Mekanisme kerja Farmakokinetika Efek samping Dosis

Pemerian : hablur atau serbuk hablur,putih sampai krem, tidak berbau Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam benzilalkohol, agak sukar larut dalam kloroform dan dalam methanol, sangat sukar larut dalam etanol dan dalam aseton, praktis tidak larut dalam eter dan dalam karbon tetraklorida.

2.2.2 Mekanisme kerja

Aktivitas antibakteri kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim berdasarkan kerjanya pada dua tahap yang berurutan pada reaksi enzimatik untuk pembentukan asam tetrahidrofolat. Sulfonamida manghambat masuknya PABA ke dalam molekul asam folat dan trimetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat penting untuk reaksi-reaksi pemindahan satu atom C, seperti pembentukan basa purin adenine dan guanine, timidin dan beberapa asam amino metinin, glisin. Sel-sel mamalia menggunakan folat jadi yang terdapat dalam makanan dan tidak mensintesis senyawa tersebut. Trimetoprim menghambat enzim dihidrofolat reduktase mikroba secara sangat selektif. Hal ini penting, karena enzim tersebut juga terdapat pada sel mamalia Mariana, 1995.

2.2.3 Farmakokinetika

Pada pemberian oral preparat kombinasi dengan dosis tunggal, trimetoprim diabsorpsi lebih cepat daripada sulfametoksazol. Trimetoprim cepat didistribusikan ke dalam jaringan dan relatif sedikit terikat pada protein plasma dengan adanya sulfametoksazol. Obat masuk ke dalam otak dan saliva dengan Universitas Sumatera Utara mudah. Pemberian 400 mg sulfametoksazol dengan 80 mg trimetoprim tiga kali sehari, kadar steady state minimal di dalam darah dari masing-masing obat kira- kira 20 dan 1 μgml, yakni perbandingan optimal yang dicari Mariana, 1995.

2.2.4 Efek samping

Biasanya berupa gangguan kulit dan gangguan lambung-usus, stomatitis. Pada dosis tinggi efek sampingnya juga berupa demam dan gangguan fungsi hati dan efek-efek darah neutropenia, trombositopenia. Oleh karena itu, penggunaan lebih dari dua minggu hendaknya disertai dengan pengawasan darah Tjay dan Rahardja, 2002.

2.2.5 Dosis

Dosis dewasa untuk sebagian besar penyakit infeksi adalah 2 tablet setiap 12 jam selama 10 sampai 14 hari. Pada tifus dan infeksi parah diberikan 3 tablet setiap 12 jam selama maksimum 14 hari. Pemberian pada anak-anak di bawah 12 tahun tidak dianjurkan Mariana, 1995.

2.3 Teori Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan berdasarkan partisi cuplikan antara fase gerak dan fase diam. Fase gerak mobile phase dapat berupa gas atau cairan dan fase diam stationery phase dapat berupa cairan atau padatan. Kromatografi dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses migrasi diferensial dimana komponen-komponen cuplikan ditahan secara selektif oleh fase diam Sastrohamidjojo, 1985. Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam Universitas Sumatera Utara