hampir seperlimanya disebabkan oleh kebiasaan merokok. Ahli jantung dari RS Jantung Nasional Harapan Kita, Santoso Karo-Karo, menyebutkan rokok
meningkatkan risiko terkena disfungsi ereksi hingga 50 terutama berkaitan dengan masalah pada pembuluh darah. Sementara pada wanita yang saat remaja diketahui
menjadi penghisap rokok dikemudian hari akan mengalami risiko 21 terkena kanker payudara bila dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok. Demikian
hasil penelitian Janet E Olson dari Mayo Clinic College of Medicine di Rochester Minnesota AS yang dipublikasikan dalam `the journal, Mayo Clinic Proceedings’.
Masih tingginya prevalensi merokok pada orang dewasa usia 15 tahun keatas di Sumatera Utara kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
sikap orang dewasa tersebut tentang gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh merokok. Dari data diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
gambaran pengetahuan dan sikap Pasangan Usia Subur PUS tentang gangguan kesehatan reproduksi akibat merokok di Kelurahan Sibuluan Indah Kabupaten
Tapanuli Tengah Tahun 2008.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah masih tingginya prevalensi merokok pada orang dewasa usia 15
tahun ke atas di Sumatera Utara yaitu pria 59,7 dan wanita 1,7. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap Pasangan Usia Subur
PUS tentang gangguan kesehatan reproduksi akibat merokok di Kelurahan Sibuluan Indah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap Pasangan Usia Subur PUS tentang gangguan kesehatan reproduksi akibat
merokok di Kelurahan Sibuluan Indah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan Pasangan Usia Subur PUS tentang
gangguan kesehatan reproduksi akibat merokok di Kelurahan Sibuluan Indah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008
2. Untuk mengetahui sikap Pasangan Usia Subur PUS tentang gangguan
kesehatan reproduksi akibat merokok di Kelurahan Sibuluan Indah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
Tapanuli Tengah dan Instansi terkait mengenai gangguan kesehatan
reproduksi akibat rokok.
2. Sebagai bahan atau referensi bagi penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
2.1.1 Pengertian Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm bervariasi tergantung negara dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah Wikipedia, 2008. Poerwadarminta 1995 mendefinisikan rokok adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau
kertas. Jadi merokok adalah menghisap rokok. Merokok adalah menghisap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar Amstrong, 1990 dalam Kemala, 2007. Levy 1984 mengatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan
seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya Kemala, 2007.
2.1.2 Jenis rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan
penggunaan filter pada rokok Wikipedia, 2008. a.
Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
•
Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
•
Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
Universitas Sumatera Utara
•
Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
•
Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
b. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.
•
Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
•
Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
•
Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan menyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu. c.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
•
Sigaret Kretek Tangan SKT: rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu
sederhana.
•
Sigaret Kretek Mesin SKM: rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran
yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. d.
Rokok berdasarkan penggunaan filter.
•
Rokok Filter RF: rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
•
Rokok Non Filter RNF: rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
Universitas Sumatera Utara
Merek-merek rokok yang terkenal antara lain : LA Lights, LA Menthol, Djarum BLACK, Djarum Super, Djarum Coklat, Country, A Mild, Clas Mild,
Bentoel, Benson Hedges, Lestees, Lintang Enam, Dji Sam Soe, Gudang Garam, Lucky Strike, Marlboro, Wismilak, Star Mild, X Mild dan U Mild.
2.1.3 Tipe-Tipe Perokok
Menurut Laventhal dan Clearly dalam Komalasari Helmi, 2000, terdapat 4 empat tahap dari perilaku merokok menjadi perokok, yaitu :
1. Tahap Prepatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan
mengenai rokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
2. Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok. 3.
Tahap Becoming a Smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi
perokok. 4.
Tahap Maintenance of Smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri Self regulating. Merokok dilakukan untuk
memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan. Menurut Sitepoe 1997, perokok dibedakan menjadi :
1. Tidak merokok, yaitu selama hidupnya tidak pernah merokok.
2. Perokok ringan, yaitu apabila merokok berselang-seling.
3. Perokok sedang, yaitu apabila merokok setiap hari dalam kuantum yang kecil.
Universitas Sumatera Utara
4. Perokok berat, yaitu apabila merokok lebih dari 1 bungkus setiap hari.
5. Berhenti merokok, yaitu tadinya perokok kemudian berhenti dan tidak merokok
lagi.
Menurut Mu’tadin 2002 membagi tipe perokok menjadi 3 tiga, antara lain : 1.
Perokok ringan, yaitu perokok yang menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun tidur.
2. Perokok sedang, yaitu perokok yang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan
selang waktu 31-61 menit setelah bangun pagi. 3.
Perokok berat, yaitu perokok yang merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit.
Sedangkan menurut Smet 1994, ada 3 tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap yaitu:
1. Perokok berat adalah orang yang menghisap rokok lebih dari 15 batang rokok
dalam sehari. 2.
Perokok sedang adalah orang yang menghisap rokok 5-14 batang dalam sehari 3.
Perokok ringan adalah orang yang menghisap rokok 1- 4 batang dalam sehari.
2.1.4 Fenomena Perokok di Indonesia a. Orang Desa Paling Banyak Jadi Perokok
Survei sosial dan ekonomi nasional Susenas 1995 dan 2001 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang merokok di pedesaan lebih tinggi dibandingkan
di perkotaan. Propinsi dengan persentase penduduk pedesaan yang merokok
Universitas Sumatera Utara
paling tinggi berturut-turut adalah Lampung 32, Jawa Barat 31, Kalimantan Barat 31, dan Bengkulu 30. Propinsi dengan persentase
penduduk perkotaan yang merokok paling tinggi adalah Jawa Barat, NTB, dan Lampung. Lampung dan Jawa Barat juga menjadi propinsi dengan persentase
penduduk yang merokok paling tinggi secara nasional, sedangkan paling rendah adalah Bali.
b. Pria Berpendidikan Rendah Lebih Banyak Jadi Perokok
Tingkat pendidikan penduduk Indonesia sangat beragam. Ada yang tidak sekolahtidak tamat Sekolah Dasar SD, ada yang tamat SD, tamat SLTP, tamat
SLTA, dan ada pula yang berijazah AkademiUniversitas. Survei secara nasional tersebut juga menunjukkan bahwa pria yang tidak sekolahtidak tamat SD
merupakan perokok terbanyak. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin sedikit yang jadi perokok. Sedangkan wanita hanya sedikit yang jadi
perokok.
c. Pria Muda Lebih Banyak Menjadi Perokok
Survei yang sama juga menemukan bahwa laki-laki remaja lebih banyak menjadi perokok dan hampir dua pertiga dan kelompok umur produktif adalah perokok.
Pada pria, prevalensi perokok tertinggi adalah kelompok umur 25-29 tahun. Sebagian besar perokok mulai merokok pada umur kurang dari 20 tahun dan
separuh dari laki-laki umur 40 tahun ke atas telah merokok selama 30 tahun atau lebih. Hasil penelitian menunjukkan hampir 70 perokok Indonesia mulai
merokok sebelum mereka berumur 19 tahun Jamal, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Bahan Kimia Berbahaya yang Terdapat dalam Rokok
Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia berbahaya. Bahan kimia berbahaya yang terdapat di dalam rokok diantaranya adalah: Sharon, 2007
• Nikotin : dapat menyebabkan gangguan pematangan pada sel telur sehingga sulit
terjadi kehamilan dan berpengaruh terhadap terjadinya pembelahan sperma pria. •
Tar : sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru – paru. Tar
dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru – paru. •
Karbon monoksida : gas beracun yang keluar dari knalpot, dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga pembuluh darah
akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis penyempitan. •
Aseton : penghapus cat kuku, mengganggu sistem saraf pusat, kekeringan pada mulut, pusing, lesu, hilang keseimbangan, tidak sadarkan diri, dan koma.
• Amoniak : bahan pembersih lantai
• Butan : bahan bakar korek api
• Napthalene : kapur barus
• Vinyl Clorida : Bahan baku plastik PCV
• Hidrogen sianida : gas racun untuk hukuman mati
• Arsenik : racun tikus, dapat menyebabkan kanker paru, kanker kulit.
• DDT : obat pembasmi serangga, DDT dapat
menyebabkan penurunan aktifitas seksual.
•
Kadmium : dipakai pada baterai mobil,
meracuni jaringan tubuh terutama ginjal.
Gambar 2.1 Bahan Kimia yang terdapat dalam rokok
Universitas Sumatera Utara
• Metanol : bahan bakar roket, sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan
mudah terbakar, menghisap methanol mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.
2.1.6 Dampak Rokok terhadap Kesehatan a. Dampak Rokok terhadap Kesehatan Secara Umum
1. Kanker paru-paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar
hipertrofi dan kelenjar mucus bertambah banyak hiperplasia. Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya
sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Hubungan antara merokok dan
kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok dengan timbulnya kanker paru-paru.
2. Penyakit jantung koroner
Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok
dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap.
3. Penyakit Stroke
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih
tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Universitas Sumatera Utara
4. Penyakit Asma
Asap rokok tingkatkan jumlah anak penderita asma. Hasil survei asma pada anak-anak sekolah di beberapa kota di Indonesia, seperti di Medan,
Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Denpasar menunjukkan prevalensi asma pada anak SD 6-12 tahun berkisar antara 3,7-
16,4. Prevalensi pada anak SMP di Jakarta Pusat sebesar 5,8 pada tahun 1995. Pada tahun 2001 di Jakarta Timur sebesar 81,6. Sianturi, 2003.
5. AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome
Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada
pengidap HIV. Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,2 bulan, sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan.
Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terkena AIDS sehingga berhenti merokok penting sekali dalam langkah
pertahanan melawan AIDS Adbrite, 2008.
b. Dampak Rokok terhadap Kesehatan Reproduksi
1. Gangguan Kehamilan dan Janin
Wanita yang tidak merokok memiliki komplikasi yang lebih sedikit terhadap kehamilan dan memiliki bayi yang lebih sehat dibanding perokok. Merokok
dapat menyebabkan kemandulan pada wanita, membuatnya sulit memiliki keturunan. Merokok selama masa kehamilan berbahaya karena kehamilan
merupakan masa perkembangan janin. Seorang ibu perokok dapat melahirkan
Universitas Sumatera Utara
bayi prematur atau dengan berat lahir rendah, penyakit pernapasan dan penyakit lainnya. Nikotin dalam rokok akan menyebabkan pembuluh darah
pada tali pusat dan uterus menyempit, sehingga akan menurunkan jumlah oksigen yang diterima bayi. Nikotin juga menurunkan jumlah darah dalam
aliran darah bayi, yang dapat berakibat berat lahir bayi menjadi rendah. Wanita yang merokok selama kahamilan memiliki resiko pecahnya membran
secara prematur sebelum proses kelahiran dimulai. Ini dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan kemungkinan kematian janin. Jika ibu menyusui
merokok, maka air susunya kemungkinan mengandung nikotin, dan akan membahayakan bayi yang meminumnya Riwan, 2004.
2. Impotensi
Rokok dapat mempengaruhi kesuburan dan potensial seksual kaum pria. Seorang yang merokok selama bertahun-tahun akan tercemar darahnya oleh
nikotin yang melalui pembuluh darah akan dibawa ke seluruh tubuh termasuk ke organ reproduksi. Racun nikotin berpengaruh terhadap spermatogenesis
atau terjadinya pembelahan sel sperma pada pria. Efek rokok tidak hanya mempengaruhi kualitas dan kuantitas sperma, tetapi juga menjadi faktor
resiko disfungsi ereksi impotensi. Gangguan disfungsi ereksi DE khususnya terjadi pada perokok. Semakin berat gangguan DE, makin sulit
juga pemulihannya Anthony, 2007. Riwan 2004 mengemukakan bahwa pada pria berusia antara 31 dan 49 tahun terjadi 50 peningkatan resiko
impotensi pada mereka yang merokok. Studi lain mengatakan 40 pria yang menderita impotensi adalah perokok.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Perilaku