Tablet dibuat dengan cara pengempaan campuran serbuk atau granul, semakin kuat tekanan pengempaan maka tablet akan menjadi lebih kompak
karena permukaan partikel lebih rendah Ansel, 1989.
2.7 Bahan tambahan dalam sediaan tablet
Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan pengikat dan bahan pelicin. Kadang-kadang dapat ditambahkan pewangi
flavoring agent, bahan pewarna coloring agent, bahan pemanis dan bahan tambahan lain yang cocok Ansel, 1989.
2.7.2 Bahan pengisi
Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat sediaan. Pada bahan obat yang berdosis cukup tinggi, bahan pengisi tidak
diperlukan misalnya aspirin, antibiotik tertentu. Bahan pengisi dapat juga ditambah karena alasan kedua yaitu untuk memperbaiki daya kohesi sehingga
dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran. Bahan pengisi yang umumnya digunakan adalah laktosa, sukrosa, mannitol, sorbitol, golongan amilum dan
avicel Soekemi, dkk, 1987.
2.7.2 Bahan pengikat
Gunanya adalah untuk mengikat komponen-komponen tablet untuk dijadikan granul dengan ukuran yang sama dan bentuk yang spheris setelah
dipaksakan melewati ayakan. Dengan adanya bahan pengikat, komponen tablet akan mudah dibentuk menjadi granul, sehingga akan memudahkan pencetakan.
Bahan-bahan yang sering digunakan sebagai bahan pengikat yaitu amilum, gelatin, akasia, Na alginat, sukrosa dan golongannya, CMC, Veegum dan lain-lain
Soekemi, dkk, 1987.
Universitas Sumatera Utara
2.7.3 Bahan pengembang
Ditambahkan untuk memecahkan tablet menjadi partikel-partikel kecil sehingga luas permukaan diperbesar dan absorpsi dipermudah. Bahan-bahan yang
biasa digunakan sebagai pengembang yaitu amilum, gom, derivat sellulosa, alginat, dan lain-lain.
2.7.4 Bahan pelicin
Ditambahkan dengan maksud meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi
pergesekan antara butir-butir granul, mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan pelicin yang umumnya digunakan adalah talkum dan metalik stearat seperti
Mg atau Ca stearat Soekemi, dkk, 1987.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakuk an di laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif dan laboratorium Teknologi Formulasi Resep Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara serta Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia Kota Medan pada bulan Juni 2008 sampai Agustus 2008.
3.2 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit alat KCKT Shimadzu yang terdiri dari vacuum degasser, pompa, UVVis detektor,
integrator, kolom Shimpac VP-ODS 3,9 mm x 30 cm, penyuntik mikroliter 100 μl, wadah fase gerak, pH meter Hanna, spektrofotometer ultraviolet Shimadzu
mini 1240, mesin pencetak tablet single punch Atelier, strong cobb hardness tester Erweka, stopwatch, mortir, stamfer, oven, ayakan, dan alat-alat gelas
lainnya.
3.3 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan jika tidak dinyatakan lain adalah kualitas p.a produksi E.Merck yaitu asetonitril, metanol, trietilamina, asam asetat glasial,
natrium hidroksida, aquabidestilata PT. Ikapharmindo Putramas, laktosa, amilum manihot, talkum, magnesium stearat, Sulfametoksazol BPFI PPOM
Jakarta, Trimetoprim BPFI PPOM Jakarta, Sulfametoksazol baku PT. Indofarma, Trimetoprim baku PT. Indofarma, tablet Cotrimoksazole PT. Phyto
Kemo Agung Farma, tablet Cotrimoksazole PT. Indofarma, tablet Bactrim PT.
Roche.
Universitas Sumatera Utara