Karakteristik Anak Balita HASIL PENELITIAN

4.3. Karakteristik Anak Balita

Karakteristik anak balita dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara kepada ibu yang meliputi umur anak balita, jenis kelamin dan status gizi menurut indeks BBU, TBU dan BBTB. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.6 Distribusi Anak Balita Menurut Umur di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 No Umur Bulan n 1 12-24 34 45,9 2 25-36 23 31,1 3 37-48 11 14,9 4 49-60 6 8,1 Jumlah 74 100,0 Berdasarkan tabel 4.6. di atas menunjukkan bahwa distribusi anak balita menurut umur yang terbanyak adalah kelompok umur 12–24 bulan yaitu sebanyak 34 balita 45,9 dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 49-60 bulan yaitu sebanyak 6 balita 8,1. Tabel 4.7 Distribusi Anak Balita Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 No Jenis Kelamin n 1 Laki-laki 35 47,3 2 Perempuan 39 52,7 Jumlah 74 100,0 Dari tabel 4.7. dapat diketahui bahwa distribusi anak balita menurut jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 39 balita 52,7 dan laki- laki yaitu sebanyak 35 balita 47,3. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BBU di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 No Status Gizi Menurut BBU n 1 Baik 51 68,9 2 Kurang 23 31,1 Jumlah 74 100,0 Dari tabel 4.8. dapat diketahui bahwa distribusi status gizi anak balita menurut indeks BBU yang terbanyak adalah status gizi baik yaitu sebanyak 51 balita 68,9 dan status gizi kurang yaitu sebanyak 23 balita 31,1. Tabel 4.9 Distribusi Status Gizi BBU Anak Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 Indeks BBU Baik Kurang Total No Umur Bulan n n n 1 12-24 23 67,6 11 32,4 34 100,0 2 25-36 14 60,9 9 39,1 23 100,0 3 37-48 9 81,8 2 18,2 11 100,0 4 49-60 5 83,3 1 16,7 6 100,0 Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukkkan bahwa anak balita pada kelompok umur 12-24 bulan yang paling banyak adalah dengan status gizi baik yaitu sebanyak 23 balita 67,6. Anak balita pada kelompok umur 25-36 bulan yang paling banyak adalah status gizi baik yaitu sebanyak 14 balita 60,9. Anak balita pada kelompok umur 37-48 bulan yang paling banyak adalah status gizi baik yaitu sebanyak 9 balita 81,8. Anak balita pada kelompok umur 49-60 bulan yang paling banyak adalah status gizi baik yaitu sebanyak 5 balita 83,3. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks TBU di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 No Status Gizi Menurut TBU n 1 Normal 21 28,4 2 Pendek 53 71,6 Jumlah 74 100,0 Dari tabel 4.10. dapat diketahui bahwa distribusi status gizi anak balita menurut indeks TBU yang terbanyak adalah dengan tinggi badan yang pendek yaitu sebanyak 53 balita 71,6 dan tinggi badan yang normal yaitu sebanyak 21 balita 28,4. Tabel 4.11 Distribusi Status Gizi TBU Anak Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 Indeks TBU Pendek Normal Total No Umur Bulan n n n 1 12-24 8 23,5 26 76,5 34 100,0 2 25-36 6 26,1 17 73,9 23 100,0 3 37-48 6 54,5 5 45,5 11 100,0 4 49-60 1 16,7 5 83,3 6 100,0 Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa anak balita pada kelompok umur 12- 24 bulan yang paling banyak adalah dengan tinggi badan yang normal yaitu sebanyak 26 balita 76,5. Anak balita pada kelompok umur 25-36 bulan yang paling banyak adalah dengan tinggi badan yang normal yaitu sebanyak 17 balita 73,9. Anak balita pada kelompok umur 37-48 bulan yang paling banyak adalah dengan tinggi badan yang pendek yaitu sebanyak 6 balita 54,5. Anak balita pada kelompok umur 49-60 bulan yang paling banyak adalah dengan tinggi badan yang normal yaitu sebanyak 5 balita 83,3. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.12 Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BBTB di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 No Status Gizi Menurut BBTB n 1 Gemuk 16 21,6 2 Normal 54 73,0 3 Kurus 2 2,7 4 Kurus sekali 2 2,7 Jumlah 74 100,0 Dari tabel 4.12. dapat diketahui bahwa distribusi status gizi anak balita menurut indeks BBTB yang terbanyak adalah normal yaitu sebanyak 54 balita 73 dan yang paling sedikit adalah kurus dan kurus sekali sebanyak 2 balita 2,7. Tabel 4.13 Distribusi Status Gizi BBTB Anak Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 Indeks BBTB Gemuk Normal Kurus Kurus Sekali Total No Umur Bulan n n n n n 1 12-24 8 23,5 25 73,5 0,0 1 2,9 34 100,0 2 25-36 4 17,4 18 78,3 1 4,3 0,0 23 100,0 3 37-48 3 27,3 6 54,5 1 9,1 1 9,1 11 100,0 4 49-60 1 16,7 5 83,3 0,0 0,0 6 100,0 Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa anak balita pada kelompok umur 12- 24 bulan yang paling banyak adalah normal yaitu sebanyak 25 balita 73,5. Anak balita pada kelompok umur 25-36 bulan yang paling banyak adalah normal yaitu sebanyak 18 balita 78,3. Anak balita pada kelompok umur 37-48 bulan yang paling banyak adalah normal yaitu sebanyak 6 balita 54,5. Anak balita pada kelompok umur 49-60 bulan yang paling banyak adalah normal yaitu sebanyak 5 balita 83,3. Universitas Sumatera Utara 4.4 Gambaran Kejadian ISPA Tabel 4.14 Distribusi Tingkat Keparahan ISPA Pada Anak Balita di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 No Tingkat Keparahan ISPA n 1 Ringan 9 12,2 2 Sedang 57 77,0 3 Berat 8 10,8 Jumlah 74 100,0 Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa distribusi tingkat keparahan ISPA pada anak balita yang terbanyak adalah ISPA sedang yaitu sebanyak 57 balita 77 dan yang paling sedikit adalah anak balita dengan ISPA berat yaitu sebanyak 8 balita 10,8. Tabel 4.15 Distribusi Tingkat Keparahan ISPA Pada Anak Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 Tingkat Keparahan ISPA Ringan Sedang Berat Total No Umur Bulan n n n n 1 12-24 3 8,8 28 82,4 3 8,8 34 100,0 2 25-36 3 13,0 17 74,0 3 13,0 23 100,0 3 37-48 2 18,2 8 72,7 1 9,1 11 100,0 4 49-60 1 16,7 4 66,6 1 16,7 6 100,0 Tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa anak balita pada kelompok umur 12- 24 bulan paling banyak menderita ISPA sedang yaitu sebanyak 28 balita 82,4. Anak balita pada kelompok umur 25-36 bulan paling banyak menderita ISPA sedang yaitu sebanyak 17 balita 74. Anak balita pada kelompok umur 37-48 bulan paling banyak menderita ISPA sedang yaitu sebanyak 8 balita 72,7. Anak balita pada kelompok umur 49-60 bulan paling banyak menderita ISPA sedang yaitu sebanyak 4 balita 66,6. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Kejadian ISPA Pada Anak Balita di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 No Frekuensi Kejadian ISPA n 1 1 kali 45 60,8 2 2 kali 25 33,8 3 3 kali 3 4,0 4 Lebih dari 3 kali 1 1,4 Jumlah 74 100,0 Berdasarkan tabel 4.16 di atas menunjukkan bahwa distribusi frekuensi kejadian ISPA pada anak balita yang paling banyak 1 kali dalam satu bulan yaitu sebanyak 45 balita 60,8 dan yang paling sedikit lebih dari 3 kali dalam satu bulan yaitu sebanyak 1 balita 1,4. Tabel 4.17 Distribusi Frekunsi Kejadian ISPA Pada Anak Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 Frekuensi Kejadian ISPA 1 Kali 2 Kali 3 Kali Lebih dari 3 Kali Total No Umur Bulan n n n n n 1 12-24 22 64,7 10 29,5 1 2,9 1 2,9 34 100,0 2 25-36 12 52,2 10 43,5 1 4,3 0,0 23 100,0 3 37-48 7 63,6 4 36,4 0,0 0,0 11 100,0 4 49-60 4 66,6 1 16,7 1 16,7 0,0 6 100,0 Dari tabel 4.17 dapat diketahui bahwa anak balita pada kelompok umur 12-24 bulan paling banyak menderita ISPA sebanyak 1kali dalam satu bulan yaitu sebanyak 22 balita 64,7. Anak balita pada kelompok umur 25-36 bulan paling banyak menderita ISPA sebanyak 1kali dalam satu bulan yaitu sebanyak 12 balita 52,2. Anak balita pada kelompok umur 37-48 bulan paling banyak menderita ISPA sebanyak 1kali dalam satu bulan yaitu sebanyak 7 balita 63,6. Anak balita pada Universitas Sumatera Utara kelompok umur 49-60 bulan paling banyak menderita ISPA 1 kali dalam satu bulan yaitu sebanyak 4 balita 66,6. 4.5 Hubungan Tingkat Keparahan ISPA dengan Status Gizi pada Anak Balita Tabel 4.18 Distribusi Hubungan Tingkat Keparahan ISPA dengan Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BBU di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 Indeks BBU Baik Kurang Total No Tingkat Keparahan ISPA n n n ρ 1 Ringan 8 88,9 1 11,1 9 100,0 2 Sedang 40 70,2 17 29,8 57 100,0 3 Berat 3 37,5 5 62,5 8 100,0 0,067 Dari tabel 4.18 dapat diketahui bahwa dari 9 balita yang ISPA Ringan terdapat 8 balita 88,9 dengan status gizi baik dan 1 balita 11,1 dengan status gizi kurang, dari 57 balita yang ISPA Sedang terdapat 40 balita 70,2 dengan status gizi baik dan 17 balita 29,8 dengan status gizi kurang, dari 8 balita yang ISPA Berat terdapat 3 balita 37,5 dengan status gizi baik dan 5 balita 62,5 dengan status gizi kurang. Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,067. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.19 Distribusi Hubungan Tingkat Keparahan ISPA dengan Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks TBU di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 Indeks TBU Normal Pendek Total No Tingkat Keparahan ISPA n n n ρ 1 Ringan 5 55,6 4 44,4 9 100,0 2 Sedang 15 26,3 42 73,7 57 100,0 3 Berat 1 12,5 7 87,5 8 100,0 0,112 Berdasarkan tabel 4.19 di atas menunjukkan bahwa dari 9 balita yang ISPA Ringan terdapat 5 balita 55,6 dengan tinggi badan yang normal dan 4 balita 44,4 dengan tinggi badan yang pendek, dari 57 balita yang ISPA Sedang terdapat 15 balita 26,3 dengan tinggi badan yang normal dan 42 balita 73,7 dengan tinggi badan yang pendek, dari 8 balita yang ISPA Berat terdapat 1 balita 12,5 dengan tinggi badan yang normal dan 7 balita 87,5 dengan tinggi badan yang pendek. Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,112. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.20 Distribusi Hubungan Tingkat Keparahan ISPA dengan Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BBTB di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 Indeks BBTB Gemuk Normal Kurus Kurus Sekali Total ρ No Tingkat Keparahan ISPA n n n N n 1 Ringan 3 33,3 4 44,5 1 11,1 1 11,1 9 100,0 2 Sedang 11 19,3 45 78,9 0,0 1 1,8 57 100,0 3 Berat 2 25,0 5 62,5 1 12,5 0,0 8 100,0 0,07 Tabel 4.20 di atas menunjukkan bahwa dari 9 balita yang ISPA Ringan terdapat 3 balita 33,3 yang gemuk, 4 balita 44,5 yang normal, 1 balita 11,1 yang kurus dan 1 balita 11,1 yang kurus sekali, dari 57 balita yang ISPA Sedang terdapat 11 balita 19,3 yang gemuk, 45 balita 78,9 yang normal dan 1 balita 1,8 yang kurus sekali, dari 8 balita yang ISPA Berat terdapat 2 balita 25,0 yang gemuk, 5 balita 62,5 yang normal, 1 balita 12,5 yang kurus. Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,07. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.21 Distribusi Hubungan Frekuensi Kejadian ISPA dengan Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BBU di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 Tabel 4.21 di atas menunjukkan bahwa dari 45 balita yang menderita ISPA 1 kali dalam satu bulan terakhir terdapat 31 balita 68,9 dengan status gizi baik dan 14 balita 31,1 dengan status gizi kurang, dari 25 balita yang menderita ISPA 2 kali dalam satu bulan terakhir terdapat 18 balita 72,0 dengan status gizi baik dan 7 balita 28,0 dengan status gizi kurang, dari 3 balita yang menderita ISPA 3 kali dalam satu bulan terakhir terdapat 2 balita 66,7 dengan status gizi baik dan 1 balita 33,3 dengan status gizi kurang dan 1 balita 100 yang menderita ISPA lebih dari 3 kali dalam satu bulan terakhir memiliki status gizi kurang. Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,506. Indeks BBU Baik Kurang Total No Frekeunsi Kejadian ISPA n n n ρ 1 1 kali 31 68,9 14 31,1 45 100,0 2 2 kali 18 72,0 7 28,0 25 100,0 3 3 kali 2 66,7 1 33,3 3 100,0 4 Lebih dari 3 kali 100,0 1 100,0 1 100,0 0,506 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.22 Distribusi Hubungan Frekuensi Kejadian ISPA dengan Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks TBU di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 Dari tabel 4.22 dapat diketahui bahwa dari 45 balita yang menderita ISPA 1 kali dalam satu bulan terakhir terdapat 12 balita 26,7 dengan tinggi badan yang normal dan 33 balita 73,3 dengan tinggi badan yang pendek, dari 25 balita yang menderita ISPA 2 kali dalam satu bulan terakhir terdapat 7 balita 28,0 dengan tinggi badan yang normal dan 18 balita 72,0 dengan tinggi badan yang pendek, dari 3 balita yang menderita ISPA 3 kali dalam satu bulan terakhir terdapat 2 balita 66,7 dengan tinggi badan yang normal dan 1 balita 33,3 dengan tinggi badan yang pendek dan 1 balita 100 yang menderita ISPA lebih dari 3 kali dalam satu bulan terakhir memiliki tinggi badan yang pendek. Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,453. Indeks TBU Normal Pendek Total No Frekeunsi Kejadian ISPA n n n ρ 1 1 kali 12 26,7 33 73,3 45 100,0 2 2 kali 7 28,0 18 72,0 25 100,0 3 3 kali 2 66,7 1 33,3 3 100,0 4 Lebih dari 3 kali 0,0 1 100,0 1 100,0 0,453 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.23 Distribusi Hubungan Frekuensi Kejadian ISPA dengan Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BBTB di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2009 Indeks BBTB Gemuk Normal Kurus Kurus Sekali Total No Frekuensi Kejadian ISPA n n n n n ρ 1 1 kali 7 15,6 35 77,8 2 4,4 1 2,2 45 100,0 2 2 kali 8 32,0 16 64,0 0,0 1 4,0 25 100,0 3 3 kali 1 33,3 2 66,7 0,0 0,0 3 100,0 4 Lebih dari 3 kali 0,0 1 100,0 0,0 0,0 1 100,0 0,872 Berdasarkan tabel 4.23 di atas menunjukkan bahwa dari 45 balita yang menderita ISPA 1 kali dalam satu bulan terakhir terdapat 7 balita 15,6 yang gemuk, 35 balita 77,8 yang normal, 2 balita 4,4 yang kurus, dan 1 balita 2,2 yang kurus sekali, dari 25 balita yang menderita ISPA 2 kali dalam satu bulan terakhir terdapat 8 balita 32,0 yang gemuk, 16 balita 64,0 yang normal dan 1 balita 4,0 yang kurus sekali, dari 3 balita yang menderita ISPA 3 kali dalam satu bulan terakhir terdapat 1 balita 33,3 yang gemuk, 2 balita 66,7 yang normal, dan 1 balita 100,0 yang menderita ISPA lebih dari 3 kali dalam satu bulan terakhir dengan status gizi yang normal. Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,872 menunjukkan tidak ada hubungan antara frekuensi kejadian ISPA dengan status gizi berdsarkan indeks BBTB. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Status Gizi dan Indeks Prestasi Anak SD Negeri No. 173441 Menurut Tahun Kelahiran Sebelum dan Saat Serta Sesudah Krisis Moneter di Kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2006

0 32 81

Hubungan Antara Status Ibu Bekerja atau Ibu TidakBekerja Dengan Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Medan Tembung.

5 42 70

Perbedaan Status Gizi Balita yang Berada di Wilayah Kerja Posyandu Madya dengan Posyandu Purnama di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

2 54 72

Gambaran Kecenderungan Status Gizi Anak Baru Masuk Sekolah Dasar Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2007-2010

2 41 132

Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan Tahun 2009

2 73 101

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN DIARE DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KELURAHAN BEKONANG KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 6

HUBUNGAN KESAKITAN ISPA DAN DIARE DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA SELODOKO KECAMATAN AMPEL Hubungan Kesakitan ISPA dan Diare dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GIZI IBU, TINGKAT KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK DI BAWAH DUA TAHUN DI Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu, Tingkat Konsumsi Pangan Dengan Status Gizi Anak Di Bawah Dua Tahun Di Kelurahan Kestalan Kecamatan Banjarsa

0 1 16

HUBUNGAN FREKUENSI BERULANGNYA ISPA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA.

0 0 1

Hubungan Frekuensi Berulangnya ISPA dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Jebres Surakarta IMG 20160222 0001

0 0 1