AIDS. Apabila PMS tidak diobati secara tepat maka dapat meningkatkan resiko kemandulan, kanker leher rahim, dan lain-lain BKKBN, 2006.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Menyimpang Pada Remaja
1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual libido seksualitas remaja. Peningkatan hasrat seksual ini menyebabkan remaja
membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. 2. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan
usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin
menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain.
3. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat
menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut. 4. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran
informasi dan ransangan melalui media massa dengan adanya teknologi canggih Video Casette, VCD, photo, telepon genggam, majalah, internet, dan
lain-lain menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari
media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.
5. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaaran mengenai seks dengan anak, menjadikan
Universitas Sumatera Utara
mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
6. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita,
sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria Sarwono, 2008. Seorang remaja melakukan hubungan hubungan seks diluar nikah atau
perilaku seks menyimpangan terbagi dalam beberapa faktor, yaitu: a.
Meningkatnya libido seksual Meningkatnya libido seksual atau energi seksual berkaitan erat dengan
kematangan fisik. b. Penundaan usia kawin
Penundaan usia kawin memberikan pembatasan untuk melakukan aktivitas seksual. Kecenderungan masyarakat meningkatkan usia
perkawinan didukung oleh pertimbangan pada usia di bawah 20 tahun untuk wanita akan mengalami resiko tinggi
c. TabuLarangan
Kebiasaan dan norma-norma yang membatasi aktivitas seksual remaja. Dalam masyarakat hubungan seks diluar perkawinan tidak hanya
dianggap tidak baik tetapi juga tidak boleh ada. d. Kurangnya informasi tentang seks
Menabukan seks pada remaja hanya mengurangi membicarakannya secara terbuka, tetapi tidak menghambat hubungan seks itu sendiri. Pada
usia remaja rasa keingintahuannya begitu besar terhadap seks. Apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa seks terasa nikmat, ditambah
Universitas Sumatera Utara
lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas masuknya. Maka, rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi
melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkannya.
e . Pergaulan bebas Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja berhubungan
dengan rendahnya pemantauan orang tua tehadap remaja, yang membuat komunikasi antara orangtua dengan remaja tidak tebuka Sarwono, 2008.
Adapun tindakan yang perlu dilakukan dalam menghadapi perilaku seks
menyimpang pada Remaja a.
Tindakan Preventif
1. Internal Mengupayakan melakukan pencegahan oleh diri remaja itu sendiri.
Antara lain dengan cara : meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; mengupayakan mengenal diri dan
menanamkan kepercayaan pada diri dengan cara mengidentifikasi minat, bakat, potensi,dan menyalurkannya pada aktivitas positif
dalam mengisi waktu luang; mengidentifikasikan diri dengan lingkungan pergaulan yang positif dan produktif, menyaring
berbagai informasi yang masuk, dan belajar disiplin. 2.. Eksternal
Pencegahan yang dilakukan oleh pihak diluar diri remaja. Antara lain oleh orang tua, lingkungan permainan masyarakat, lembaga
pendidikan atau sekolah, dan lembaga-lembaga lainnya. Misalnya;
Universitas Sumatera Utara
orang tua harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis, mengembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif,
menunjukkan penghargaan secara terbuka, dan melatih anak untuk mengekspresikan dirinya ; orang tua dan masyarakat
memperhatikan sarana dan prasarana rekreasi yang tepat dan sehat bagi remaja, mendorong remaja terhadap latihan penyaluran
kreativitas, dan melaksanakan pembinaan psikososial edukatif. b. Tindakan
preservative. Orang tua dan masyarakat berupaya memotivasi anak remaja dengan
cara mempertahankan dan mengembangkan kondisi-kondisi yang positif yang telah dimiliki remaja atau yang telah dilakukan remaja. Hal
ini dapat dilakukan dengan memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan remaja.
c. Tindakan rehabilitatif
Orang tua dan masyarakat secara proaktif mengidetifikasi kondisi remaja dilingkungannya dengan cara:
1.. Menyelidiki apakah remaja itu tergolong berperilaku sehat secara sosial-psikologis
2. Latar belakang apa yang menyebabkan remaja berperilaku
menyimpang, apakah faktor lingkungan keluarga, sekolah, teman, atau lainnya.
3. Tumbuhkan motivasi bahwa remaja memiliki psikis yang sehat, serta motivasinya untuk menghadapi kehidupan masa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
4. Salurkan remaja terhadap pelatihan keterampilan dan kembangkan pengetahuan serta tanamkan mental untuk dapat mandiri,
bertanggung jawab, dan aktif kreatif. d. Tindakan
korektif Orang tua memberikan penanganan yang efektif dan tepat atas
gangguan yang dialami remaja. Misalnya dengan memberikan terapi, baik psikologis, spiritual dan medis, maupun secara sosial-psikologis
Iriany, 2006.
F. Efek Samping Seks Menyimpang Bagi Kesehatan Alat Reproduksi Remaja