LAPORAN HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN 1 I.
Judul Laporan : Mengukur Volume Benda dengan menggunakan mistar, jangka sorong,   mikrometer
sekrup
II. Tujuan Percobaan :
Menentukan alat ukur yang memiliki ketelitian paling tinggi
III. Tinjauan Pustaka
A. Pengukuran
Untuk mencapai suatu tujuan tertentu, di dalam fisika,kita biasanya melakukan pengamatan   yang   diikuti   dengan   pengukuran.   Pengamatan   suatu   gejala   secara   umum
tidaklah lengkap bila tidak dilengkapi dengan data kuantitatif yang didapat dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat mengukur apa yang
sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita menghetahui apa yang sedang kita bicarakan itu. Sedangkan arti dari pengukuran itu sendiri adalah
membandingkan  sesuatu  yang  sedang   diukur  dengan  besaran   sejenis  yang   ditetapkan sebagai satuan, misalnya bila kita mendapat data pengukuran panjang sebesar 5 meter,
artinya benda tersebut panjangnya 5 kali panjang mistar yang memiliki panjang 1 meter. Dalam   hal   ini,   angka   5   menunjukkan   nilai   dari   besaran   panjang,   sedangkan   meter
menyatakan besaran dari satuan panjang. Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur memiliki satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut
besaran. Panjang, massa dan waktu termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Akan tetapi kebaikan dan kejujuran misalnya.
Tidak dapat kita ukur dan tidak dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Tapi walaupun demikian, tidak semua besaran fisika selalu mempunyai  satuan. Beberapa besaran fisika
ada yang tidak memiliki satuan. Antara lain adalah indek bias, koefisien gesekan, dan massa jenis relative.
B. Pengukuran Panjang Benda
 Dengan Menggunakan Mistar
Untuk mengukur panjang suatu benda, dalam kehidupan sehari-hari kita lumrah menggunakan   mistar   atau   penggaris.   Terdapat   beberapa   jenis   mistar   sesuai   dengan
skalanya. Ada mistar yang skala terkecilnya mm mistar milimeter dan ada mistar yang skala   terkecilnya   cm   mistar   centimeter.   Mistar   yang   sering   kita   gunakan   biasanya
adalah   mistar   milimeter.   Dengan   kata   lain,   mistar   itu   mempunyai   skala   terkecil   1
milimeter dan mempunyai ketelitian  ½ skala terkecil yakni 0.05  cm..Ketika mengukur dengan menggunakan mistar, posisi mata hendaknya diperhatikan dan berada di tempat
yang tepat, yaitu terletak pada garis yang tegak lurus mistar. Garis ini ditarik dari titik yang diukur. Jika sampai mata berada diluar garis tersebut, panjang benda yang terbaca
bisa menjadi salah. Bisa saja benda akan terbaca lebih besar atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Akibat dari hal ini adalah terjadinya kesalahan dalam pengukuran yang
biasa disebut kesalahan paralaks 
Dengan Menggunakan Jangka Sorong Untuk   melakukan   pengukuran   yang   mempunyai   ketelitian   0,1   mm   diperlukan
jangka sorong. Jangka sorong mempunyai fungsi-fungsi pengukuran, yaitu: Pengukuran panjang bagian luar benda. Pengukuran panjang rongga bagian dalam benda. Pengukuran
kedalaman lubang dalam benda. Jangka sorong sendiri mempunyai bagian-bagian sebagai berikut: Rahang yang tetap biasa disebut rahang tetap, memiliki skala panjang yang
disebut   skala   utama.Rahang   yang   dapat   digeser-geser   disebut   rahang   geser,   yang memiliki skala pendek yang disebut nonius atau vernier. Rahang tetap terdapat skala-
skala  utama  dalam  satuan  cm  dan mm.  Sedangkan  pada  rahang  geser terdapat  skala pendek   yang   terbagi   menjadi   10   bagian   yang   sama   besar.   Skala   inilah   yang   disebut
sebagai nonius atau vernier. Panjang 10 skala nonius itu adalah 9 mm, sehingga panjang 1 skala nonius adalah 0,9 mm. Jadi selisih antara skala nonius dan skala utama adalah 0,1
mm.atau 0,01 cm. Sehingga didapat ketelitian jangka sorong adalah 0,05 mm atau 0.005 cm. Contoh pengukuran dari jangka sorong adalah sebagai berikut. Bila diukur sebuah
benda didapat hasil bahwa skala pada jangka sorong terletak antara skala 5,2 cm dan 5,3 cm. Sedangkan skala nonius yang keempat berimpit dengan salah satu skala utama. Mulai
dari skala keempat ini ini kekiri, selisih antara skala utama dan skala nonius bertambah 0,1 mm atau 0,01 cm setiap melewati satu skala. Karena terdapat 4 skala, maka selisih
antara skala utama dan skala nonius adalah 0,4 mm atau 0,04 cm. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan kalau panjang benda yang diukur tersebut adalah 5,2 cm+0,04
cm=5,24 cm. 
Dengan Menggunakan Mikrometer Sekrup Untuk megukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian 0,01 mm atau
0,001 cm digunakan alat bernama mikrometer sekrup. Bagian utama dari mikrometer sekrup adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar yang disebut
bidal. Pada ujung silinder pemutar ini terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian yang   sama.   Jika   bidal   digerakan   satu   putaran   penuh,   maka   poros   akan   maju   atau
mundur sejauh 0,5 mm. Karena silinder pemutar mempunyai 50 skala disekelilingnya, maka kalau silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan bergeser sebesar 0,5 mm50
= 0,01 mm atau 0,001 cm. Sehingga diperoleh ketelitian micrometer sekrup yakni 0.0005 cm.
C. Sistem Internasional