Hubungan Karakteristik Bidan dengan Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2009

(1)

PADA MASA NIFAS DI RUMAH BERSALIN DAN BALAI PENGOBATAN SWASTA WILAYAH

KERJA PUSKESMAS SIDOMULYO KOTA PEKANBARU

TAHUN 2009

085102012 ELY PUSPITA

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2009 Ely Puspita

Hubungan Karakteristik Bidan dengan Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2009

Vii + 46 hal + 6 tabel + 10 Lampiran

Abstrak

Tingginya AKI di Indonesia salah satunya disebabkan karena infeksi. Dalam hal ini diperlukan penanganan infeksi masa nifas yang paling efektif dan paling murah adalah upaya pencegahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik bidan dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi masa nifas di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Swasta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatisi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Penelitian dilakukan dari tanggal 22 Desember 2008 sampai 4 Januari 2009. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 35 responden sebagian besar berumur antara 20-35 tahun sebanyak 18 orang (51,4%), sebagian besar responden berpendidikan tinggi (DI dan DIII) sebanyak 23 orang (65,7%), sebagian besar mempunyai lama bekerja > 10 tahun sebanyak 19 orang (54,3%), dan berpengetahuan tidak baik (pengetahuan rendah) sebanyak 22 orang (62,9%). Hasiluji statistik hubungan antara umur responden dengan tingkat pengetahuan responden diperoleh nilai p = 0,003 dan nilai OR=0,07,sehingga untuk umur 20-35 tahun mempunyai peluang 0,07 kali lebih besar memperoleh pengetahuan yang lebih baik, hubungan antara pendidikan responden dengan tingkat pengetahuan responden diperoleh nilai p = 0,013 dan nilai OR=0,08, sehingaa pendidikan tinggi mempunyai peluang 0,08 kali lebih besar memperoleh pengetahuan yang baik, hubungan antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan responden diperoleh nilai p = 0,016 dan nilai OR=0,016 sehingga lama bekerja mempunyai peluang 0,016 kali lebih besar memperoleh pengetahuan yang baik.. Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antar karakteristik dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi, sehingga diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan dapat mengetahui serta melaksanakan kepada setiap pasien bagaimana pencegahan infeksi pada masa nifas sedini mungkin.

Kata kunci : Bidan, Pencegahan infeksi,Mmasa nifas Daftar pustaka : 32 (1998-2009)


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmad dan karuni-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ” Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Pencegahan Infeksi pada Masa Nifas di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2009”.

Dalam penyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tetap pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Murniati Manik, MSc. SpKK selaku ketua program studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc. (CM-FM) selaku dosen pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yang tidak bosan memberikan arahan dan bimbingan

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Kedua orang tua tercinta yaitu H. Mansyur Yusuf dan Hj. Kartini Baatin yang telah memberikan kasih sayang, dorongan moril, maupun material kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Kakanda dan Adinda tersayang B`aris, K`evi, B`ulul, K`ya dan Vina utut yang tidak bosan memberikan nasehat dan dukungan kepada penulis


(4)

7. Teman-teman Jazmi, Gesty, K`uly, K`ani, Dini, Rina, Jo,Yuni, Ina, dan Mel serta teman – teman yang tidak dapat dituliskan seluruhnya, dan buat T, A, dan E yang telah memberikan dukungan, do`a serta kasih sayang yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Semua pihak yang mendukung, membantu, dan mendoakan penulis dalam menghadapi setiap rintangan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sudah mendekati sempurna baik isi maupun susunan bahasanya, untuk ini penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari pembaca yang dapat membagun kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 2 Juni 2009


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK …… ... ... i

KATA PENGANTAR ... .. ii

DAFTAR ISI ... . iv

DAFTAR TABEL ... . vi

DAFTAR LAMPIRAN ... .vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... .1

B. Perumusan Masalah ... . 3

C. Tujuan Penelitian ... .3

D. Manfaat Penelitian ... .4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pengetahuan ... .5

1. Pengertian Pengetahuan ... .5

2. Cara Memperoleh Pengetahuan ... .6

B. Fakto-Faktor yang mempengaruhi umur... .6

1. Umur ... .7

2. Pendidikan... .8

3. Lama Bekerja ... 10

C. Bidan ... .11

D. Pencegahan Infeksi ... .13

E. Sterilisasi ... .15

F. Perawatan Payudara ... .19

G. Perawatan Luka Perineum... .23

BAB III : KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 26

B. Hipotesa ... 27

C. Defenisi Operasional ... 27

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

D. Pertimbangan Etik ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Pengumpulan Data ... .32


(6)

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ... .34

1. Analisa Univariat.. ... .34

2. Analisa Bivariat……….. .. .37

B. Pembahasan ... .40

1. Interprestasi dan hasil diskusi... .40

2. Implikasi terhadap pelayanan dan penelitian . ... .44

BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan . ... …..45

B. Saran ... …..46


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden tentang Pencegahan Infeksi Pada Nifas di RB dan BPS Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo

Kota Pekanbaru Tahun 2009... 34 Tabel 5.2. Distribusi Hasil Tingkat Pengetahuan Responden

tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di RB dan BPS

Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2009 ... 35 Tabel 5.3. Distribusi Kategori Tingkat Pengetahuan Responden

tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di RB dan BPS

Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2009 ... 36 Tabel 5.4.1 Hubungan Umur Responden dengan Tingkat Pengetahuan Responden

tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di RB dan BPS

Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2009 ... 37 Tabel 5.4.2 Hubungan Pendidikan Responden dengan Tingkat Pengetahuan Responden

tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di RB dan BPS

Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2009 ... 38 Tabel 5.4.3 Hubungan Lama Bekerja Responden dengan Tingkat Pengetahuan

Responden

tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di RB dan BPS

Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2009 ... ... 39


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Standar Pelayanan Kebidanan

Lampiran 2 Standar Peralatan Praktik Bidan Lampiran 3 Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Lembar Content Validitas

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dari Program Studi D IV Bidan Pendidik FK USU Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari Puskesms Sidomulyo Kota Pekanbaru

Lampiran 8 Surat Selesai Melakukan Penelitian Lampiran 9 Jadwal Konsul Karya Tulis Ilmiah Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup


(9)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2009 Ely Puspita

Hubungan Karakteristik Bidan dengan Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2009

Vii + 46 hal + 6 tabel + 10 Lampiran

Abstrak

Tingginya AKI di Indonesia salah satunya disebabkan karena infeksi. Dalam hal ini diperlukan penanganan infeksi masa nifas yang paling efektif dan paling murah adalah upaya pencegahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik bidan dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi masa nifas di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Swasta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatisi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Penelitian dilakukan dari tanggal 22 Desember 2008 sampai 4 Januari 2009. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 35 responden sebagian besar berumur antara 20-35 tahun sebanyak 18 orang (51,4%), sebagian besar responden berpendidikan tinggi (DI dan DIII) sebanyak 23 orang (65,7%), sebagian besar mempunyai lama bekerja > 10 tahun sebanyak 19 orang (54,3%), dan berpengetahuan tidak baik (pengetahuan rendah) sebanyak 22 orang (62,9%). Hasiluji statistik hubungan antara umur responden dengan tingkat pengetahuan responden diperoleh nilai p = 0,003 dan nilai OR=0,07,sehingga untuk umur 20-35 tahun mempunyai peluang 0,07 kali lebih besar memperoleh pengetahuan yang lebih baik, hubungan antara pendidikan responden dengan tingkat pengetahuan responden diperoleh nilai p = 0,013 dan nilai OR=0,08, sehingaa pendidikan tinggi mempunyai peluang 0,08 kali lebih besar memperoleh pengetahuan yang baik, hubungan antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan responden diperoleh nilai p = 0,016 dan nilai OR=0,016 sehingga lama bekerja mempunyai peluang 0,016 kali lebih besar memperoleh pengetahuan yang baik.. Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antar karakteristik dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi, sehingga diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan dapat mengetahui serta melaksanakan kepada setiap pasien bagaimana pencegahan infeksi pada masa nifas sedini mungkin.

Kata kunci : Bidan, Pencegahan infeksi,Mmasa nifas Daftar pustaka : 32 (1998-2009)


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

WHO (2007) dalam Millennium Development Goal (MDG) menyatakan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) mempunyai target sebesar 35 per 100.000 kelahiran hidup, target angka tersebut jauh lebih rendah dari Angka Kematian Ibu di Indonesia. AKI di Indonesia masih relatif lebih tinggi dibandingkan AKI di Negara-negara ASEAN. Dimana AKI tahun 2002 sampai AKI tahun 2007 di Negara Indonesia sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Adapun penyebab tingginya AKI di Indonesia disebabkan oleh tiga komponen yaitu perdarahan, pre-eklampsi dan eklampsi, dan infeksi.

Data rekapitulasi kegiatan maternal dan perinatal Provinsi Riau di kota Pekanbaru tahun 2005 terdapat (159 kasus) kematian ibu nifas, 2006 (179 kasus) kematian ibu nifas dari seluruh Kabupaten yang ada di Riau. AKI di kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai tahun 2007 mengalami peningkatan yaitu 8 / 100.000 klahiran hidup menjadi 17 / 100.000 kelahiran hidup. Rincian Program KIA Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru bulan Januari sampai bulan Desember 2006 jumlah ibu bersalin meninggal sebanyak 17 orang dari 17 Puskesmas yang ada di Pekanbaru, AKI yang tertinggi didapatkan di Puskesams Sidomulyo sebanyak 2 orang. Untuk meningkatkan indikator Indonesia sehat 2010 dimana 100 orang bidan menangani 100.000 orang penduduk atau 1 orang bidan menangani 100 orang penduduk dalam hal ini diperlukam bidan yang


(11)

mempunyai skill dan pengtahuan yang terlatih dan kompeten. Jumlah bidan di Pekanbaru berjumlah 120 orang(54,89%) dari jumlah bidan di Provinsi Riau yang berjumlah 414 orang (100%), berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 27 oktober 2008 di Puskesmas Sidomulyo jumlah bidan di wilayah kerja Puskesmas tersebut berjumlah sekitar 35 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Riau,2007)

Perawatan masa nifas sangat perlu dilakukan karena dalam masa nifas sering terjadi kematian ibu yang disebabkan oleh gangguan emosi, infeksi dan perdarahan. Dalam hal ini diperlukan penanganan infeksi pada masa nifas yang paling efektif dan paling murah adalah upaya pencegahan. Tindakan pencegahan yang dilakukan adalah tindakan yang mengajarkan ibu nifas untuk mengendalikan jika terjadi infeksi, pengendalian infeksi yang dilakukan merupakan pencapaian untuk penyembuhan dan rasa nyaman. ( Helen Varney, 2008, hlm; 1004)

Menururt Wheeler dalam Prawirohardjo (1999) morbiditas dalam minggu – minggu pertama setelah persalinan biasanya disebabkan oleh endometrosis, mastitis, dan infeksi, akan tetapi dalam hal ini infeksi nifas masih tetap bertanggung jawab terhadap persentase signifikan morbiditas puerperium. Infeksi pada masa nifas dapat terjadi pada pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan syarat sterilisasi, partus lama, dan ketuban pecah dini sehingga bidan perlu mengenal secara menyeluruh perubahan normal dan abnormal dalam masa nifas untuk mengkonsultasikan atau berkolaborasi dengan dokter jika diperlukan.


(12)

Sambutan Menteri kesehatan dr. Achmad Sujumi dalam Tietjen, et al. (2004) mengatakan bahwa infeksi merupakan salah satu penyebab utama kematian di tempat pelayanan kesehatan. Banyaknya kematian itu dapat dicegah melalui cara pencegahan yang sederhana dimana di dunia international saat ini sudah berpedoman pada Universal Precaution Standard sebagai upaya mengatasi berbagai penyakit infeksi. Namun demikian hal ini masih merupakan masalah utama karena dalam mengatasi situasi tersebut dibutuhkan tenaga pelayanan kesehatan yang dapat menunjukan kinerja yang sesuai dengan standar pelayanan dimanapun mereka bertugas, sehingga dapat menjaga mutu pelayanan kesehatan.

Untuk mengetahui hubungan karakteristik bidan dengan tingkat pengetahuan bidan yang bekerja di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Swasta tentang pencegahan infeksi pada masa nifas, berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian, oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan karakteristik dan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas di RB dan BPS wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo kota Pekanbaru.


(13)

C. Tujuan

1) Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan karakteristik bidan dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas di Puskesmas Sidomulyo kota Pekanbaru tahun 2008 . 2) Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik bidan.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas.

c. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik bidan dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas.

D. Manfaat Penelitian 1) Bagi bidan

Sebagai informasi atau masukan dalam meningkatkan pelayanan khususnya tentang pencegahan infeksi pada masa nifas

2) Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswi yang akan melakukan penelitian berikutnya.

3) Bagi bidang penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi panduan atau bahan perbandingan untuk melakukan penelitian yang akan datang.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan (Knowledge) 1. Pengertian

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hasil (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002. hlm 687).

Menurut prasetyo (2007) pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada di kepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Selain dari pengalaman, kita juga bisa dapat tahu karena diberitahu oleh orang lain.

Istiarti(2000) pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya.

Dari berbagai pengertian tentang pengetahuan diatas maka secara umum dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, ide, kenyataan, pengalaman, yang diperoleh seseorang, karena telah melakukan penginderaan dengan melihat, memikirkan, dan mengamati kemudian menghubungkan masalah pada objek tersebut(Salam. 2003. hlm.42).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu : tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi (evaluation) (Soekidjo, Notoatmodjo, 2005,hlm.121-124)


(15)

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi: 1). Cara coba salah (trial and error)

2). Berdasarkan Pengalaman Pribadi 3). Melalui jalan pikiran

b. Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. (Notoadmodjo, 2002, hlm. 11)

Pengukuran pengetahuan yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Pertanyaan-pertanyaan yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan.(Notoatmodjo.2003.hlm.56-57)

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian karena berhubungan dengan angka kesakitan ataupun kematian dan orang dapat membacanya dengan mudah serta melihat pola sehingga kesakitan ataupun


(16)

kematian dapat diperhatikan menurut umur. ( Asamar dan Eko, 2005.hlm: 25) Hartanto (2003) mengatakan bahwa semakin muda usia seseorang semakin sedikit pengalaman yang dimiliki seseorang, namun sebaliknya semakin tinggi tingkatan umur seseorang pengalaman yang didapat semakin lebih banyak oleh karena itu sangat penting bila umur dapat dikaitkan dengan pengetahuan seseorang.

Sarwono (2008) mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang maka, dapat berpngaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh

Dalam teori Hurlock yang dikutip oleh Nursalam (2003) semakin cukup tingkat kematangan dan kekuatan seseorang, maka akan lebih matang orang tersebut dalam berfikir dan berkerja. Hal ini sebagai akibat dari kematangan jiwanya.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah dasar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan pengajaran dan latihan bagi perananya dimasa yang akan datang ( Undang-Undang RI, 2003)

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan, artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain. Dalam hal ini tingkat pendidikan mempunyai hubungan erat dengan faktor-faktor sosial,ekonomi, dan perilaku


(17)

demografi seperti pendapatan, gaya hidup, pola reproduksi, status kesehatan anak, dan kondisi perumahan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang karena dapat membuat seseorang untuk lebih menerima ide-ide atau teknologi baru. ( Notoatmodjo, 2003, hlm: 10 dan 16.)

Pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan berhubungan dengan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kebidanan. Pendidikan bidan mencakup pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan seorang bidan sudah dimulai sejak tahun 1851 pada masa ini pendidikan dilaksanakan berdasarkan tuntutan pemenuhan kebutuhan pelayanan, namun pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta didik dan adanya larangan ataupun pembatasan bagi wanita untuk keluar rumah. Tahun 1974 Departemen Kesehatan melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan nonsarjana. Sekolah Pendidikan Lanjutan Jenjang Kebidanan (SPLJK) ditutup dan dibukanya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan meningkatkan tenaga multi tujuan dilapangan yang salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Akan tetapi dengan adanya perbedaan falsafah dan kurikulum terutama berkaitan dengan kemampuan seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak tercapai atau tidak berhasil. Tahun 1975 sampai 1984 pendidikan bidan ditutup. Namun Ikatan Bidan Indonesia (IBI) tetap ada. Tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan untuk lulusan SPR dan SPK, lama pendidikan ini selama satu tahun dan lulusannya. Pada tahun 1996 Diploma III kebidanan di buka perkembangan jumlah instistusi penyelenggaraannya sangat cepat. Hal ini membuktikan tingginya kesadaran akan pentingnya pendidikan tinggi bagi bidan dalam melaksanakan tugas pelayanannya menjadi lebih


(18)

profesional. Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok dan individu dengan harapan bahwa dengan adanya peran tersebut masyarakat, kelompok dan individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap ilmu pengetahuannya. Dengan kata lain dengan adanya pendidikan tersebut membawa akibat terhadap perubahan tingkatan ilmu pengetahuan dari seorang bidan ke arah yang lebih baik. ( Soepardan, 2008, hlm: 14)

Pendidikan dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia melalui pendidikan. Manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuan manusia akan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Implikasinya semakin tinggi tingkat pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas, dimana semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan semakin mudah untuk menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan diri dengan hal-hal baru tersebut, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa pendidikan rendah punya pengetahuan dan sikap yang lebih baik. (Machfoedz, 2003, hlm 23)

3. Lama bekerja

Pengalamam adalah guru yang paling baik mengajarkan kita tentang apa yang telah kita lakukan, baik itu pengalaman baik maupun buruk, sehingga kita dapat memetik hasil dari pengalaman tersebut. Semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin banyak kasus yang ditangani akan membuat seorang bidan akan mahir dan terampilan dalam penyelesaikan pekerjaan. Lama bekerja dapat diartikan dengan pengalaman seseorang selama memberikan pelayanan


(19)

kebidanan baik di instansi pemerintah atau swasta. (Mangkuprawira, 2004,Hal: 36-40)

WHO (World Health Organisation) 1984, menyatakan bahwa lama bekerja seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain.

Lama bekerja berkaitan dengan umur dan pendidikan individu dengan pendidikan yang lebih tinggi maka pengalamannya akan semakin luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak. Informasi yang diberkan untuk menigkatkan pengetahuan seseorang yang kemudian akan menjadi dasar bagi orang tersebut melakukan sesuatu hal dalam hidupnya untuk berbagai tujuan. ( Notoatmodjo, 2003,hlm. )

Menurut Notoatmojo (2002) Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experient is the best teacher). Pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu.

Menurut Cherin (2009) pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi tiap individu, maka pengalaman mempunyai kaitan dengan pengetahuan. seseorang yang mempunyai pengalaman banyak akan menambah pengetahuan.

Kepercayaan masyarakat lebih cenderung kepada bidan yang telah lama bekerja, masyarakat menganggap bahwa orang yang sudah lama bekerja memiliki


(20)

pengalaman yang lebih di bandingkan orang yang baru bekerja. Semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin banyak kasus yang ditangani sehingga membuat masyarakat berpikiran bahwa seorang tersebut mahir dan terampil dalam menyelesaikan pekerjaannya. (Mangkuprawira, 2004, Hal:36-40 )

C. Bidan 1. Defenisi

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program penidikan bidan yang telah diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan. ( Helen Varney, 2002, hlm 3)

Menurut permenkes 900/2002, bidan adalah seorang wanita yang telah mngikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dengan demikian bidan dalam prakteknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang telah diatur didalam keputusan Menteri Kesehatan 900/2002 tentang rgistrasi dan praktek bidan.

2. Standar Pelayanan Kebidanan

Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan. Suatu standar akan efektif bila dapat diobservasi dan diukur, realistis, mudah dilakukan dan dibutuhkan. (Mustika, 2003, hlm.132 )

Standar pelayanan kabidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlihatkan bidan dalam melayani praktek sehari-hari. Standar


(21)

ini juga digunakan bidan dalam penentuan kebutuhan opersional untuk penerapannya, misalnya kebutuhan akan pengorganisasian, mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan. Ketika audit terhadap pelayanan kebidanan dilakukan, maka berbagai kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut akan ditemukan sehingga perbaikannya dapat dilakukan secara lebih spesifik. Standar pelayanan kebidanan terlampir dalam lampiran. (Mustika, 2003, hlm. 133)

3. Jenis obat dalam praktik kebidanan

Dalam praktek kebidanan terdapat standarisasi pengobatan yang distandarkan oleh pemerintahan dan digunakan oleh seorang bidan. Standarisasi ini terlampir pada lembaran lampiran karya tulis ilmiah ini.

D. Pencegahan Infeksi

1. Konsep pencegahan infeksi

Kolonisasi berarti bahwa organisme yang patogen (penyebab penyakit atau kesakitan) ada pada seseorang (misalnya dapat ditemukan dengan biakan atau uji-uji lainnya) tetapi belum menimbulkan gejala atau temuan klinik (umpamanya perubahan atau kerusakan seluler).

Mikroorganisme adalah agen penyebab infeksi. Termasuk didalamnya bakteria, virus, fungi dan parasit. Untuk pencegahan infeksi, bakteri selanjutnya dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu: vegetatif (misalnya stafilokokus), mikrobakteria (misalnya tuberculosis) dan endospora (misalnya tetanus). Dari semua agen infeksi yang umum, endospora merupakan yang paling sulit untuk dibunuh karena memiliki lapisan pelindung.


(22)

Pencegahan infeksi pada umumnya bergantung pada penempatan pembatas antara orang yang rentan (orang yang kurang mendapat perlindungan alamiah atau diperoleh) dan mikroorganisme. (Tirtjen, Bssemeyer,Mcintosh, 2004.hlm.3-1)

Pembatasan pelindung adalah proses-proses fisikal, mekanikal, atau kimiawi yang dapat membantu mencegah penyebaran mikroorganisme infeksi dari:

a. Orang ke orang yaitu pasien, klien petugas kesehatan atau petugas kesehatan. b. Peralatan, instrumen dan permukaan lingkungan sekitar manusia.

Selain itu, untuk mencegah penularan pada tenaga kesehatan dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip universal prekausion dan pemberian profilaksis pasca paparan. Universal precaution dan suatu perangkat prosedur dan pedoman yang digunakan untuk menurunkan terjadinya infeksi pada tenaga kesehatan dan mencegah penularan pada pasien dari penyakit menular seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan infeksi jalan lahir terutama melalui kontak cairan dan darah. Universal precaution meliputi mencuci tangan aseptik, penggunaan APP (Alat Perlindungan Pribadi), pengelolaan alat kesehatan bekas pakai (dekontaminasi, sterilisasi, desinfeksi), pengelolaan benda tajam (sharp precaution), sistem pengelolaan limbah dan sanitasi. (Schaffer et al, 2000, hlm. 45)

2. Dasar Pencegahan Infeksi

Sebagian besar infeksi dapat dicegah dengan strategi-strategi yang sudah ada dan relatif murah, yaitu:

a. Menaati praktik-praktik pencegahan infeksi yang direkomendasikan, khususnya cuci tangan dan pemakaian sarung tangan. Memperhatikan


(23)

proses-proses dekontaminasi dan pembersihan alat-alat kotor dan lain-lain yang telah dibuat dengan baik, yang diikuti dengan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi.

b. Meningkatkan keamanan diruang operasi dan area-area lain yang berisiko tinggi dimana perlukaan yang paling serius dan paparan terhadap infeksi sering terjadi. (Tirtjen, Bssemeyer,Mcintosh, 2004.hlm.3-1)

E Sterilisasi

1. Dekontaminasi

Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah, sarung tangan, dan benda lainnya yang telah tercemar. Hal penting sebelum membersihkan adalah mendekontaminasikan alat tersebut dengan merendamnya di larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Langkah ini dapat me-non-aktifkan HBV, HCV, dan HIV serta dapat mengamankan petugas yang membersihkan alat tersebut.

Larutan klorin merupakan produk yang paling cepat dan efektif pada proses dekontaminasi. Apabila tidak tersedia desinfektan untuk proses dekontaminasi, diperlukan kewaspadaan tinggi saat menangani dan membersihkan benda tajam tercemar (misalnya jarum jahit, gunting, dan pisau bedah).

Cara membuat larutan klorin 0.1% dan 0,5% dengan menggunakan produk cairan pemutih yang biasa diperdagangkan (misalnya Bayclin®):

a. Periksa kepekatan (% konsentrat) dari produk klorin yang digunakan.

b. Tentukan jumlah bagian air yang dibutuhkan yaitu untuk cairan pemutih rumah tangga 1 cangkir bagian pemutih dicampur dengan 9 bagian air, atau dengan


(24)

menggunakan rumus:

% Konsentrat

Jumlah Bagian (JB) air = --- - 1 % Keenceran.

c. Campur 1 bagian konsentrat pemutih dengan jumlah bagian air yang dibutuhkan.

Contoh 1: Buat larutan encer (0,5%) dari 5% larutan konsentrat.

5,0%

Langkah 1: Hitung JB air : = --- - 1 = 10 – 1 = 9

0,5%

Langkah 2: Ambil 1 bagian konsentrat dan tambahkan 9 bagian air. Contoh 2: Buat larutan encer (0,1%) dari 5% larutan konsentrat 5,0%

Langkah 1 : Hitung JB air : 1 = 50 - 1 = 49 0.1%

Langkah 2 : Ambil 1 bagian konsentrat dan tambahkan 0-49 bagian air.

WHO menganjurkan larutan klorin 0,5% digunakan untuk mendekontaminasi instrumen dan permukaan sebelum dibersihkan. Gunakan tempat plastik untuk dekontaminasi agar mencegah terjadinya ketumpulan pada benda tajam (mis: gunting/pisau) apabila menggunakan tempat berbahan logam. Jarum habis pakai dan semprit harus didekontaminasi dalam wadah yang tahan tusukan, dibakar, maupun dikubur.

Setelah dekontaminasi, instrumen harus segera dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan bahan organik sebelum dibersihkan secara menyeluruh.


(25)

2. Pembersihan

Pembersihan merupakan sebuah cara yang efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pada peralatan dan instrumen yang telah tercemar, terutama endospora yang menyebabkan tetanus.

Pencucian yang benar menggunakan sabun dan air juga dapat menghilangkan bahan organik seperti darah dan duh tubuh. Hal ini penting mengingat bahan organik kering dapat menjebak mikroorganisme, termasuk endospora, sisanya bisa melindunginya melawan sterilisasi atau desinfektan.

Penggunaan sabun sangat penting untuk pembersihan yang efektif karena air sendiri tidak dapat menghilangkan protein, minyak, dan lemak. Sebaiknya gunakan sabun cair, karena sabun cair mudah bercampur dengan air dan juga dapat memecahkan (menghilangkan) lemak, minyak, dan benda asing lainnya dari pada sabun bubuk.

Untuk membersihkan instrumen dan peralatan, sebaiknya menggunakan sarung tangan rumah tangga yang tebal, agar tangan terlindung saat membersihkan peralatan yang tajam. Instrumen harus dibersihkan dengan sikat yang lembut (mis: sikat gigi bekas) dalam air sabun. Perhatian khusus harus dilakukan pada alat/instrumen yang bergigi, sendi atau sekrup tempat kotoran berkumpul. Setelah dibersihkan, alat tersebut harus dicuci secara menyeluruh dengan air bersih untuk menghilangkan sisa sabun. Sesudah dicuci, alat-alat harus dikeringkan, terutama bila akan disterilkan atau disinfeksi tingkat tinggi dengan menggunakan desinfektan kimiawi. Instrumen yang disterilisasi harus dibungkus atau dikemas setelah dibersihkan. Untuk sarung tangan harus dibersihkan dalam air sabun. Kedua bagian luar dan dalam dibersihkan dan dicuci dengan air bersih sampai


(26)

tidak ada sabun yang tersisa. Setelah itu, kedua bagian sarung tangan dikeringkan untuk dilakukan proses DTT atau Sterilisasi.

3. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)

Proses DTT membunuh semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakterial. DTT dapat diperoleh dengan merebus dalam air mendidih, mengukus (dengan uap panas), atau merendam alat dalam desinfektan kimiawi.

a. Desinfeksi Tingkat Tinggi dengan Perebusan atau Pengukusan

Suhu tertinggi yang dapat dicapai oleh air mendidih atau uap tekanan rendah adalah 100 °C pada permukaan laut. Sebaiknya merebus atau mengukus alat untuk DTT sekurang-kurangnya 20 menit. Perebusan dalam air merupakan cara yang efektif dan praktis untuk DTT alat-alat dan semua alat yang lainnya. Walaupun perebusan dalam air selama 20 menit akan membunuh semua bakteri vegetatif, virus, ragi dan jamur, perebusan tidak membunuh semua endospora.

Perebusan alat selama 20 menit, dilakukan dalam tempat merebus yang tertutup. Waktu perebusan mulai dicatat sewaktu air mulai mendidih. Semua alat-alat logam harus terendam sempurna. Selama perebusan berlangsung, jangan menambahkan sesuatu kedalam wadah. Setelah merebus 20 menit, pindahkan alat-alat dengan cunam yang telah di DTT terlebih dahulu, kemudian simpan dalam kontainer yang telah di DTT dan tutup rapat.

b. Desinfesi Tingkat Tinggi dengan Bahan Kimiawi

Walaupun banyak desinfektan tersedia dimana-mana, 4 desinfektan yaitu klorin, glutaraldehid, formaldehid, dan peroksfd secara rutin digunakan sebagai


(27)

desinfektan tingkat tinggi. Bahan-bahan kimiawi ini dapat mencapai DTT jika alat-alat yang akan didisinfeksi dibersihkan dulu sebelum direndam. DTT dengan kimiawi tidak dianjurkan pada jarum dan semprit, karena sisa-sisa bahan kimia dapat tertinggal dalam jarum tersebut. Larutan klorin bereaksi cepat, sangat efektif terhadap HBV, HCV, dan HIV/AIDS, serta murah dan mudah didapat. Larutan klorin > 0,5% dapat merusaklogam. Untuk DTT, larutan 0,1% dibuat dengan air matang,dan lakukan penyaringan bila air keruh. Masalah korosi dapat dikurangi jika beda-benda tersebut dibilas dengan air matang dan dikeringkan segera. Korosi terjadi bila lamanya perendaman dilakukan > 20 menit dan terjadi kontak pada konsentrasi > 0.5%. Disinfektan kimiawi harus disimpan ditempat yang gelap dan dingi, jangan disimpan di bawah. cahaya matahari atau panas yang berlebihan karena semua desinfetan kimiawi sensitif terhadap panas. (Tirtjen, Bssemeyer,Mcintosh, 2004.hlm.3-1).

4. Daftar peralatan praktik bidan

Dalam praktek kebidanan terdapat standarisasi peralatan dan standarisasi pelayanan kebidanan. Standarisasi tersebut digunakan oleh seorang bidan, mulai dari peralatan tidak steril, peralatan steril, peralatan habis pakai, dan formulir yang disediakan. Standarisasi ini terlampir pada lembaran lampiran karya tulis ilmiah ini.


(28)

F Perawatan payudara 1. Pengertian

Perawatan Payudara adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang wanita agar payudara terlihat bersih tidak kotor dan tidak menimbulkan infeksi khususnya pada ibu hamil dan ibu nifas (Derek Llewelly, 2005. hlm. 199)

Di masa lampau perawatan puerperium sangat konservatif, di mana belum harus tidur terlentang selama 40 hari. Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan di anjurkan untuk melakukan mobilisasi dini (Manuaba, 1998, hlm. 193)

Perawatan payudara di inspeksi dan di palpasi dua kali sehari dan tanyakan kepada ibu apakah payudara terasa pegal, sakit atau tidak terasa apa-apa. Dengan penerangan yang baik bagi seorang bidan, bidan mencari setiap daerah yang berwarna merah dan menginspeksi putting untuk menemukan gejala edema, fisura, atau perdarahan. Kemudian bidan memeriksa bagian sebelah dalam dengan mempalpasi secara hati-hati dan mencatat setiap daerah yang terasa nyeri disentuh (Hellen Farrer, 2001.hlm. 232)

2. Perawatan dan Pencegahan

Perawatan payudara telah di mulai sejak wanita hamil sampai menyusui agar putting susu lemas,tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Sebagian besar wanita tidak mengenal secara mendalam bagian-bgian payudara sehingga tidak heran jika setelah persalinan mereka tidak tahu bagaimana menjaga kesehatan payudara. Perawatan payudara dilakukan secara teratur. Cara perawatan payudara yang benar adalah :

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering b. Menggunakan bra yang menyokong payudara


(29)

c. Apabila putting susu lecet oleskan kolestrum atau ASI yang keluarpada sekitar puting susu setiap kali sesudah menyusui. Menyusui dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet.

d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jm. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok

e. untuk menghilangkan nyeri dapat minum parcetamol 1 tablet setiap 4-6 jam f. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan :

1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit

2) Urut payudara dari arah pangkal menuju ke putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting

3) Kelurkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga sehingga putting susu menjadi lunak

4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI keluarkan dengan tangan

5) Letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui 6) Payudara dikeringkan

(Saifudin, 2001. hlm.128)

Tindakan yang paling penting dilakukan untuk pencegahan terjadinya pembengkakan adalah sesering mungkin dan memperketat untuk menyusui bayi serta posisi bayi yang tepat saat menyusui merupakan tindakan yang paling efektif untuk mengatasi terjadinya pembengkakan payudara. Mastitis merupakan suatu reaksi inflamasi terhadap hambatan atau tekanan yang tejadi pada payudara, dapat menginfeksi atau tidak terinfeksi . sejumlah wanita tidak


(30)

mengalami infeksi namun, karena tindakan yang tidak konsrvatif untuk mengurangi hambatan gagal maka infeksi akan terjadi (Henderson, 2006. hml. 509)

Pencegahan yang perlu di lakukan untuk perawatan payudara agar tidak terjadi infeksi yaitu:

1) Cuci tangan sebelum menyentuh puting dan jaga area tersebut tetap bersih dan kering

2) Air susu yang disebut kolostrum, yaitu cairan kental yang keluar dari putting setelah bayi lahir dan berfungsi sebagai antiseptik juga daya tahan tubuh bayi. Pada saat menyusui, tekan perlahan payudara ke arah putting agar keluar. Apabila terjadi mastitis penanganan yang perlu dilakukan adalah beri antibiotik yang fungsinya untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri (Uzzi Reiss, 2008.hml.129)

Fakta infeksi pada payudara dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah penyumbatan air susu, menggunakan Bra sempit, dan infeksi di bagian putting yang pecah-pecah atau berdarah. Gejala yang dirasakan :

a) Nyeri b) Kemerahan c) Bengkak

d) Suhu meningkat lebih dari 38 0C atau 1010 F

Rasa nyeri, kemerahan dan pembengkakan nampak terlihat pada bagian payudara dekat areola dan putting. Gejala ini sulit dibedakan dengan penyumbatan pad saluran air susu. (Uzzi Reiss, 2008. hml. 127).


(31)

3. Pengobatan

a. Pasang tampon dan drain

b. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari c. Sangga payudara

d. Beri paracetamol 500 mg selama 4 jam

e. Berikan parasetamoldorong dengan pemberian ASI seara rutin

Infeksi harus segera ditangani untuk mencegah bengkak bernanah atau abses (Saifudin, 2001. hlm. 263).

G Perawatan luka perineum 1. Pengertian

Perawatan luka perineum adalah suatu perawatan yang dilakukan seorang wanita pada daerah genitalia. (Derek Llewellyn, 2005. hml. 569)

Perawatan luka perineum setelah melahirkan bukanlah suatu daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan dan perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut sembuh dengan cepat dan mudah. Perineum mungkin terasa pegal pada masa post natal, khususnya pada hari ke-6 ketika pasokan darah ke daerah tersebut mulai pulih kembali (Hellen Farrer, 2001.hlm.236)

Membersihkan bagian luka perineum merupakan prosedur yang dilakukan oleh ibu pada pascanatal awal, terutama persalinan menggunakan alat. Melakukan higiene perineum merupakan tindakan yang analgesik yang menyenangkan oleh karena itu bidan memberikan asuhan dan harus mematuhi kebijakan tentang pengendalian infeksi. Prosedur ini dapat dilakukan oleh bidan


(32)

dan diajarkan kepada ibu untuk melakukannya sendiri dengan menggunakan air bersih. Menurut Sleep & Grant (1988) dalam buku praktek kebidanan mengemukakan bahwa air bersih memiliki efek penyembuhan dan menenangkan yang sama dengan larutan garam dan savlon (Jonhson, 2005. hlm.102)

Sobekan perineum dan laserasi jalan lahir biasanya pulih dalam waktu satu minggu setelah melahirkan, walaupun area tersebut masih tetap sensitif dalam waktu yang lebih lama. Kenyamanan dan kesembuhan dari luka perineum harus dapat dipastikan oleh seorang bidan kebersihan yang baik membantu penyembuhan.(Henderson, 2006. hlm.478)

2. Perawatan dan Pencegahan

Perawatan yang dilakukan agar ibu nifas tetap terjaga kebersihan dari daerah perineumnya adalah sebagai berikut :

a Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

b Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelmin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah kelamninya dari depan kebelakang atau kearah anus, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan kepada ibu untuk membersihkan daerah vulva setiap kali selesai buang air besar atau air kecil.

c Sarankan pada ibu untuk mengganti pemmbalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang kemudian di cuci lagi dan dikeringkan dibawah sinar matahari kemudian disetrika.

d Sarankan pada ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan daerah perineum


(33)

e Jika ibu mmpunyai luka pada daerah perineum maka anjurkan ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

(Saifudin, 2002, hml. N-5). 3. Pengobatan

Jika terjadi infeksi maka lakukanlah pengobatan yang preventif yaitu seperti: a Bila terdapat pus dan cairan pada luka, buka dan lakukan pengeluaran b Daerah yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan debridmen

c Bil infeksi sedikit tidak perlu untuk melakukan debridemen

d Bila infeksi relatif superfisial, berikan ampisilin 500 mg per oral setiap 6 jam dan mtronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 har

e Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkn nekrosis, beri penisilin G 2 juta U IV setia 4 jam (atau Ampisilin inj 1g 4 x/hari) ditambah dengan Gentamisin 5 mg/kg berat badan perhari IV di tambah dengan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam, sampai beba panas selama 24 jam. Bila ada jaringan nekrotik harus di buang. Lakukan jaitan skunder 2-4 minggu setelah infeksi membaik.

f Berikn nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang bersih,kering, dan sering diganti minimal 2 kali dalam satu hari. (Saifuddin, 2001. hlm. 264)


(34)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep untuk penelitian yang berjudul hubungan karakteristik bidan dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas di RB dan BPS wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo kota Pekanbaru tahun 2009 yang dijelaskan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, dan lama bekerja mempunyai hubungan dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas .

B. HIPOTESA

1. Hipotesa alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara umur dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas.

b. Ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas.

Tingkat pengetahuan bidan tentang kebutuhan pencegahan infeksi pada masa nifas

Karakteristik Responden a. Umur

b. Pendidikan c. Lama bekerja


(35)

c. Ada hubungan antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas.

C. DEFINISI OPERASIONAL

N o

Variabel Definisi

operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

1. 2. 3. 4. Umur Pendidikan Lama bekerja Pegetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas meliputi sterilisasi, perawatan payudara, dan perawatan perineum Lamanya hidup dalam tahun yang terhitung sejak lahir hingga saat

penelitian ini dilakukan

Jenjang pendidikan yang ditempuh di bangku kuliah yang formal yang dilewati bidan sampai penelitian ini dilakukan

Waktu antara awal mulai bekerja pertama kali sampai saat penelitian ini dilakukan Segala sesuatu yang diketahui oleh seorang bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas meliputi sterilisasi, perawatan payudara, dan perawatan luka perineum. Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara

1. 20 – 35 Tahun 2. > 35 Tahun

1. Pendidikan menengah (SPK) 2. Pendidikan

Tinggi (DI dan DIII)

1. 1 – 10 Tahun 2. > 10 Tahun

1 = Baik, apabila pertanyaan dijawab benar 56%-100% dengan interval 13-25 pertanyaan. 2 = Tidak baik, apabila pertanyaan dijawab benar ≤ 55% dengan interval 0-12 pertanyaan Interval Ordinal Interval Ordinal


(36)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara karakteristik bidan dengan tingkat pengetahuan bidan tentang tentang pencegahan infeksi pada masa nifas di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Swasta yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo kota Pekanbaru tahun 2009.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang berada di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Swasta yang berada di Wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo yang berjumlah 35 orang.

2. Sampel

Teknik dalam pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling. Di mana pengambilan sampel dengan cara semua jumlah populasi menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 35 orang.


(37)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo kota Pekanbaru, dengan pertimbangan peneliti lebih mengenal lokasi tersbut dan dari survei awal yang didapat puskesmas tersebut memiliki AKI yang tertinggi yaitu sebanyak 2 orang dibandingkan dengan Puskesmas yang ada di kota Pekanbaru.

2) Waktu Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung pada bulan Desember 2008 sampai dengan Januari 2009

D. Pertimbangan etik

Dengan melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan izin dari ketua Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dengan mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala puskesmas Sidomulyo serta Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Swasta yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru sehingga peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden bahwa partisipasi responden yang diteliti tersebut bersifat sukarela, responden berhak mengundur diri dari penelitian. Peneliti akan membagi lembar persetujuan (informed consent) yang dilanjutkan dengan pengisisan kuesioner.Untuk menjaga kerahasiaan identita partisipan, maka kuesioner yang akan diberikan tidak mencantukan nama responden pada lembaran kuesioner, tetapi dengan


(38)

menggunakan kode pada setiap lembaran tersebut dan informasi yang diperoleh hanya dipergunakan untuk penelitian.

E. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa formulir karakteristik responden dan kuesioner pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas yang berisikan pertanyaan tentang :

a. Karakteristik responden

Data karakteristik yang harus dilengkapi oleh responden meliputi umur yang di kategori berdasarkan umur reproduksi yaitu; umur reproduksi 20 – 35 tahun dan non reproduksi > 35 tahun, untuk pendidikan peneliti mengkategorikan pendidikan menengah untuk SPK dan pendidikn tinggi untuk DI dan DIII, dan untuk lama bekerja peneliti mengkategorikan lama bekerja 1 – 10 tahun dan > 10 tahun .

b. Kuesioner pengetahuan

Kuesioner tentang pengetahuan bidan dalam pencegahan infeksi pada masa nifas terdiri dari 25 soal kuesioner meliputi sterilisasi terdiri dari 9 pertanyaan, perawatan payudara terdiri dari 8 pertanyaan, dan perawatan luka perineum terdiri dari 8 pertanyaan.apabila jawaban responden benar diberi nilai 1 (satu), apabila jawaban responen salah diberi nilai 0 (nol), dan apabila tidak dijawab diberi nilai 0 (nol).dengan kategori ;


(39)

2. Baik, (pendidikan tinggi) apabila pertanyaan dijawab benar 56%-100% dengan interval 13-25 pertanyaan.

3. Tidak baik, (pendidikan rendah) apabila pertanyaan dijawab benar ≤ 55% dengan interval 0-12 pertanyaan

( Sutanto, 2001, hlm : 113) 2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum menggunakan instrument penelitian, maka perlu dilakukan uji coba terhadap instrument penelitian dengan cara content validity yaitu memberikan kuesioner kepada yang lebih ahli dalam pencegahan infeksi pada masa nifas yaitu spesialis kandungan. Uji validitas ini bertujuan untuk mendapatkan alat ukur yang benar-benar shahih dan terandal. Adapun uji validitas ini dilakukan oleh peneliti dengan memberikan kuesioner kepada dokter spesialis obstetri ginekologi. Dalam content validity peneliti mendapatkan content validity indeks yaitu dengan skor 8,8 = 0,88 yang menyatakan bahwa setiap pertanyaan peneliti merupakan valid. Uji validitas telah dilakukan dengan responden yang mempunyai karakteristik yang sama dengan responden peneliti. Uji validitas ini menggunakan program SPSS (terlampir). Setiap item dari pertanyaan dinyatakan valid jika rhitung > rtabel

Jumlah responden dalam uji coba ini sebanyak 15 orang dan telah dilakukan pada bidan-bidan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan cara menyebarkan kuesioner kepada bidan-bidan yang bekerja di RSUD Arifin Achmad dengan jumlah responden sebanyak 15 orang. Dari hasil analisa di dapatkan nilai korelasi untuk item 1-25 mempunyai nilai lebih besar dari rtabel , rtabel dapat dicari


(40)

pada signifikan 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n-2)= 13 maka didapat rtabel sebesar 0,413. Sedangkan uji reabiliti instrumen dilakukan untuk

mengetahui konsistensi alat ukur, sehingga alat ukur yang digunakan dapat diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan komputerisasi yaitu program SPSS, hasil analisa yang didapatkan bahwa rHitung(α) = terlampir >

rtabel, dengan nilai rtabel = 0,413, dalam hal ini kuesioner yang dipakai sebagai alat

intrumen menyatakan valid dan hasil dari validitas terlampir dalam lampiran penelitian ini.

F Pengumpulan data

Ada beberapa prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu:

1. Mendapatkan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari program D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

2. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru.

3. Menyatakan persetujuan responden menjadi responden secara sukarela

4. Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

5. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya dipersilakan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan.

6. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner.


(41)

7. Setelah kuesioner diisi, dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi.

G Analisa Data 1. Univariat

Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi tiap variabel yang diteliti.

2. Bivariat

Analisa data ini dilakukan untuk melihat hubungan dua varibel antara variabel independen dan dependen dengan uji chi square menggunakan hitungan statistik yang sesuai .

Analisa data dilakukan dengan uji statistik menggunakan chi square, untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen

dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak


(42)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Dari pengumpulan data yang telah dilaksanakan di RB dan BPS wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo tahun 2009 sebanyak 35 orang dan hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk analisa statistik, yaitu sebagai berikut :

1. karakteristik responden

Tabel 5.1

Distribusi Karakteristik Responden di RB dan BPS Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo

Kota Pekanbaru Tahun 2009

No Karakteristik Responden Jumlah

n %

1 Umur

1.20 – 35 tahun 2. >

18 17 35 tahun

51,4 48,6 2 Pendidikan

1.Pendidikan Menengah (SPK) 2.Pendidikan Tinggi (DI dan DIII)

12 23

34,3 65,7 3 Lama Bekerja

1.1 - 10 Tahun 2. >

16 19 10 Tahun

45,7 54,3

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 35 responden, sebagian besar responden berumur 20- 35 tahun sebanyak 18 orang (51,4%) dan yang paling sedikit berumur > 35 tahun yaitu sebanyak 17 orang (48,6%).

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden sebagian besar responden berpendidikan tinggi(DI dan DIII) yaitu sebanyak 23 orang (65,7%)dan yang paling sedikit adalah berpendidikan menengah(SPK) yaitu 12 orang (34,3%).


(43)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden sebagian besar responden memiliki waktu lama bekerja tertinggi pada waktu > 10 tahun yaitu sebanyak 19 orang (54,3%) dan yang paling sedikit lama bekerja antar 1-10 tahun yaitu sebanyak 16 orang (45,7%).

2. Distribusi hasil setiap pertanyaan kuesioner Tabel 5.2

Distribusi Hasil Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di RB dan BPS Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo

Kota Pekanbaru Tahun 2009

Jumlah

Jumlah

No Pertanyaan Benar Salah

N % n % n %

1 19

Sterilisasi

Langkah awal pengelolaan alat bekas pakai 54,3 19 54,3 35 100

2 Waktu perendaman alat 25 71,4 25 71,4 35 100

3 Langkah setelah prendaman alat 9 25,7 26 24,3 35 100

4 Pembersihan alat 6 17,1 29 82,9 35 100

5 Waktu perendaman larutanklorin 0,1% 16 45,7 19 54,3 35 100

6 Perbandingan bayklin untuk klorin 0,1% 10 28,6 25 71,4 35 100

7 Proses menghilangkan mikroorganisme 17 48,6 18 51,4 35 100

8 Waktu sterilisasi alat dalam autoklaf 21 60,0 14 40,0 35 100

9 Bahan / kain membungkus instrument 19 54,3 16 45,7 35 100

10 18

Perawatan payudara

Saran bidan jika putting susu lecet 51,4 17 48,6 35 100

11 Langkah jika terjadi bendungan ASI 19 54,3 16 45,7 35 100

12 Langkah sebelum perawatan payudara 27 77,1 8 22,9 35 100

13 Bukan penyebab infeksi payudara 20 57,1 15 42,9 35 100

14 Tanda dan gejala infeksi payudara 19 54,3 16 45,7 35 100

15 Obat infeksi payudara 25 71,4 10 28,6 35 100

16 Tindakan pencegahan infeksi payudara 25 71,4 10 28,6 35 100

17 Peradangan oleh kuman pada payudara 27 77,1 8 22,9 35 100

18 16

Perawatan luka perineum

Langkah awal perawatan luka perineum 60,0 14 40,0 35 100

19 Nasehat perawatan luka perineum 17 48,6 18 51,4 35 100

20 Hari perineum terasa pegal 18 51,4 17 48,6 35 100

21 Air untuk membersikan perineum 26 74,3 9 25,7 35 100

22 Larutan yang sama seperti air bersih 23 65,7 12 34,3 35 100

23 Cara membilas perineum 20 57,1 15 42,9 35 100

24 Langkah jika terjadi pus pada luka perineum 26 74,3 9 25,7 35 100


(44)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hasil tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan infeksi pada masa nifas yang terdiri dari 25 pertanyaan yaitu nomor 1 sampai 25 menunjukkan bahwa jawaban yang paling banyak benar yaitu pertanyaan nomor 12 tentang langkah sebelum perawatan payudara sebanyak 27 orang (77,1%) dan pertanyaan nomor 17 tentang peradangan oleh kuman yang ada pada payudara yaitu sebanyak 27 orang (77,1%). Sedangkan sebagian besar responden menjawab salah terdapat pada pertanyaan nomor 4 tentang pembersihan alat responden menjawab salah sebanyak 29 orang (82,9%).

3. Distribusi tingkat pengetahuan responden Tabel 5.3

Distribusi Kategori Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di RB dan BPS Wilayah Puskesmas Sidomulyo

Kota Pekanbaru Tahun 2009

No Tingkat Pengetahuan N %

1 Baik (Pengetahuan tinggi) 13 37,1

2 Tidak baik (Pengetahuan rendah) 22 62,9

Total 35 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas yaitu mempunyai pengetahuan rendah sebanyak 22 orang (62,9%), sedangkan paling sedikit mempunyai tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 13 orang (37,1%).


(45)

4. Hubungan krateristik dengan tingkat pengetahuan responden

Untuk melihat hubungan antara variabel independen (variabel bebas) yaitu karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, dan lama bekerja dengan variabel dependen (variabel terikat) yaitu tingkat pengetahuan responden, dengan analisa sebagai berikut :

Tabel 5.4.1

Hubungan Umur Responden dengan Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di RB dan BPS Wilayah

Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2009

No Umur

Responden

Tingkat Pengetahuan Responden tentang Pencegahan Infeksi pada Masa Nifas

Total Nilai P OR

Baik

Pengetahuan tinggi

Tidak Baik

Pengetahuan rendah

n % N % n %

0,003 0,07

1 20 – 35 tahun 2 11,1 16 88,9 18 100

2 > 35 tahun 11 64,7 6 35,3 17 100

Jumlah 13 37,1 22 62,9 35 100

*Analisa data dengan uji Chi-Square

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa analisa hubungan antara umur responden dengan tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan infeksi pada masa nifas diperoleh dari 18 orang yang berumur antara 20-35 tahun diperoleh bahwa responden mempunyai tingkat pengetahuan baik (pengetahuan tinggi) yaitu sebanyak 2 orang (11,1%) dan responden yang mempunyai pengetahuan tidak baik (pengetahuan rendah) yaitu sebanyak 16 orang (88,9%). Dari 17 responden yang berumur > 35 tahun diperoleh bahwa responden mempunyai tingkat pengetahuan baik ( pengetahuan tinggi)


(46)

yaitu sebanyak 11 orang (64,7%) dan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tidak baik (pengetahuan rendah) yaitu sebanyak 6 orang (35,3%)

Hasil analisis statistik hubungan antara umur responden dengan tingkat pengetahuan responden diperoleh nilai p = 0,003. Hal ini berarti terdapat hubungan antara umur responden dengan tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan infeksi pada masa nifas di RB dan BPS wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo kota Pekanbaru Tahun 2009.

Pada hasil uji statistik diperoleh nilai OR yaitu 0,07 berarti bidan yang berumur > 35 tahun tahun mempunyai peluang 0,07 kali lebih besar untuk memperoleh tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan bidan yang berumur antara 20-35 tahun.

Tabel 5.4.2

Hubungan Pendidikan Responden dengan Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di RB dan BPS Wilayah

Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2009

No Pendidikan

Responden

Tingkat Pengetahuan Responden tentang Pencegahan Infeksi pada Masa Nifas

Total Nilai P OR

Baik

Pengetahuan tinggi

Tidak Baik

Pengetahuan rendah

N % n % n %

0,013 0,08

1 Pendidikan Menengah (SPK)

1 8,30 11 91,7 12 100

2 Pendidikan Tinggi (DI dan DIII)

12 52,2 11 47,8 23 100

Jumlah 13 37,1 22 62,9 35 100


(47)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpendidikan menengah (SPK) mempunyai pengetahuan baik (pengetahuan tinggi) sebanyak 1 orang (8,3%) berpengetahuan tidak baik ( pengetahuan rendah) sebanyak 11 orang (91,7%) . Pada responden yang berpendidikan tinggi (DI dan DIII) memiliki tingkat pengetahuan yang baik (pengetahuan tinggi) sebanyak 12 orang (52,2%) dan berpengetahuan tidak baik (pengetahuan rendah) sebanyak 11 orang (62,9%).

Hasil analisis statistik hubungan antara pendidikan responden dengan tingkat pengetahuan responden diperoleh nilai p = 0,013. Hal ini berarti terdapat hubungan antara umur responden dengan tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan infeksi pada masa nifas di RB dan BPS wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo kota Pekanbaru Tahun 2009.

Pada hasil statistik diperoleh nilai OR yaitu 0,08 berarti bidan yang berpengetahuan tinggi (DI dan DIII) mempunyai peluang 0,08 kali lebih besar untuk memperoleh tingkat pengetahuan yang lebih baik (pengetahuan tinggi) dibandingkan dengan bidan yang berpendidikan rendah (SPK).

Tabel 5.4.3

Hubungan Lama Bekerja Responden dengan Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di RB dan BPS Wilayah

Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2009

No Lama Bekerja Responden

Tingkat Pengetahuan Responden tentang Pencegahan Infeksi pada Masa

Nifas Total Nilai P OR

Baik

Pengetahuan tinggi

Tidak Baik Pengetahuan rendah

n % n % n %

0,016 0,10

1 1 – 10 Tahun 2 12,5 14 87,5 16 100

2 > 10 Tahun 11 57,9 8 42,1 19 100

Jumlah 13 37,1 22 62,9 35 100


(48)

Berdasarkan tabel diatas hubungan antara lama bekerja responden dengan tingkat pengetahuan responden diperoleh responden yang lama bekerja 1-10 tahun mempunyai tingkat pengetahuan baik ( pengetahuan tinggi) sebanyak 2 orang (12,5%), berpengetahuan tidak baik (pengetahuan rendah) sebanyak 14 orang (87,5%). Sedangkan responden yang mempunyai lama bekerja > 10 tahun memiliki pengetahuan baik (pengetahuan tinggi) sebanyak 11 orang (57,9%) berpengetahuan tidak baik (pengetahuan rendah) sebanyak 8 orang (42,1%).

Hasil analisis statistik hubungan antara lama bekerja responden dengan tingkat pengetahuan responden diperoleh nilai p = 0,016. Hal ini berarti terdapat hubungan antara lama bekerja responden dengan tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan infeksi pada masa nifas di RB dan BPS wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo kota Pekanbaru Tahun 2009.

Pada hasil diperoleh nilai OR yaitu 0,10 berarti bidan yang lama bekerja > 10 tahun mempunyai peluang 0,10 kali lebih besar untuk memperoleh tingkat pengetahuan yang lebih baik (pengetahuan tinggi) dibandingkan dengan bidan yang mempunyai lama bekerja 1 – 10 tahun.

B. PEMBAHASAN

1. Interpretasi Dan Diskusi Hasil a. Karakteristik responden

Dalam penelitian ini karakteristik bidan dari 35 responden sebagian besar responden berumur antara > 35 tahun yaitu sebanyak 17 orang (48,6%). Berdasarkan pendidikan sebagian besar responden berpendidikan tinggi (DI dan DIII) yaitu


(49)

sebanyak 23 orang (65,7%). Berdasarkan lama bekerja responden sebagian besar responden mempunyai lama bekerja > 10 tahun yaitu 19 orang (54,3%).

b. Tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan infeksi pada masa nifas

Sebagian besar bidan tidak mengetahui tentang bagaimana pencegahan infeksi yang dilakukan, hal ini dijumpai dari hasil penelitian bahwa bidan yang mempunyai pengetahuan baik ( pengetahuan tinggi) sebanyak 13 orang (37,1%) dan bidan yang mempunyai pengetahuan tidak baik (pengetahua rendah ) yaitu sebanyak 22 orang ( 62,9%).

Menurut Prasetya,2007, pengetahuan merupakan segala sesuatu yang ada di kepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain dari pengalaman kita juga harus tahu karena diberitahu oleh orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa banyak responden yang memberikan jawaban yang banyak salah, yaitu pada pertanyaan tentang pengertian dari pembersihan alat.

Ketidaktahuan ini dapat disebabkan karena masih dijumpai bidan yang berpendidikan menegah (SPK) yaitu sebanyak 12 orang (34,1%), karena pendidikan yang rendah mempengaruhi pemahaman seseorang dalam memperoleh pengetahun. c. Hubungan karakteristik responden dengan tingkat pengetahuan responden tentang

pencegahan infeksi pada masa nifas di RB dan BPS wilayah kerja Puskesmas kota Pekanbaru Tahun 2009

1). Umur responden

Adanya hubungan antara umur responden dengan tingkat pengetahuan responden tentang tentang pencegahan infeksi pada masa nifas karena diperoleh nilai p = 0,003. Hal ini ada hubungannya dengan teori yang telah dikemukakan pada


(50)

tinjauan teoritis. Menurut Nursalam (2000) bahwa semakin cukup tingkat kematangan seseorang, sehingga orang tersebut akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Sarwono (2008) juga mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang maka dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh. Hasil penelitian ini diketahui bahwa responden yang berumur > 35 tahun mempunyai pengetahuan yang lebih baik (pengetahuan tinggi) tentang pencegahan infeksi pada masa nifas, sedangkan untuk responden yang berumur 20-35 tahun, sebagian besar berpngetahuan tidak baik (rendah) tentang pencegahan infeksi pada masa nifas. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan diatas, sehingga hasil teori dengan hasil statistik yang dilaklakukan dimana adanya hubungan bahwa semakin cukup umur seseorang, maka tingkat kematangan dan kekuatannya akan semakin baik dalam berfikir dan bekerja.

2). Pendidikan responden.

Adanya hubungan antara pendidikan responden dengan tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan infeksi pada masa nifas karena diperoleh nilai p = 0,013. Pendidikan dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia melalui pendidikan. Implikasinya semakin tinggi tingkat pendidikan hidup manusia, maka akan semakin mudah untuk menerima hal-hal baru. (Machfoedz, 2003, hlm 23)


(51)

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan pada penelitian ini, terdapat kesesuaian antara hasil penelitian dengan teori yang telah dipaparkan di atas. Dimana dari hasil penelitian didapatkan responden yang berpendidikan tinggi (DI dan DIII) memiliki pengetahuan yang lebih baik bila dibandingkan dengan responden yang berpendidikan menengah(SPK). Berdasarkan teori yang ada, bahwa pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. (Notoatmojo, 2003,hlm ; 121)

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah.

3). Lama bekerja

Adanya hubungan antara lama bekerja responden dengan tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan infeksi pada masa nifas karena diperoleh nilai p = 0,016. dimana hasil yang didapat responden yang mempunyai lama bekerja > 10 tahun memiliki pengetahuan lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang mempunyai lama bekerja 1-10 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan. Menurut Mangkuprawira (2004) bahwa lama bekerja dapat diartikan dengan pengalaman seseorang selama memberikan pelayanan baik di instansi pemerintah atau swasta. Semakin lama bekerja seseorang semakin banyak pengalaman yang di dapat dan semakin banyak kasus yang dihadapi, sehingga seseorang tersebut akan terampil dalam menyelesaikan pekekerjaannya.

Menurut Cherin (2009) pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi tiap individu, maka pengalaman mempunyai kaitan dengan


(52)

pengetahuan. seseorang yang mempunyai pengalaman banyak akan menambah pengetahuan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai lama bekerja > 10 tahun mempunyai pengetahuan baik (pengetahuan tinggi) dan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai lama bekerja 1-10 tahun.

2. Implikasi Terhadap Pelayanan Dan Penelitian 1. Untuk pelayanan kebidanan

Penelitian ini memberikan informasi kepada setiap tenaga kesehatan khususnya bidan yang mana dalam hal ini bidan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu nifas tentang pencegahan infeksi pada masa nifas. Pencegahan infeksi pada masa nifas merupakan salah satu cara untuk mencegah peningkatan AKI pada ibu nifas. Sudah seharusnya sebagai tenaga kesehatan harus mengajarkan,memberitahu, dan mengindahkan teknik pencegahan infeksi pada masa nifas meliputi pencegahan dari sterilisasi alat, perawatan payudara dan perawatan luka perineum yang baik dan benar.

2. Untuk pendidikan kebidanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan bagi pengembangan ilmu kebidanan khususnya pengembangan pada pendidikan kebidanan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas.


(53)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Karakteristik bidan berdasarkan umur, pendidikan dan lama bekerja dapat diketahui dari 35 responden sebagian besar reponden mempunyai umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 18 orang (88,9%), berdasarkan pendidikan sebgian besar responden berpendidikan tinggi (DI dan DIII) sebanyak 23 orang (65,7%), dan sebagian responden mempunyai lama bekerja > 10 tahun sebanyak 19 orang (54,3%)

2. Berdasarkan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas diketahui dari 35 responden sebagian besar responden memiliki pengetahuan tidak baik ( pengetahua rendah) yaitu sebanyak 22 orang (62,9%). 3. Berdasarkan hubungan karakteristik bidan dengan tingkat pengetahuan

responden diketahui bahwa adanya hubungan antara umur responden dengan tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan infeksi pada masa nifas dimana dengan nilai p = 0,003 dan nilai OR=0,07, dimana bidan yang umur 20-35 tahun mempunyai peluang 0,07 kali lebih besar untuk memperoleh tingkat pengethuan lebih baik (pengetahuan tinggi), adanya hubungan antara pendidikan responden dengan tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan infeksi pada masa nifas dengan p = 0,013 dan nilai OR=0,08 dimana bidan yang pendidikan tinggi (DI dan DIII) mempunyai peluang 0,08 kali lebih besar untuk


(54)

memperoleh tingkat pengethuan lebih baik (pengetahuan tinggi), adanya hubungan antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan infeksi pada masa nifas dengan p = 0,016 dan nilai OR=0,10, sehingga bidan yang lama bekerja > 10 tahun mempunyai peluang 0,08 kali lebih besar untuk memperoleh tingkat pengethuan lebih baik (pengetahuan tinggi)

B. Saran 1. Bagi bidan

Dalam hal ini , diharapkan kepada setiap Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Swasta khususnya bidan selaku tenaga kesehatan di tuntut untuk lebih dapat meningkatkan profesionalisme, kamampuan berkomunikasi dan lebih meningkatkan pengalaman, kualitas pelayanan, dan memberikan penyulukan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas melalui sterilisasi, perawatan payudara, dan perawatan luka perineum.

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan setiap mahasiswa lebih aktif lagi untuk membaca, mencari informasi baik itu informasi dari internet maupun dari sumber kepustakaan, dan menambah pengetahuan terutama dalam bidang kesehatan yaitu pencegahan infeksi pada masa nifas, sehingga mahasiswa mudah dalam melakukan penelitian.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Agar dapat mengembangkan penelitian selanjutnya untuk lebih baik dimana sehubung dengan karakteristik dan tingkat pengetahuan bidan.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmar Zen. Yetti, Suryani Eko. 2005. Perkembangan Psikologi Ibu dan Anak. Yokyakarta: Fitramaya.

Cherin, 2009. Hubungan Pengalaman dengan pengetahuan http //

Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2007. Profil AKI

Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2006/2007. Laporan Tahuanan Provinsi Riau

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. 2007. Laboran Kegiatan Maternal dan Perinatal Kota Pekanbaru

Farer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2, Jakarta : EGC.

Henderson, Christine & Jones, Kathleen.2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.

Istiarti, T. 2000. Menanti Buah Hati, Kaitan Antara Kemiskinan dan Kesehatan. Yogyakarta : Media Prescindo.

KepMenKes 900. 2002.

Llewellyn, Derek & Jones. (2005). Setiap Wanita. Jakarta : Dlapratasan Publishing. Machfoedz, 2008. Metodologi Penelitian. Yokyakarta : Fitramaya.

Mangkuprawira, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Strtegik. Jakarta : Graha Ilmu.

Manuaba, Prof. dr. Ida Bagus Gde, DSOG. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Kelurga Brencana. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri jili 1. Jakarta: EGC.

Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Peneitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instruyen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.


(56)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta. __________________, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip

Dasar,Jakarta:Rineka Cipta

__________________, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

__________________, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Cet-2. Jakarta : EGC. Prasetyo, Bambang. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YPB-SP.

Reiss, M.D., Uzzi, & Reiss, M Yfat (2008). Menjadi Ibu Bahagia Pasca Persalinan, Jokjakarta : Luna Publisher.

Ruth Johnson & Wendy Taylor.(2005).Buku Ajar Praktik KebidananJakarta : EGC. Saifudin, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta: YBP-SP.

Sarwono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kulitatif. Yokyakarta : Graha Ilmu Soepardan, 2008. Konsep Kebidanan. Jakarata: EGC.

Sofyan, Mustika., et all. 2003. Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : PP IBI. Tirtjen. et al. 2OO4. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: YBP-SP Undang-Undang RI. 2003.

Varney, Helen. 2002. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC Varney, Helen. 2008. Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC


(57)

Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Pengetahuan Bidan Tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas

Di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru

Saya mahasiswi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara meminta partisipan bidan sebagai responden dalam penelitian saya yang bersifat sukarela dan keterlibatan bidan tidak mempengaruhi profesi sebagai seorang bidan, kegiatan yang akan dilakukan responden dalam penelitian ini adalah mengisi kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti dalam rangka pengumpulan data.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas yang bermanfaat untuk menurunkan angka kematian ibu yang salah satunya disebabkan oleh infeksi, sehingga pada penelitian ini meneliti bagaiman cara pencegahan infeksi melalui sterilisasi, perawatan payudara,perawatan luka perineum pada masa nifas.

Saya selaku peneliti menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban yang responden berikan, jika responden setuju untuk berpatisipasi, maka saya mohon kepada responden untuk dapat menandatangani surat persetujuan ini dengan mengisi lembaran persetujuan untuk menjadi responden.

Demikian penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini, atas partisipasi dan kerjasama yang baik dari responden saya selaku peneliti mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2008

Peneliti Responden


(58)

LEMBAR KUESIONER

Pengetahuan Bidan tentang Pencegahan Infeksi Pada Masa Nifas di RB dan BPS Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru Tahun 2008

_________________________________________________________

No. Responden………

Di isi oleh responden

A. KARAKTERISTIK PETUNJUK

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ( X ) pada jawaban yang dianggap benar.

1. Umur : …….. Tahun

2. Pendidikan : 1. SPK 2. DI 3. DIII 3. Lama bekerja : …….. Tahun

B. STERILISASI

1. Langkah awal yang dilakukan dalam pengelolaan alat bekas pakai untuk mengurangi mikroorganisme yang menempel pada alat tersebut adalah ?

a. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) b. Pembersihan

c. Dekontaminasi d. Sterilisasi


(59)

2. Perendaman alat pada proses dekontaminasi memebutuhkan waktu selama ? a. 20 jam

b. 10 jam c. 20 menit d. 10 menit

3. Setelah melakukan perendaman alat dalam larutan klorin 0.5%, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah ?

a. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) b. Sterilisasi

c. Dekontaminasi d. Pembersihan

4. Pernyataan yang benar tentang pembersihan alat adalah ?

a. Proses menghilangkan secara fisik seluruh debu, kotoran, darah atau duh tubuh lainnya untuk mengurangi resiko bagi siapapun yang menyentuh atau memegang benda tersebut

b. Proses memelihara kebersihan. kesehatan. dan kenyamanan pada pasien dan lingkungan kerja

c. Proses pemusnahan sebagian mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati

d. Proses secara mekanik menghilangkan kotoran dan serpihan dari kulit tangan dengan menggunakan sabun dan air biasa

5. Untuk DTT dengan bahan kimia, alat bekas pakai di rendam dalam larutan klorin 0.1% selama ?

a. ± 24 jam b. ± 1 jam c. ± 20 menit d. ± 10 menit


(60)

6. Berapa perbandingan air dengan Byclin (5,25 %) untuk membuat larutan klorin 0,1%?

a. 9: 1 b. 49 : 1 c. 1 : 49 d. 1 : 9

7. Proses menghilangkan semua mikroorganisme tanpa terkecuali merupakan pengertian

dari ?

a. Dekontaminasi b. Pembersihan c. DTT

d. Sterilisasi

8. Waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan alat dan instrument bekas pakai yang dibungkus pada otoklaf (121 °C) adalah ?

a. ± 2 jam b. ± 1 jam c. ± 30 menit d. ± 20 menit

9. Bahan atau kain yang digunakan untuk membungkus instrumen adalah ? a. Bahan / kain katun

b. Bahan / kain sutra

c. Bahan / kain yang berpori d. Bahan kertas / dedaunan


(62)

15. Obat apa yang diberi sebagai penanganan bila terjadi infeksi pada payudara adalah ? a. Obat penambah darah

b. Vitamin B.com c. Antibiotik d. Obat diuretik

16.Sesering mungkin untuk menyusui bayi serta posis yang tepat saat menyusui merupakan tindakan yang paling penting dilakukan untuk pencegahan pada?

a. Infeksi payudara

b. Pembengkakan payudara c. Pembengkan abses d. Abses

17.Suatu peradangan pada payudara yang disebabkan oleh kuman, terutama Stphylococcus aureus melalui luka putting susu, atau melalui perdarahan pada payudara adalah pengertian dari ?

a. Galaktokel

b. Flegmasia alba dolens c. Mastitis

d. peritonitis

D. Perawatan Luka perineum

18.Sebelum melakukan perawatan luka perineum terlebih dahulu anjurkan ibu untuk a. Buang air kecil sebelum menyentuh perineum

b. Memakai ramuan di perineum ibu

c. Mencuci tangan sebelum menyentuh daerah perineum d. Mencuci payudara ibu sebelum menyentuh perineum


(1)

c. Dari tengah saja

d. Dari depan dan tengah saja

24. Apabila pada perawatan luka perineum terjadi pus dan cairan pada luka yang perlu dilakukan adalah?

a. Lakukan pengompresan dengan air hangat

b. Pengeluaran pada daerah terinfeksi dihilangkan lakukan debridmen

c. Lakukan pengeringan saja kemudian langsung beri obat d. Pengembalian cuci dengan air biasa karena bisa sembuh bila

disiram

25. Jahitan pada luka perineum yang mudah dilakukan karena lebih sedikit menggunakan benang dan lebih sedikit jahitannya adalah teknik jahitan?

a. Jahitan satu-satu b. Jahitan jelujur c. Jahitan membujur d. Jahitan melintang


(2)

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN MELIPUTI 24 STANDAR DEPKES RI, 2003

1. Stándar pelayanan umum terdiri dari 2 standar yaitu ; a. Persiapan untuk keluarga sehat

b. Pencatatan dan pelaporan

2. Sstandar pelyanan antenatal care yang terdiri dari 6 estándar, yaitu; a. Identiikasi ibu hamil

b. Pemeriksaan dan pemantauan antenatal care c. Palpasi abdominal

d. Pngelolaan anemia pada kehamilan

e. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan f. Persiapan persalinan

3. Satandar pertolongan perslinan yang teriri dari 4 estándar, yaitu; a. Asuhan persalinan kala I

b. Persainan kala II yang aman c. Penatalaksanaan aktif kala III

d. Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi 4. Standar pelayanan nifas yang terdiri dari 3 satandar yaitu;

a. Perawatan bayi baru lahir

b. Penanganan pada 2 jam pertama prsalinan c. Pelayanan pada ibu dan bayi pada masa nifas

5. Standar penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal yang terdiri dari 9 sttandar: a. Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimestre III

b. Penanganan kegawatn padaeklampsia

c. Kegawatan penanganan pada partus lama / macet d. Persalinan dengan menggunakan vakum ekstrator e. Penanganan retensio placenta

f. Penanganan pos partum primer g. Penanganan pos partum sekunder h. Penanganan sepsis puerperalis i. Penanganan asfisia neonatorum


(3)

STANDAR PERALATAN PRAKTIK KEBIDANAN

A. Daftar peralatan praktik bidan

a. Peralatan tidak steril

1) Tensimeter 23) Bak instrumen dengan tutup

2) Stetoskop bioculer 24) Sarung kaki plastik 3) Stetoskop monoculer 25) Infus set

4) Timbangan dewasa 26) Standar nfus

5) Timbangan bayi 27) Semprit disposiblest 6) Pengukur panjang 28) Tempat kotoran/sampah

7) Termometer 29) Tempat kain kotor

8) Oksigen dengan regulator 30) Tempat plasenta

9) Pengaman mata 31) Pot

10)Penghisap lendir 32) Bengkok

11)Lampu/sorot 33) Sikat, sabun ditempatnya

12)Penghitung nadi 34) Kertaslakmus

13)Sterilisator 35) Vacum ekstraktor set

14)Reflek hamer 36) Semprit gliserin

15)Alat periksa HB(sahli) 37) Gunting ferban 16)Set pemeriksaan urine(protein+reduksi) 38) Kan pengukurdarah

17)Pita pengukur 39) Spatel lidah

18)Plastik penutup instrumen steril 40) IUD kit 19)Sarung tangan karet untuk mencuci alat 41) Implan kit

20)Apron/celemek 42) Gergaji obat

21)Masker 43) Ambu bag dengan masker


(4)

b. Peralatan steril

1) Klem pean 11) Mangkok metalkecil

2) ½ klem kocher 12) Pengikat tali pusat

3) Korentang 13) Penghisap lendir

4) Gunting tali pusat 14) Pemegang jarum

5) Gunting benang 15) Pemegang jarum

6) Gunting episiotomi 16) Sarung tangan

7) Kateter karet/ metal 17) Benang sutera + catut

8) Pincet anatomi 18) Doek steril

9) Tampon tang dan tampon vagina 19) Pinset chirugi 10)Spkulum vagina

c. Bahan habis pakai

1) Kapas 2) Kain kasa 3) Plester 4) Handuk

5) Pembalut wanita

d. Formulir yang disediakan

1) Formulir Informed consent 6) Formulir laporan 2) Formulir ANC 7) Formulir rujukan

3) Formulir partograf 8) Formulir surat kelahiran 4) Formulir persalinan / nifas dan KB 9) Formulir permintaan darah 5) Buku registrasi ibu, bayi, anak, dan KB 10) Formulir kematian


(5)

B. Jenis obat dalam praktik kebidanan 1. Raborantia

2. Vaksin

3. Syok anafilaktik

a) Adrenalin 1: 1000 (5 ampul)

b) Antihistamin (2 ampul)

c) Hidrokortison (5 ampul)

d) Aminophilin 240 mg/10 ml (2 ampul)

e) Dopamin (5 ampul)

4. Sedativa 5. Antibiotoka 6. Uterotonika 7. Koagulantia 8. Anti kejang 9. Gliserin 10.Cairan infus 11.Obat luka

12.Cairan desinfektan (termasuk chlorine) 13.Antipiretik

14.Obat penanganan asphiksia pada bayi baru lahir ( KepMenKes, 2002)


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ely puspita

Tempat / Tanggal Lahir : Rumbio 10 Maret 1986

Agama : Islam

Alamat : Jln. Banal No. 02 RT.08 RW.03 Kec.Marpoyan

Damai Kode Pos 28282 Pekanbaru.

Riwayat Pendidikan :

No Jenis Pendidikan Tempat Tahun Lulus

1 2 3 4 5 6

TK AL-KHAIRAT SDN 048

MTS PONPES DAR-EL-HIKMAH MAN-1

AKBID DEPKES

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK USU

PEKANBARU PEKANBARU PEKANBARU PEKANBARU PEKANBARU

MEDAN

1992 1998 2001 2004 2008 2009


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Pencegahan Infeksi pada Saat Pertolongan Persalinan di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012

0 47 80

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Asuhan Sayang Ibu Pada Proses Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa

2 54 82

Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Postpartum tentang Perawatan Masa Nifas di Ruang Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2009

1 44 64

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktik Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010

1 35 78

Hubungan Karakteristik Responden Dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar Tahun 2010

2 47 71

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dengan Tindakan Bidan Dalam Mengatasi Komplikasi Selama Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan Tahun 2009

1 44 92

perilaku bidan dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 41 81

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF Hubungan Pengetahuan Dan Masa Kerja Bidan Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Lembar Partograf Di Wilayah Kerja Ibi Ranting Ngemplak Boyolali Tahun 2013.

0 2 16

PELAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA SAAT PERTOLONGAN PERSALINAN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA WILAYAH KOTA BANDA ACEH

0 1 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TENTANG IMUNISASI DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN VAKSIN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA SE-WILAYAH RANTING TENGAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Imunisasi dengan Perilaku Pengelolaan Vaksin di

0 0 9