Pendidikan Kewarganegaraan SD Kelas VI
89 4. Kerja sama ASEAN
Gambar 3.13 Penandatanganan Deklarasi Bangkok
a. Pembentukan ASEAN
Perang dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur juga mempengaruhi kawasan Asian Tenggara. Pembentukan blok-blok
atau organisasi kerja sama antarnegara dalam kawasan ini terutama dalam bidang pertahanan dan keamanan mempertegas hal ini. Pada
tanggal 8 September 1958, Australia, Perancis, Inggris, Selandia Baru, Pakistan, Filipina, Thailand, dan Amerika Serikat mendirikan
Pakta Pertahanan Asia Tenggara SEATO. SEATO dibentuk untuk menjalin kerja sama dalam bidang pertahanan dan bertujuan untuk
membendung pengaruh komunis di kawasan Asia Tenggara. Pada tahun 1961, dengan dukungan dari Thailand dan Filipina,
Malaysia membentuk Perhimpunan Asia tenggara ASA. ASA bertujuan untuk menjalin kerja sama dalam bidang ekonomi dan
kebudayaan. Tuanku Abdul Rahman, pemimpin Malaysia pada saat itu, menginginkan negara lain dalam kawasan Asia Tenggara,
termasuk Indonesia, untuk bergabung. Namun Indonesia di bawah kepemimpinan Soekarno menolak untuk bergabung. Indonesia
bahkan mencurigai bahwa organisasi tersebut merupakan perpanjangan tangan atau melayani kepentingan negara-negara
Barat. ASA tidak berjalan mulus karena terjadi perseteruan di antara
mereka. Pada tahun 1962, Filipina mengklaim bahwa Sabah negara bagian Malaysia merupakan bagian dari Filipina. Pada tahun 1963,
organisasi lain dikenal sebagai Maphilindo dibentuk. Maphilindo terdiri dari Malaysia, Filipina dan Indonesia. Namun, organisasi ini
tidak bertahan lama setelah Indonesia menghidupkan konfrontasi dengan Malaysia.
w w
w .aseansec.or
g
Bab III ~ Peran Indonesia di Asia Tenggara
90
Pada bulan Maret tahun 1966, muncul ide untuk menghidupkan kembali ASA. Namun, Indonesia tetap menolak
untuk bergabung. Setelah pemerintah Indonesia dipegang oleh Presiden Soeharto, Indonesia kembali menjalin hubungan dengan
Malaysia dan singapura. Hubungan Indonesia juga meluas dengan negara-negara lain di kawasan Asia tenggara.
Pada tanggal 8 agustus 1967, lima menteri luar negeri dari Indonesia, Thailand, singapura, Filipina, dan Malaysia bertemu di
Bangkok. Pertemuan tersebut kemudian menghasilkan kesepakatan berupa pendirian Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara
ASEAN. Berdirinya ASEAN ditandai dengan penandatanganan Deklarasi Bangkok oleh kelima delegasi dari masing-masing negara.
Kelima orang tersebut antara lain:
1. Adam Malik, menteri luar negeri Indonesia;
2. Tuanku Abdul Razak, menteri luar negeri Malaysia;
3. Thanat Khoman, menteri luar negeri Thailand;
4. Narcisco Ramos, menteri luar negeri Filipina;
5. Rajaratnam, menteri luar negeri Singapura.
b. Deklarasi Bangkok
1 mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan
perkembangan kebudayaan di kawasan asia Tenggara; 2
meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional; 3
meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik,
ilmu pengetahuan, dan administrasi; 4
memelihara kerja sama yang erat di tengah-tengah organisasi regional dan internasional yang ada.
5 meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan,
latihan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara.
c. Sifat Keanggotaan ASEAN
Sifat keanggotaan ASEAN adalah terbuka bagi semua negara di kawasan Asia Tenggara. Keikutsertaan suatu negara ditandai
dengan kesepakatan terhadap asas-asas dan tujuan ASEAN. Seajak tanggal 7 Januari 1984, atas persetujuan kelima anggota ASEAN,
Brunai Darussalam masuk sebagai anggota baru yang keenam dalam ASEAN.
Pada tanggal 28 Juli 1995, Vietnam resmi disetujui sebagai anggota ASEAN yang ketujuh. Laos dan Myanmar masuk sebagai
anggota ASEAN yang kedelapan dan kesembilan pada tanggal 23 juli 1997. Kemudian pada tanggal 16 Desember 1998, Kamboja
masuk menjadi anggota ASEAN yang kesepuluh.