Wanprestasi dalam Perjanjian Sewa Menyewa

Kedua belah pihak dalam melakukan perjanjian sewa menyewa maka tidaklah terlepas dari hak dan kewajiban yang harus dilakukan atau dipenuhi oleh kedua belah pihak. Karena keterikatan pihak-pihak di dalam perjanjian sewa menyewa maka timbul suatu tanggung jawab untuk memenuhi transaksi yang disepakati. Kewajiban memberikan kenikmatan tenteram kepada penyewa dimaksudkan sebagai kewajiban pihak yang menyewakan untuk menanggulangi atau menangkis tuntutan-tuntutan hukum dari pihak ketiga yang misalnya membantah hak si penyewa untuk memakai tanah yang disewanya. Kewajiban tersebut tidak meliputi pengamanan terhadap gangguan-ganguan fisik. Hal-hal yang diuraikan di atas adalah merupakan kewajiban dari pihak yang menyewakan yang merupakan hak-hak yang dapat dinikmati oleh si penyewa.

C. Wanprestasi dalam Perjanjian Sewa Menyewa

Undang Undang menentukan bahwa perjanjian yang sah berkekuatan sebagai Undang Undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali, selain kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh Undang Undang dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan- persetujan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Istilah “semua” pembentuk undang undang menunjukan bahwa perjanjian yang dimaksud bukanlah semata-mata perjanjian bernama. Di dalam istilah “semua” itu, menunjukan bahwa setiap orang diberi kesempatan untuk menyatakan keinginannya will, yang rasanya baik untuk menciptakan perjanjian asas ini sangat erat hubungannya dengan asas kebebasan mengadakan perjanjian. 30 1. Isi perjanjian Istilah secara sah pembentuk Undang Undang hendak menunjukan bahwa pembuatan perjanjian harus menurut hukum. Semua persetujuan yang dibuat menurut hukum atau secara sah adalah mengikat. Pengertian secara sah disini ialah bahwa perbuatan perjanjian harus mengikuti apa yang ditentukan oleh pasal 1320 KUHPerdata. Berdasarkan Pasal 1329 dan Pasal 1327 KUHPerdata, dapat disimpulkan bahwa isi perjanjian terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut: 2. Kepatutan 3. Kebiasaan. Isi perjanjian adalah apa yang dinyatakan secara tegas oleh kedua belah pihak di dalam perjanjian itu. Kepatutan ialah ulangan dari kepatuhan yang terdapat dalam Pasal 1338 KUHPerdata. Kebiasaan adalah yang diatur dalam Pasal 1339 KUHPerdata berlainan dengan yang terdapat dalam Pasal 1347 KUHPerdata. Kebiasaan yang tersebut dalam Pasal 1339 KUHPerdata bersifat umum, sedangkan yang disebutkan Pasal 1427 KUHPerdata ialah kebiasaan yang hidup ditengah masyarakat khusus bestending gebruikelijk beding, 31 30 Munir Fuady. Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis. PT. Citrar Aditya Bhakti, Bandung, 2001, hal.18. 31 Salim HS. Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hal.24 misalnya pedagang. Hal yang dimaksud dengan undang undang di atas adalah undang undang pelengkap, undang undang yang bersifat memaksa tidak dapat dilanggar para pihak. Urutan isi perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1339 KUHPerdata, mengenai keputusan peradilan mengalami perubahan sehingga urutan dari elemen isi perjanjian menjdai sebagai berikut: 1. Isi perjanjian 2. Undang Undang 3. Kebiasaan. 4. Kepatuhan. 32 Hal ini didasarkan pada Pasal 3 A.B algemene bepaligen yang menentukan bahwa kebiasaan hanya diakui sebagai sumber hukum jika ditunjuk oleh undang undang. Perjanjian yang dibuat secara sah, yaitu memenuhi syarat subyektif dan obyektif seperti yang disebutkan dalam pasal 1338 KUHPerdata, maka: 1. Perjanjian itu berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 2. Perjanjian itu mengikat para pihak sebagaimana Undang-undang. 3. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan para pihak. 33 Para pihak yang melanggar perjanjian atau wanprestasi, maka berakibat: 1. Membayar ganti rugi Pasal 1243 KUHPerdata. 2. Perjanjian dapat diputuskan Pasal 1226 KUHPerdata. 3. Menanggung beban resiko Pasal 1237 ayat 2 KUHPerdata. 4. Membayar perkara jika diperkarakan dimuka Hakim Pasal 1281 ayat 1 KUHPerdata. 34 32 Ibid, hal.25 33 J. Satrio, Op.Cit, hal.56 34 Ibid Itikad baik dalam Pasal 1338 ayat 3 Kitab Undang Undang Hukum Perdata merupakan ukuran objektif untuk menilai pelaksanaan perjanjian, artinya pelaksanaan perjanjian harus berjalan di atas rel yang benar, yaitu harus mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Itikad baik sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 ayat 3 Kitab Undang Undang Hukum Perdata mengandung dua makna yaitu: reasonable sesuai akal sehat dan just, patut serta adil. 35 M. Yahya Harahap menyebutkan wanprestsi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Prinsipnya hubungan sewa menyewa ditimbulkan oleh adanya persetujuan yang tegas antara pihak pemilik dan penyewa, namun demikian apabila seorang beritikad baik telah menghuni secara terus menerus selama 5 tahun atau lebih, tanpa adanya gangguan dari pihak yang berhak, maka penghuninya dianggap telah mendapat persetujuan dari pemilik. 36 35 Zulfirman. Kebebasan Berkontrak Versus Hak Asasi Manusia Analisis Yuridis Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. USU Pres, Medan, 2003, hal.102. 36 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal.60 Kata “Tidak tepat pada waktunya dan kata tidak layak” apabila dihubungkan dengak kewajiban merupakan perbuatan melanggar hukum. Pihak debitur sebagian atau secara keseluruhannya tidak menempati ataupun berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati bersama. Debitur itu bersalah melakukan wanprestasi perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana dikatakan sengaja lalai tidak memenuhi prestasi. Ada tiga keadaan yaitu: 1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali, artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah disanggupinya untuk dipenuhi dalam suatu perjanjian, atau tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan undang- undang dalam perikatan yang timbul karena undang-undang. 2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru. Di sini debitur melaksanakan atau memenuhi apa yang diperjanjikan atau apa yang ditentukan oleh undang-undang tetapi tidak sebagaimana mestinya menurut kualitas yang ditentukan dalam perjanjian atau menurut kualitas yang ditetapkan undang-undang. 3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya. Di sini debitur memenuhi prestasi tetapi terlambat. Waktu yang ditetapkan dalam perjanjian tidak dipenuhi. 37 Debitur yang oleh pihak kreditur dituduh lalai, dapat mengajukan pembelaan diri atas tuduhan tersebut. Adapun pembelaan debitur yang dituduh dapat didasarkan atas tiga alasan yaitu: 1. Mengajukan tuntutan adanya keadaan yang memaksa. 2. Mengajukan bahwa si kreditur sendiri juga wanprestasi. 3. Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi. 38 Pihak kreditur melepaskan haknya atas tuntutannya kepada pihak debitur adalah bahwa pihak kreditur telah mengetahui bahwa ketika pihak debitur mengembalikan tanah yang diperjanjikan, pihak kreditur telah mengetahui bahwa waktu pengembalian tanah sudah terlambat selama seminggu. Akan tetapi atas keterlambatan tersebut pihak kreditur tidak mengajukan keberatan ataupun sanksi maka terhadap debitur yang terlambat mengembalikan tanah , dapat diartikan bahwa pihak kreditur telah melepaskan haknya untuk pihak debitur yang telah nyata wanprestasi. 37 Abdulkadir Muhammad. Op.Cit. hal. 20-21 38 Ibid, hal.22.

D. Berakhirnya Perjanjian Sewa Menyewa