didasarkan pada Fatwa DSN MUI No. 59DSN-MUIV2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi.
3. Pembiayaan Bagi Hasil
Bentuk instrumen pembiayaan ini menekankan pada aspek-aspek bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dibiayai, oleh karena itu
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bentuk pembiayaan ini adalah kewenangan bertindak pihak yang mewakili PPU, objek usaha serta jaminan atas pemberian
bantuan dana. Syarat pembiayaan bagi hasil dapat dilakukan terhadap semua bentuk badan usaha. Dalam syariah, jenis pembiayaan bagi hasil profit and loss
sharing dapat dilakukan dengan akad musyarakah atau mudharabah.
7. Pola Pembiayaan Modal Ventura
Pola pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan modal ventura antara lain:
a Pembiayaan langsung yaitu PMV membiayai langsung PPU yang sudahakan
berbentuk badan hukum. PMV dapat berperan aktif dengan menempatkan wakilnya sebagai anggota direksi maupun komisaris dalam perusahaan
tersbut. Pola pembiayaan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mendirikan perusahaan baru dengan pemegang saham PMV dab
penemupenggagas ide atau PMV ikut menjadi pemegang saham PPU yang sudah ada dengan mengambil porsi modal yang masih dalam portofolio
dengan komposisi jumlah modal disetor ditentukan di awal kontrak.
b Pembiayaan langsung dengan franchise, pola pembiayaan ini hampir sama
dengan pola pembiayaan langsung. Bedanya adalah dalam hal pengawas yang dilakukan oleh PMV ataupun jasa profesional dapat dialihkan kepada
franchisor. Dalam pola ini PMV lebih berfungsi sebagai penyedia danamodal kepada PPU. Untuk itu biasanya franchisor aka nmendapatkan fee dari PPU.
c Inti-Plasma, yaitu pola dimana perusahaan inti membina beberapa perusahaan
plasma dalam suatu wadah usaha. Setiap perusahaan plasma harus mendukung usaha perusahaan inti. Dengan cara ini diharapkan terjadi kesinambungan
yang saling menguntungkan antara inti dan plasma. d
Pola Payung, yaitu bentuk pembiayaan yang diberikan kepada suatu perusahaan yang dimiliki oleh beberapa orang. Perusahaan dengan pola ini
berfungsi sebagai trading house bagi perusahaan para pemiliknya dan biasanya dikelola oleh tenaga profesional yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan pemilik perusahaan sehingga independensi dapat terjaga dengan baik.
e Kemitraan, yaitu pola ini melibatkan perusahaan besar yang akan membeli
produk barang dan jasa yang dihasilkan dari perusahaan mitra binaan. Pola ini didahului dengan kerja sama antar perusahaan besar dengan PMV dan
selanjutnya PMV melakukan pembiayaan kepada PPU ataupun sebaliknya.
B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah
1. Pengertian
Di Indonesia, perhatian tehadap usaha kecil mulai muncul pada saat Presiden Soeharto mencanangkan Gerakan Kemitraan Usaha Nasional pada 15
Mei 1996. Presiden Soeharto mengatakan bahwa kemitraan usaha jangan sampai menimbulkan beban yang memberatkan rakyat sebab tujuan kemitraan
membatasi konsentrasi kekuatan ekonomi yang akan berdampak pada kesenjangan usaha.
Di Indonesia dikenal dua definisi mengenai UMKM. Pertama, definisi UMKM menurut Undang-Undang UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah yang pengertiannya diklasifikasikan dalam tiga kriteria, yakni Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah. Pengertian
UMKM tidak hanya mencakup industri pengolahan saja namun juga mencakup sektor usaha lain, misalnya perdagangan, konstruksi, pengangkutan, pertanian,
jasa, dan lainnya.
33
Pengertian dan kriteria dari masing-masing klasifikasi usaha menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
yakni sebagai berikut: 1
Usaha Mikro Usaha mikro adalah sebuah usaha produktif milik orang perorangan
danatau badan usaha perorangan. Kriteria usaha mikro sebagai berikut:
33
Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Pembangunan: Masalah, Kebijakan, dan Politik, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010,h. 185.