dengan cara identifikasi isi. Alat pengumpulan data dengan mengindentifikasi isi dari data sekunder diperoleh dengan cara membaca, mengkaji, dan mempelajari
bahan pustaka baik berupa peraturan perundang-undangan, artikel dari internet, makalah seminar nasional, jurnal, dokumen, dan data-data lain yang mempunyai
kaitan dengan data penelitian ini.
4. Analisis Data.
Data yang dikumpulkan dapat dipertanggungjawabkan dan dapat menghasilkan jawaban yang tepat dari suatu permasalahan, maka perlu suatu
teknik analisa data yang tepat. Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan.
8
F. Keaslian Penulisan
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan pola pikirlogika induktif, yaitu pola pikir untuk menarik
kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Pada dasarnya pengolahan dan analisis data bergantung pada jenis
datanya. Pada penelitian hukum berjenis normatif, maka dalam mengolah dan menganalisis bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier tidak dapat lepas dari berbagai penafsiran hukum yang dikenal dalam ilmu hukum.
Skripsi ini berjudul “Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Milik PT. Kereta Api Indonesia Dengan Masyarakat Studi Kasus Desa Batang Kuis Kabupaten
Deli Serdang”. Di dalam penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan perjanjian sewa menyewa tanah milik PT.
8
Ibid, hal.18
Kereta Api Indonesia dengan masyarakat, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak maupun elektronik dan disamping itu juga
diadakan penelitian. Dan sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Apabila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini penulis buat, maka
hal itu menjadi tanggung jawab penulis sendiri.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan tersebut secara keseluruhan dapat diuraikan, yaitu :
Bab I : Pendahuluan, yang menjadi sub bab terdiri dari, yaitu Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode
Penelitian, Keaslian Penelitian, Sistematika Penulisan Bab II : Tinjauan Umum Tentang Perjanjian meliputi : Pengertian
Perjanjian, Unsur-Unsur Perjanjian, Syarat-Syarat Perjanjian, Asas-Asas Dalam Perjanjian.
Bab III Tinjauan Tentang Perjanjian Sewa Menyewa meliputi : Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Sewa Menyewa, Isi Perjanjian Sewa Menyewa,
Wanprestasi dalam Perjanjian Sewa Menyewa, Berakhirnya Perjanjian Sewa Menyewa.
BAB IV Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Milik PT. Kereta Api Indonesia Dengan Masyarakat meliputi : Bentuk Perjanjian Sewa Menyewa
Antara PT. Kereta Api Persero Dengan Masyarakat Penggarap, Akibat Hukum Jika Dalam Perjanjian Tersebut Para Pihak Melakukan Perbuatan Wanprestasi,
Akibat Hukum PT. Kereta Api Persero Memutuskan Perjanjian Secara Sepihak.
BAB V Kesimpulan dan Saran.
BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA
A. Pengertian Perjanjian
Dalam Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih”.
9
Menurut R. Subekti, “Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu”.
Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan istilah perjanjian tetapi memakai kata persetujuan. Yang menjadi masalah adalah
apakah kedua kata tersebut yaitu perjanjian dan persetujuan memiliki arti yang sama.
10
a Hanya menyangkut sepihak saja
Dapat dikatakan bahwa dua perkataan perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya.
Dari kedua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa perjanjian sama pengertiannya dengan persetujuan. Oleh karena itu, persetujuan dalam Pasal 1313 KUH Perdata
dapat dibaca dengan perjanjian. Menurut para sarjana, antara lain Abdul Kadir Muhammad bahwa rumusan
perjanjian dalam KUH Perdata itu kurang memuaskan, karena mengandung beberapa kelemahannya yaitu.
Hal ini diketahui dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Kata kerja “mengikatkan”
sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak.
9
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio., Terjemahan KUH.Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hal.306.
10
R. Surbekti, Aneka Perjanjian. Alumni, Bandung, 2002, hal. 1