Melandi Meha : Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dengan Tindakan Bidan Dalam Mengatasi Komplikasi Selama Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan Tahun 2009,
2009.
Menurut Mochtar 1998 ada tiga penyebab utama kematian maternal yaitu perdarahan, infeksi dan eklampsia. Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih
dari 500 ml sampai 600 ml dalam masa 24 jam postpartum sekunder. Berdasarkan jenis perdarahan postpartum, Manuaba 1998 membagi atas dua
jenis yaitu: a. Perdarahan Postpartum Primer adalah perdarahan yang berlangsung dalam 24 jam
pertama dengan jumlah perdarahan 500 cc atau lebih. Perdarahan postpartum primer disebabkan atonia uteri, retensio plasenta, robekan jumlah
lahir. b. Perdarahan postpartum sekunder adalah perdarahan yang berlangsung setelah 24
jam pertama dengan jumlah perdarahan 500 cc atau lebih. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan tertinggalnya sebagian plasenta atau membrannya,
perlukaan terluka kembali dan menimbulkan perdarahan serta infeksi pada tempat implantasi plasenta.
11. Adanya gejala syok 12. Adanya gejala infeksi
2.3 Pelayanan Antenatal Depkes, 2005
Berdasarkan penerapan operasional dikenal dengan 7T penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi toksoid
Melandi Meha : Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dengan Tindakan Bidan Dalam Mengatasi Komplikasi Selama Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan Tahun 2009,
2009.
secara lengkap, pemberian tablet besi minimum 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Pelayanan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga profesional atau tenaga kesehatan.
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau dengan pemberian pelayanan terhadap ibu hamil saat kunjungan pertama K1 dan kunjungan ulangan yang ke
empat kali pada semester ke tiga kehamilan K4. Batasan dan tujuan pengawasan antenatal, perlu adanya jadwal dalam pemeriksaan antenatal yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid. 2. Pemeriksaan Trisemester I dan II
Pemeriksaan dilakukan setiap bulan sekali untuk mengobservasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan, rencana untuk pengobatan,
nasehat diet tentang empat sehat lima sempurnadan pemberian tetanus I. 3. Pemeriksaan Trisemester III
Pemeriksaan dilakukan dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran, imunisasi tetanus II, mengobservasi terjadinya komplikasi kehamilan trisemester
ketiga dan nasehat tentang tanda-tanda inpartu.
2.4 Partograf Depkes, 2008
Melandi Meha : Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dengan Tindakan Bidan Dalam Mengatasi Komplikasi Selama Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan Tahun 2009,
2009.
Partograf merupakan alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu pesalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Partograf harus digunakan
secara rutin untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan baik persalinan berupa normal maupun patologis dan merupakan elemen terpenting dari asuhan
persalinan. Penggunaan secara rutin bertujuan memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat, dan tepat waktu serta mebantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa. Penggunaan partograf berhubungan dengan realisasi dari lima benang merah
yang dijadikan aspek dasar penting yang saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman yaitu : membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang
bayi, pencegahan infeksi, pencatatan rekam medik asuhan persalinan dan rujukan. Pada partograf dalam pencatatan selama fase aktif persalinan meliputi
pencatatan informasi ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, jam dan waktu fase aktif persalinan dan pemeriksaan, kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang
diberikan, kondisi ibu nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan urin serta pencatatan asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya.
2.5 Bidan
2.5.1 Pengertian
Menurut Permenkes RI No.363MenkesPerIX1980, Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan Bidan yang telah diakui
pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Sejak tahun
Melandi Meha : Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dengan Tindakan Bidan Dalam Mengatasi Komplikasi Selama Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan Tahun 2009,
2009.
19891990 pemerintah telah melaksanakan program pengangkatan dan penempatan Bidan diseluruh pelosok tanah air Depkes RI, 1990.
Bidan adalah merupakan tenaga profesional yang strategis untuk ditempatkan dan bertugas di desa mempunyai wilayah kerja 1-2 dan dalam melaksanakan tugas
pelayanan medik baik di dalam maupun di luar jam kerjanya, bidan bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Puskesmas Depkes RI, 2000.
Bidan adalah seorang yang telah secara teratur mengikuti suatu program pendidikan kebidanan yang diakui di negara program tersebut di selenggarakan, telah
berhasil menyelesaikan serangkaian pendidikan kebidanan yang di tetapkan, dan telah memperoleh kualifikasi yang diperlukan untuk bisa di daftarkan dan atau secara
hukum memperoleh izin untuk menjalankan praktek kebidanan IBI, 2001.
2.5.2 Tujuan Penempatan Bidan di Desa
Secara umum tujuan penempatan bidan di desa adalah untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan melalui puskesmas dan posyandu dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu, bayi, anak balita dan menurunkan angka kelahiran serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Sementara tujuan khusus antara lain: 1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat.
2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan khususnya lima program prioritas di desa.
3. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas dan perinatal, serta pelayanan kontrasepsi.
Melandi Meha : Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dengan Tindakan Bidan Dalam Mengatasi Komplikasi Selama Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan Tahun 2009,
2009.
4. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan persalinan dan perinatal.
5. Menurunkan jumlah balita dengan gizi buruk dan diare. 6. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk hidup sehat dengan membantu
pembinaan kesehatan kelompok dasawisma.
2.5.3 Wewenang Bidan
Wewenang Bidan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 3631980, wewenang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Wewenang umum yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat di pertanggungjawabkan secara mandiri.
2. Wewenang khusus untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan pengawasan dokter. Tanggungjawab pelaksanaannya berada pada dokter yang diberikan
wewenang tersebut. 3. Wewenang pada keadaan darurat melakukan pertolongan pertama untuk
menyelamatkan penderita atas tanggung jawabnya sebagai insan profesi. Segera setelah melakukan tindakan darurat tersebut, bidan diwajibkan membuat laporan
ke puskesmas di wilayah kerjanya. 4. Wewenang tambahan oleh atasannya dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
masyarakat lainnya sesuai dengan program pemerintah, pendidikan dan pelatihan yang diterimanya. Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan bidan
melalui kegiatan teknis bidan desa dan pelatihan meliputi ; a. Pelatihan bidan penyelia kabupaten dan puskesmas
Melandi Meha : Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dengan Tindakan Bidan Dalam Mengatasi Komplikasi Selama Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan Tahun 2009,
2009.
b. Pelatihan radio medik bagi bidan desa c. Kegiatan penyeliaan
d. Pelatihan manajemen program KIA bagi bidan puskesmas dan bidan desa e. Pelatihan teknis medis meliputi; pelatihan Life Safing Skill LSS, pelatihan
pelayanan kesehatan maternal dan perinatal, Keluarga Berencana KB, imunisasi dan tumbuh kembang anak dan sektor bidan desa.
Namun Notoatmdjo 2007 menyatakan bahwa pengembangan diri tidak harus melalui pendidikan formal atau pelatihan-pelatihan, melainkan semua situasi dimana
seseorang berinteraksi dengan orang lain, asal didalam diri orang tersebut masih ada keinginan atau kemauan willingness untuk berupaya memahami organisasi dimana
bekerja.
2.5.4 Hambatan dan Keuntungan Penempatan Bidan di Desa
Ada beberapa hambatan yang ditemui dalam penempatan bidan di desa antara lain Depkes RI, 1990:
1. Umur bidan relatif muda dan bukan di desa sendiri.
2. Kesulitan dalam menyesuaikan diri di tengah masyarakat.
3. Bidan bukan pegawai negeri sehingga tidak mempunyai penghasilan tetap
menjadi dambaannya. 4.
Kemampuan desa untuk membangun polindes masih terbatas sehingga banyak diantara bidan desa tidak mendapatkan dukungan sarana dari masyarakat.
5. Perkawinan bidan desa yang segera meninggalkan desa dan pindah mengikuti
suami.
Melandi Meha : Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dengan Tindakan Bidan Dalam Mengatasi Komplikasi Selama Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan Tahun 2009,
2009.
6. Pendidikan belum mencukupi untuk mampu mandiri sehingga bidan kurang
berfungsi. 7.
Karena berusia muda bidan belum mendapatkan kepercayaan masyarakat sehingga orientasi kepada dukun masih dominan.
Sekalipun banyak hambatan, beberapa keuntungan dalam penempatan Bidan di desa adalah sebagai berikut :
1. Bidan di desa sebagai tenaga kesehatan terdidik diharapkan memberikan
pengaruh optimal kepada masyarakat. 2.
Penetapan kehamilan risiko tinggi melalui pengawasan antenatal, sehingga dapat mengurangi kesakitan dan kematian dan perinatal.
3. Bidan di desa merupakan tempat masyarakat untuk meminta berbagai nasehat
tentang kesehatan. 4.
Menggantikan peranan dukun bersalin. 5.
Membuat peta kesehatan sehingga memudahkan pemantauan. 6.
Mempercepat tercapainya sehat untuk semuanya di tahun 2010. 7.
Merupakan mata rantai Sistem Kesehatan Nasional di pedesaan.
2.6 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
Melandi Meha : Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dengan Tindakan Bidan Dalam Mengatasi Komplikasi Selama Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan Tahun 2009,