pranikah yang terjadi pada remaja. Informasi yang makin cepat dalam berbagai bentuk telah menyebabkan dunia semakin menjadi milik remaja. Demikian pula
informasi tentang kebudayaan hubungan seksual telah mmpengaruhi kaum remaja termasuk Indonesia, sehingga telah terjadi suatu revolusi yang menjurus makin
bebasnya hubungan seksual pranikah. Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja berhubungan dengan
rendahnya pemantauan orang tua tehadap remaja, yang membuat komunikasi antara orangtua dengan remaja tidak tebuka sehingga remaja mencari sumber informasi
yang salah dari temannya. Sarwono, 2008
4. Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual merupakan golongan penyakit yang terbesar jumlahnya dan sering di derita oleh kelompok remaja. Dorongan aktivitas seksual yang tinggi
di kalangan remaja menyebabkan seringnya mereka bertukar pasangan akibatnya berisiko tertularnya Infeksi Menular Seksual. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
paling banyak pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual paling banyak yang berpengetahuan baik dan cukup masing-masing sebanyak 19 orang 43,2,
dan paling sedikit remaja yang berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang 13,6. Bila penyakit infeksi menular seksual terjadi pada remaja sangat perlu
diinformasikan kepada orangtuanya sebagai pembimbing si anak agar dapat diarahkannya menjadi lebih baik. Bila diinformasikan kepada orang tua dapat
memberikan pandangan-pandangan yang lebih baik dan bimbingan yang positif sehingga remaja itu insaf dan menjadi lebih baik kembali. Banyak remaja yang
Universitas Sumatera Utara
merasa malu bila tempat pengobatan infeksi menular seksual bercampur dengan orang dewasa. Perasaan malu itu menyebabkan keengganan remaja untuk
memeriksakan dirinya dan memilih untuk melakukan pengobatan sendiri, yang mungkin menyebabkan penyakitnya tidak sembuh karena komplikasi penyakit,
keracunan obat atau menambah resistensi obat-obatan. Untuk itu disamping pengobatan yang diberikan juga dapat memberikan berbagai
infomasi yang dibutuhkan bagi remaja, misalnya pendidikan kesehatan reproduksi, bahaya penyalah gunaan obat, dan konsultasi yang berkaitan dengan masalah-
masalah remaja lainnya.
Dalam pencegahan infeksi menular seksual kegiatan pokok yang perlu dilakukan
seperti komunikasi, informasi dan edukasi. Berbagai institusi formal dan non formal sangat perlu dilakukan pertemuan yang terkait untuk melaksanakan upaya
penanggulangan infeksi menular seksual baik disekolah, luar sekolah dan media massa.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitien tentang gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang dan efeknya bagi kesehatan reproduksi di SLTP Budi Murni
II Pintu Angin Kecamatan Laubaleng Kabupaten Karo Tahun 2009 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan remaja tentang perilaku seks menyimpang paling banyak berpengetahuan kurang sebanyak 32 orang 72,7 dan paling sedikit
remaja yang berpengetahuan baik sebanyak 2 orang 4,5. 2. Pengetahuan remaja tentang dampak perilaku seks menyimpang paling
banyak berpengetahuan cukup sebanyak 25 orang 56,8, dan paling sedikit remaja yang berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang 9,1.
3. Pengetahuan remaja tentang efek perilaku seks menyimpang bagi kesehatan reproduksi paling banyak yang berpengetahuan cukup sebanyak 23 orang
52,3, dan paling sedikit remaja yang berpengetahuan kurang sebanyak 9 orang 20.
4. Pengetahuan remaja tentang penyakit infeksi menular seksual paling banyak yang berpengetahuan paling banyak yang berpengetahuan baik dan cukup
masing-masing sebanyak 19 orang 43,2, dan paling sedikit remaja yang berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang 13,6.
38
Universitas Sumatera Utara