepentingan
pemenuhan ekonomi. Ini dianggap sebagai satu proses alam. Mekanisme ini membentangkan letak persentuhan pemikiran Muthahhari dengan teori
materialisme historis Karl Marx yang nanti akan dilihat lebih jauh.
C. Evolusi dan Perubahan Sejarah