Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Terasi pada UD. Sumber Nelayan Tanjung Balai

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 REGULER MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI TERASI PADA UD. SUMBER NELAYAN TANJUNG BALAI

Oleh:

NAMA : LIU LIANI

NIM : 060503063

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul, “ Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Terasi pada UD. Sumber Nelayan Tanjung Balai” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah di muat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah di nyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 22 Pebruari 2010 Yang membuat pernyataan

Liu Liani


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karuniaNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan maupun dalam isi skripsi ini. Untuk itu dengan senang hati penulis akan menerima segala kritik dan saran dari pembaca.

Bantuan dan dukungan moril telah banyak diterima penulis dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku sekretaris Departemen Program Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak., selaku dosen pembimbing yang

telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, MAcc dam Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak., selaku dosen penguji / pembanding yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan kritikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Kedua orang tua penulis ( Indra dan Rosmawaty) yang telah memberikan dukungan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai semuanya.

Medan, 22 Pebruari 2010 Penulis,

Liu Liani

NIM. 060503063


(5)

ABSTRAK

UD. Sumber Nelayan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pangan, produknya berupa terasi. Bahan baku terasi adalah udang rebon dan garam. Proses produksi dilakukan dengan beberapa tahapan di setiap departemen. Pabrik dan kantor pusat penjualan terasi beralamat di Desa Hesa Air Genting, Kecamatan Air Batu, Tanjung Balai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perhitungan harga pokok produksi telah sesuai dengan teori-teori sehingga harga pokok produksi yang dihasilkan akurat.

Dalam melaksanankan penelitian, penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, dan studi literatur. Analisis data yang digunakan adalah metode analisa deskriptif yaitu metode yang mengananlisa dan menginterpretasikan data sehingga mmeberikan informasi serta gambaran yang lengkap sehubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam analisa ini mengumpulkan fakta dan menguraikan secara menyeluruh dan teliti dengan persoalan yang akan dipecahkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi masih belum sesuai dengan prinsip akuntansi biaya. Hal ini disebabkan adanya penggolongan biaya yang belum tepat, metode akumulasi biaya yang belum tepat dengan menjumlahkan keseluruhan biaya dengan system global produksi per bulan dan juga keterbatasan perusahaan yang membuat perhitungan menjadi tidak akurat.


(6)

ABSTRACT

UD. Sumber Nelayan is a company which specializes in the food industry, its product is shrimp paste. The raw material of shrimp paste are tiny shrimp and salt. The production process is done by several steps in every department. The factory and the sales office is located at Desa Hesa Air Genting, Kecamatan Air Batu, Tanjung Balai. The purpose of this research is to know whether the calculation of the production cost has appropriate on the theory so that the production cost result can accurate.

In doing this research, the writer gather the information by using the observation technique, interview, and study literature. The data analysis using the descriptive method which means the method of analyzing and interpreting the data in order to give information and description on detail related to the problem.

The result of this research shows that this company method of calculating the production cost has not appropriate to the cost accounting principle. This matter is because there is a wrong classification of cost, the method of accumulating the cost is still inappropriate by summing the total cost with global system per month and also the company limatiation which made the calculation become inaccurate.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN...i

KATA PENGANTAR………..………..…….…...ii

ABSTRAK……….………….……...……...…………....iv

DAFTAR ISI………..………….………..……...vi

DAFTAR LAMPIRIAN……….………...viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………...……….1

B. Perumusan Masalah………...………2

C. Tujuan Penelitian………...………3

D. Manfaat Penelitian………..……….…………..3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis……….4

1. Pengertian dan Penggolongan Biaya………...….4

2. Pengertian Harga Pokok Produksi………...……8

3. Unsur-unsur Harga Pokok Produksi…...………..9

4. Sistem Biaya Produksi………...……….15

5. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi………….17

6. Metode Akumulasi Biaya Produksi…………...…….21

7. Tujuan dan Manfaat Penentuan Harga Pokok Produksi……….33


(8)

B. Kerangka Konseptual………..………35

BAB III : METODE PENELITIAN A. Metode Analisis Data……….37

B. Jenis Data………...………...….………37

C. Teknik Pengumpulan Data………...……….37

D. Lokasi Penelitian………...……38

E. Jadwal Penelitian………...………....…38

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Sejarah Singkat Pendirian Perusahaan...39

B. Struktur Organisasi...41

C. Kegiatan Operasi Perusahaan...46

D. Unsur-unsur Harga Pokok...49

E. Alokasi Biaya Produksi...50

F. Perhitungan Harga Pokok Produksi...52

G. Laporan Biaya Produksi...56

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...57

B. Saran...58


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Struktur Organisasi 61

Lampiran ii Daftar Beban Gaji UD. Sumber Nelayan 62 Lampiran iii Biaya-biaya umum Tanjung Balai 63 Lampiran iv Biaya-biaya umum wilayah Jakarta 64


(10)

ABSTRAK

UD. Sumber Nelayan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pangan, produknya berupa terasi. Bahan baku terasi adalah udang rebon dan garam. Proses produksi dilakukan dengan beberapa tahapan di setiap departemen. Pabrik dan kantor pusat penjualan terasi beralamat di Desa Hesa Air Genting, Kecamatan Air Batu, Tanjung Balai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perhitungan harga pokok produksi telah sesuai dengan teori-teori sehingga harga pokok produksi yang dihasilkan akurat.

Dalam melaksanankan penelitian, penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, dan studi literatur. Analisis data yang digunakan adalah metode analisa deskriptif yaitu metode yang mengananlisa dan menginterpretasikan data sehingga mmeberikan informasi serta gambaran yang lengkap sehubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam analisa ini mengumpulkan fakta dan menguraikan secara menyeluruh dan teliti dengan persoalan yang akan dipecahkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi masih belum sesuai dengan prinsip akuntansi biaya. Hal ini disebabkan adanya penggolongan biaya yang belum tepat, metode akumulasi biaya yang belum tepat dengan menjumlahkan keseluruhan biaya dengan system global produksi per bulan dan juga keterbatasan perusahaan yang membuat perhitungan menjadi tidak akurat.


(11)

ABSTRACT

UD. Sumber Nelayan is a company which specializes in the food industry, its product is shrimp paste. The raw material of shrimp paste are tiny shrimp and salt. The production process is done by several steps in every department. The factory and the sales office is located at Desa Hesa Air Genting, Kecamatan Air Batu, Tanjung Balai. The purpose of this research is to know whether the calculation of the production cost has appropriate on the theory so that the production cost result can accurate.

In doing this research, the writer gather the information by using the observation technique, interview, and study literature. The data analysis using the descriptive method which means the method of analyzing and interpreting the data in order to give information and description on detail related to the problem.

The result of this research shows that this company method of calculating the production cost has not appropriate to the cost accounting principle. This matter is because there is a wrong classification of cost, the method of accumulating the cost is still inappropriate by summing the total cost with global system per month and also the company limatiation which made the calculation become inaccurate.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perhitungan harga pokok produksi sangat penting bagi setiap perusahaan manufaktur. Harga pokok produksi merupakan dasar dalam penentuan laba perusahaan dan juga sebagai pedoman dalam menentukan harga jual produk. Oleh karena pentingnya perhitungan harga pokok produksi ini, maka setiap perusahaan diharapkan dapat menghitung harga pokok produksi secara akurat berdasarkan prosedur akuntansi yang semestinya.

UD. Sumber Nelayan merupakan perusahaan yang industri pangan yang memproduksi terasi. Bahan bakunya berupa udang rebon dan garam yang diperoleh dari nelayan setempat yang merupakan hasil laut. Proses produksinya menggunakan tenaga manusia dan mesin. Lokasi pabrik pengolahan terasi terletak di Desa Hesa Air Genting, Kecamatan Air Batu, Tanjung Balai.

Akuntansi biaya dalam perhitungan harga pokok produksi berperan menetapkan, menganalisa dan melaporkan pos-pos biaya yang mendukung laporan keuangan sehingga dapat menunjukkan data yang wajar. Akuntansi biaya menyediakan data-data biaya untuk berbagai tujuan maka biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan harus digolongkan dan dicatat dengan sebenarnya, sehingga memungkinkan perhitungan harga pokok produksi secara teliti.

Adapun harga pokok produksi dihitung berdasarkan biaya apa saja yang dikeluarkan untuk memproses barang dari bahan mentah menjadi barang jadi.


(13)

Biaya yang dapat dimasukkan dalam harga pokok produksi suatu barang berupa biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan beban overhead pabrik. Biaya selain ketiga biaya ini dimasukkan dalam biaya non produksi yang berhubungan dengan biaya operasional yang bukan merupakan unsur biaya produksi.

Pada UD. Sumber Nelayan, perhitungan harga pokok produksi adalah berdasarkan catatan historical perusahaan, sehingga ditemukan bahwa ada sebagian dari biaya nonproduksi dimasukkan dalam biaya produksi. Biaya produksi yang terlalu tinggi akan mempengaruhi harga pokok produksi. Harga pokok produksi yang tidak akurat dapat menyebabkan ketidaksesuaian dalam memberikan informasi keuangan bagi perusahaan, baik dalam hal penentuan laba maupun penetapan harga jual.Dengan adanya masalah seperti yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan oleh karena itu peneliti memilih judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Terasi pada UD. Sumber Nelayan, Tanjung Balai”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti pada UD. SUMBER NELAYAN Tanjung Balai, maka dapat dirumuskan masalah, “ Apakah Perhitungan Harga Pokok Produksi Terasi telah sesuai dengan prosedur Akuntansi Biaya?”


(14)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perhitungan harga pokok produksi telah sesuai dengan teori-teori sehingga harga pokok produksi yang dihasilkan akurat.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri, pihak perusahaan, dan pihak yang melakukan penelitian dengan judul yang sama.

Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang masalah perhitunngan harga pokok produksi.

Bagi pihak perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau masukkan tentang perhitungan harga pokok produksi. • Bagi pihak yang melakukan penelitian dengan judul yang sama, hasil

penelitian ini dapat di jadikan bahan pembanding sekaligus referensi bagi penelitiannya.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian dan Penggolongan Biaya

Pada dasarnya perhitungan harga produksi adalah berdasarkan biaya- biaya apa saja yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut, oleh karena itu perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu biaya dan bagaimana penggolongannya.

a. Pengertian Biaya

Pengertian biaya secara umum menurut Marcell dan Kuepper (1991 : 6 ) , yaitu: 1) banyaknya barang-barang yang dipakai,

2) keterkaitan pemakaian barang-barang untuk mencapai hasil tertentu, 3) penilaian barang-barang yang dipakai untuk mencapai hasil tertentu. Dengan demikian dapat definisikan bahwa biaya adalah pemakainan barang-barang yang dinilai untuk mencapai hasil (output) tertentu.

Menurut Usry dan Hammer ( 2004 : 29 ), “ biaya merupakan suatu nilai tukar prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat”. Pengorbanan yang dimaksudkan dapat berupa pengeluaran kas maupun modal. Biaya menurut Bustami dan Nurlela (2009 : 7 ) yaitu “ pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”. Biaya ini belum habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan dalam neraca.


(16)

Menurut Harnanto (1991 :23), biaya adalah “ sejumlah uang yang dinyatakan dari sumber-sumber ekonomi yang dikorbankan (terjadi atau akan terjadi) untuk mendapatkan sesuatu atau untuk mencapai tujuan tertentu”. Berdasarkan pengertian yang diberikan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan untuk memperoleh sebuah hasil.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang menyamakan pengertian biaya dengan beban. Namun dalam akuntansi dibedakan antara pengertian biaya dan beban. Setiap beban adalah biaya, tapi tidak setiap biaya adalah beban. Berikut diberikan definisi beban. Definisi beban menurut Bustami dan Nurlela (2009 : 8), “beban adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Biaya yang belum dinikmati yang dapat memberikan manfaat dimasa akan datang dikelompokkan sebagai harta. Biaya ini dimasukkan kedalam Laporan Laba-Rugi, sebagai pengurangan dari pendapatan”. Carter dan Usry (2006 : 30) mendefinisikan beban sebagai, “ aliran keluar terukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba”.

Dari uraian diatas tampak perbedaan antara biaya dan beban. Biaya ( cost) ditunjukkan untuk memperoleh barang dan jasa, serta masih memberikan manfaat diwaktu mendatang dan merupakan asset dalam neraca. Sedangkan beban (expense ) adalah biaya yang tealh habis manfaatnya dan akan dimasukkan sebagai beban kedalam perhitunga Laba-Rugi serta bertujuan untuk peenciptaan pendanaan.


(17)

b. Penggolongan Biaya

Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting.

Akuntansi biaya dalam hal pengelompokan biaya dikenal konsep “ Different cost for different purpose”, oleh karena hal ini maka biaya dikelempokkan berdasarkan tujuannya masing-masing. Garrison, Noreen, dan Brewer (2006 : 64) mengelompokkan biaya berdasarkan tujuannya seperti yang dirincikan.

1) Menyiapkan laporan keuangan eksternal. Untuk tujuan ini biaya dibagi lagi menjadi dua yaitu, biaya produk dan biaya periodic.Biaya produk mencakup semua biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk. Biaya-biaya ini terdiri atas bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.

2) Memprediksi perilaku biaya untuk merespon perubahan aktivitas. Dengan tujuan ini maka biaya dibagi lagi menjadi biaya tetap, biaya variabeldan biaya semi variabel.

3) Menentukan biaya ke objek biaya seperti departemen atau produk. Didalam perusahaan objek biaya dapat dihubungkan dengan produk yang dihasilkan, departemen, ataupun individu. Penggolongan biaya atas tujuan ini dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung.


(18)

4) Pembuatan Keputuasan. Biaya adalah bahan yang sangat penting dalam pembuatan keputusan. Untuk tujuan ini maka diperlukan pemahaman yang kuat mengenai konsep biaya differenisial ( differential cost ), biaya kesempatan (opportunity cost), dan biaya tertanam ( sunk cost). Biaya kualitas atau mutu adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjaga kualitas barang yang di produksi. Biaya kualitas dibagi empat yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan internal dan eksternal. a) Biaya pencegahan yaitu biaya yang berkaitan dengan aktivitas untuk

mengurangi jumlah produk atau jasa yang cacat.

b) Biaya penilaian disebut juga biaya inspeksi untuk mengidentifikasi produk cacat sebelum produk tersebut dikirimkan pada konsumen.

c) Biaya kegagalan internal diakibatkan oleh identifikasi cacat selama proses penilaian. Biaya ini meliputi sisa bahan, barang yang di tolak, pengerjaan ulang produk cacat, dan waktu yang terbuang karena masalah kualitas. d) Biaya kegagalan eksternal, biaya ini terjadi apabila produk cacat sampai

ketangan konsumen. Biaya ini meliputi garansi perbaikan dan penggantian, penarikan produk di pasar, dll.

Adapun klasifikasi biaya menurut carter dan usry (2006 : 40) didasarkan hubungan antara biaya dengan :

1) produk ( satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa), 2) volume produksi,

3) departemen, proses, pusat biaya, atau subdivisi lain dari manufaktur, 4) periode akuntansi,


(19)

5) suatu keputusan, tindakan atau evaluasi.

2. Pengertian Harga Pokok Produksi

Secara umum harga pokok produksi dapat diartikan sebagai seluruh biaya yang dikorbankan dalam proses produksi untuk mengelola bahan baku menjadi barang jadi. Adapun biaya-biaya tersebut meliputi biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Menurut Rayburn ( 1999: 31), “harga pokok produksi meliputi keseluruhan bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa”.

Menurut Samryn ,( 2001 : 27) “harga pokok produksi meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka pembelian atau pembuatan produk”.

Cara perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan manufaktur dapat diperlihatkan melalui table dibawah.


(20)

3. Unsur-unsur Harga Pokok Produksi

Ada tiga unsur biaya yang membentuk harga pokok produksi. a. Biaya Bahan Langsung (Direct Material Cost)

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)

c. Biaya Pabrik Tidak langsung (Factory Overhead Cost)

Biaya bahan baku langsung dan upah langsung digabungkan dalam kelompok biaya utama (prime cost). Upah langsung dan overhead pabrik digabung dalam kelompok biaya konversi, yang mencerminkan biaya pengubahan

Harga Pokok Produksi

Persediaan awal bahan baku xxx

Pembelian bahan baku xxx +

Bahan baku yang tersedia untuk dijual xxx

Persediaan akhir bahan baku xxx -

Pemakaian bahan baku xxx

Upah langsung xxx

Overhead pabrik xxx +

Total biaya produksi xxx

Persediaan awal barang dalm proses xxx +

Total barang dalam proses xxx

Persediaan akhir barang dalam proses xxx -


(21)

bahan baku langsung menjadi barang jadi. Berikut penjabaran unsur-unsur harga pokok produksi.

a. Biaya bahan langsung (direct material cost)

Bahan langsung atau bahan baku adalah semua bahan yang secara fisik langsung menjadi bagian utama dari barang jadi, dapat ditelusui pada produk dan jumlahnya material. Hal yang menjadi pertimbangan utama dalam mengelompokkan suatu bahan kedalam bahan langsung adalah kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi barang jadi. Bahan baku dapat diperoleh dengan membeli ataupun memproduksi sendiri, maka biaya bahan langsung merupakan semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku tersebut yang termasuk biaya angkut, biaya bongkar muat, biaya gudang, dan lain-lain. Bahan baku masuk pada perkiraan persediaan dalam perusahaan.

Ada 2 metode pencatatan persediaan dalam akuntansi yaitu: 1) Sistem periodik

Sistem periodik merupakan metode pencatatan yang tidak dapat menunjukkan jumlah persediaan akhir secara langsung di akhir periode akuntansi. Jumlah persediaan akhir dihitung langsung fisiknya digudang, sedangkan nilai persediaan yang terpakai di sesuaikan berdasarkan sisa barang di gudang pada akhir periode dengan metode perhitungan sbb :

Persediaan bahan baku awal xxx Pembelian bahan baku

Jumlah bahan baku yang tersedia untuk dipakai xxx xxx +


(22)

Persediaan bahan baku akhir Jumlah bahan baku yang terpakai

xxx - xxx

2) Sistem perpetual

Sistem ini melakukan pencatatan transaksi secara lengkap, setiap pemakaian bahan baku dan pembelian di catat dalam akun persediaan bahan baku tersebut. Dengan melihat catatan akun persediaan atau kartu persediaan maka dapat diketahui berapa jumlah bahan yang dibeli, digunakan, dan persediaan akhir bahan baku. Bentuk kartu persediaan yang digunakan pada metode perpetual sbb:

Tanggal Dibeli Dipakai Sisa

Kedua system diatas memiliki kebaikan dan kelamahan masing-masing. Sistem periodik merupakan metode pencatatan yang mudah untuk dilaksanakan, namun internal control dengan sitem tersebut akan lebih sulit. Begitu sebaliknya pada sistem perpetual.

Setelah diketahui jumlah unit pemakaian bahan baku untuk proses produksi, maka diperluakan konversi dari total jumlah unit tersebut menjadi nilai uang. Inilah yang merupakan perhitungan biaya bahan baku produksi. Ada beberapa metode yang di gunakan yaitu:


(23)

Menurut metode ini harga pokok bahan baku yang pertama dibeli juga harus pertama digunakan dalam proses produksi. Sedangkan harga pokok bahan baku yang dibeli lebih akhir merupakan nilai persediaan. Metode ini terutama dilakukan apabila terdapat bahan baku yang mudah kusut. Berdasarkan anggapan bahwa bahan baku yang pertama beli adalah bahan baku yang pertama dipakai maka persediaan bahan baku akhir akan berisi bahan yang diterima paling akhir sehingga bahan baku mengikuti harga sedang berlaku.

2) Metode LIFO ( Last in Fist Out)

Menurut metode ini, harga pokok bahan yang paling akhir dibeli dipakai sebagai harga pokok bahan yang digunakan dalam proses produksi.

3) Metode Rata-rata (Average Method)

Harga pokok yang digunakan dalam proses produksi merupakan harga rata-rata pembelian bahan baku yang masih tersedia digudang. Untuk menghitung rata-rata perunit bahan baku sangat tergantung pada sistem pencatatan yang digunakan dimana apabila yang dipakai adalah sistem priodikal maka disebut weightes average, tetapi apabila sistem perpetual maka disebut metode moving average.

4) Metode Identifikasi Khusus

Metode ini membebankan harga pokok produksi dengan memberi tanda khusus pada setiap kemasan bahan baku misalnya berupa kartu atau label yang berisi , informasi mengenai kuantitas yang dibeli, harga perunit dan kuantitas yang digunakan. Sehingga setiap pemakaian bahan yang


(24)

bersangkutan dapat ditentukan harga poko perunit dan totalnya, demikian pula sisa persediaan bahan tersebutpada akhir periode. Metode ini dinilai kurang praktis jika jenis bahan yang dimiliki relatif banyak.

b. Biaya tenaga kerja langsung ( direct labor cost)

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja berupa upah yang secara langsung terlibat dalam proses pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Menurut Harnanto ( 1992 :108 ), “biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang secara langsung melaksanakan kegiatan produksi barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, baik secara manual maupun dengan menggunakan mesin-mesin produksi.

Sutrisno ( 1999 : 65) menulis ada tiga dasar penentuan upah karyawan, yaitu: 1) Tariff berdasarkan jam kerja

Jika seorang pekerja diupah berdasarkan jam kerja, maka besarnya upah kotor yang akan dibayarkan kepada pekerja adalah sebesar jumlah jam kerja termasuk jam lembur dikalikan dengan tariff upah per jam kerja.

Upah kotor = Jumlah jam kerja x tariff / jam

2) Tarif berdasarkan unit yang diproduksi

Apabila perusahaan menggunakan tariff berdasarkan unit produksi yang dihasilkan, maka upah kotor yang akan diterima oleh pekerja adalah sebesar unit produksi yang dihasilakan oleh masing-masing pekerja dikalikan dengan tarif upah perunit.


(25)

Upah kotor = unit dihasilkan x tariff per unit

3) Tarif berdasarkan insentif

Pada tarif ini, upah kotor akan dibayarkan sebesar upah standar ditambah dengan insentif tertentu. Insentif ini diberikan karena pekerja kurang mampu memproduksi melebihi jumlah standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

c. Biaya pabrik tidak langsung (factory overhead cost)

Overhead pabrik merupakan suatu biaya keseluruhan yang membantu jalannya proses produksi namun tidak mempunyai hubungan langsung dengan hasil produksinya, atau dengan kata lain bahwa biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Walaupun biaya overhead pabrik tidak mempunyai hubungan langsung pada produk yang dihasilkan, tetapi tetap diperlukan karena sebagian biaya overhead pabrik sering kali berubah-ubah dari waktu ke waktu, baik karena faktor musiman, perubahan kapasitas produk maupun sejenisnya. Pembebanan biaya overhead mengalami sedikit kerumitan mengingat biaya overhead jenisnya bervariasi dan sifatnya berbeda-beda. Untuk itu diberikan beberapa cara perhitungan beban overhead yang umum dalam perusahaan manufaktur, berikut perinciannya.

1) Berdasarkan taksiran jumlah unit yang diproduksi Tarif overhead per unit =

jumlah unit produksi Anggaran biaya overhead


(26)

Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis barang.

2) Berdasarkan taksiran biaya bahan langsung

% biaya overhead terhadap bahan baku = anggaran biaya overhead pabrik taksiran biaya bahan baku.

Semakin besar biaya bahan langsung yang dikeluarkan dalam pengolahan produk, maka semakin besar juga biaya overhead pabrik yang dibebankan kepadanya. Metode ini jarang dipakai karena tidak ada hubungan yang logis antara biaya bahan baku dan overhead.

3) Berdasarkan taksiran biaya upah langsung

% biaya overhead terhadap BTKL = anggaran biaya overhead pabrik

taksiran biaya tenaga kerja langsung

4) Berdasarkan taksiran jam kerja langsung Tarif overhead per jam kerja langsung =

taksiran jam kerja langsung Anggaran biaya overhead pabrik

5) Berdasarkan taksiran jam kerja mesin Tarif overhead per jam =

taksiran jam mesin

anggaran biaya overhead pabrik

4. Sistem Biaya Produksi

Menurut Bustami dan Nurlela ( 2009 : 39 ), “ Sistem biaya adalah organisasi dari formulir, catatan dan laporan yang terkoordinasi yang bertujuan


(27)

untuk melaksanakan kegiatan dan merupakan informasi biaya bagi manajemen”.Dalam akuntansi biaya system yang dapat digunakan untuk mengalokasikan dan membebankan biaya ke unit produksi dapat dikeleompokkan menjadi tiga system yaitu :

a. Sistem biaya sesungguhnya ( Historical costing)

Sistem ini disebut juga system biaya actual adalah suatu system dalam pembebanan haraga pokok produk atau pesanan atau jasa pada saat biaya tersebut sudah terjadi atau biaya yang sesungguhnya dinikmati. Penyajian hasil baru akan dilakukan apabila semua operasi sudah selesai pada periode akuntansi yang bersangkutan. Sistem ini biasanya digunakan pada metode harga pokok proses yang menggunakan pencataan persediaan produk jadi dengan metode periodic.

b. Sistem biaya ditentukan dimuka (Standard costing)

Sistem biaya ditentukan dimuka adalah suatu system dalam pembebanan harga pokok kepada produk atau pesanan atau jasa dihsilkan sebesar harga pokok yang ditentukan dimuka sebelum suatu produk atau jasa dikerjakan. Metode harga pokok standar ini biasanya digunakan pada perusahaan yang memproduksi secara masal dan menggunakan pencataan persedaiaan produk jadi dengan metode perpetual.

Pada akhir periode akuntansi, kedua sistem biaya ini dicatat dan kemuadian dibandingkan sehingga menyebabkan adanya varians antara biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya yang ditentukan dimuka. Varians yang


(28)

timbul disebut dengan varians lebih ( over applied ) dan varians kurang ( over applied ).

c.Sistem harga pokok normal ( normal costing)

Pada metode ini, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan biaya sesungguhnya karena biaya tersebut mudah untuk ditelusuri kepada produk tertentu, maka biaya overhead pabrik mengggunakan tarif pembebanan dimuka. Metode ini biasanya digunakan pada metode harga pokok pesanan ( job order costing) yang menggunakan pencatatan persediaan produk jadi dengan metode perpetual.

5. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Metode penentuan harga pokok produksi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode pembiayan penuh dan metode pembiayaan variable. Mulyadi (1990 : 377) menyatakan metode full costing maupun variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produk Perbedaan pokok yang ada diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap.

a. Metode Pembiayaan Penuh

Metode pembiayaan penuh atau full costing atau sering pula disebut absorbtion costing atau conventional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi baik yang bersifat tetap maupun variabel sebagai bahagian dari harga pokok produksi. Horngen dan Foster (1995:667) mendefinisikan: “kalkulasi biaya absorbsi (absorption costing)


(29)

adalah metode kalkulasi harga pokok persediaan dalam mana seluruh biaya pabrikasi langsung dan seluruh biaya overhead pabrikasi-variable dan tetap- diperlakukan sebagai inventoriable cost. Yakni persediaan menyerap seluruh biaya ini”. Dengan demikaian seluruh biaya produksi akan dimasukkan ke dalam nilai persediaan.

Tuanakotta (1999:251) memberikan penjelasan, “jika kita menggunakan konsep biaya masukan total, maka semua biaya yang diperlakukan dalam produksi harus dimasukkan dalam penilaian asset yang diproduksi”.

Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari: 1) biaya bahan baku,

2) biaya tenaga kerja langsung, 3) overhead pabrik- biaya tetap, 4) overhead pabrik- biaya variable.

Dalam metode full costing, overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang telah ditentukan pada kapasitas normal atau atas dasar overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, overhead pabrik tetap akan melakat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya ( unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.

Disebabkan overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal, maka jika dalan suatu periode overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan


(30)

terjadi pembebanan overhead berlebihan (over applied factory overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underapplied factory overhead).

Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan overhead pabrik lebih atau kurang tersebut tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produksi yang masih dalam persediaan tersebut ( baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi). Apabila dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba-rugi sebelum produknya laku dijual. Metode full costing menunda pembebanan overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi overhead pabrik yang terjadi, baik yang berperilaku tetap maupun yang variable masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum persediaan tersebut terjual.

b. Metode Pembiayaan Variabel

Horngren dan Foster (1995:667) menyatakan, “ kalkulasi biaya variabel (variable costing) adalah metode kalkulasi harga pokok persediaan dalam mana seluruh biaya langsung pabrikasi dan biaya overhead variabel pabrikasi dimasukkan sebagai inventoriable cost; biaya overhead tetap pabrikasi dikeluarkan dari inventoriable cost dan menjadi biaya saat dikeluarkan”.

Metode pembiayaan variable atau variable costing atau dikenal juga denagn nama direct costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang


(31)

hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produksi sedangkan biaya tetap dianggap sebagai biaya periodik.

Tuanakotta ( 1999:252) manyatakan, “fixed cost pada metode pembiayaan variabel diklasifikasikan sebagai period cost dan dianggap sebagai biaya untuk periode sekarang”.

Harga pokok produk menurut metode variabel terdiri dari: 1) biaya bahan baku,

2) biaya tenaga kerja, 3) overhead pabrik variable.

Dalam metode variabel, overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian overhead pabrik tetap didalam metode variable costing tidak melakat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

Jika metode full costing menunda pembebanan overhead pabrik tetap maka metode variable costing sebaliknya tidak menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut. Penundaaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama dalam periode yang akan datang.

Metode pembiayaan variabel memberikan keuntungan bagi manajemen dalam membuat keputusan dan menetukan pengendalian biaya. Misalnya menentukan penerimaan pesanan khusus. Tetapi diluar kebutuhan manajemen


(32)

tersebut, konsep ini diragukan terutama dalam penilaian asset dan penentuan laba periodik.

6. Metode Akumulasi Biaya Produksi

Akumulasi biaya merupakan cara untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikerluarkan untuk suatu produk dan jasa dalam perhitungan harga pokok produksi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam akumulasi biaya, tetapi yang lazim digunakan adalah dua metode sebagai berikut:

a. Metode harga pokok pesanan ( job order costing method ) b. Metode harga pokok proses ( process costing method ) a. Metode harga pokok pesanan

Sutrisno (1999 : 71 ) mengatakan, “metode harga pokok pesanan adalah cara penentuan harga pokok dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk sejumlah produk atau jasa tertentu yang dapat dipisahkan identitas masing-masing produk tersebut dan perlu ditentukan harga pokoknya secara individual”.

Adapun karakteristik biaya pesanan secara umum

1) sifat proses produksi yang dilakukan terputus-putus, dan tergantung pada pesanan yang diterima,

2) spesifikasi dan bentuk produk tergantung pada pemesan,

3) pencatatan biaya produki masing-masing pesanan dilakukan secara terpisah pada setiap pesanan,

4) harga pokok produksi dan laba kotor juga dihitung berdasarkan masing-masing pesanan,


(33)

5) total biaya produksi untuk setiap elemen biaya dikalkulasi setelah pesanan selesai,

6) biaya perunit dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan total unit yang dipesan,

7) sistem biaya biasanya menggunakan metode biaya normal.

Sistem biaya normal adalah sistem akuntansi dimana bahan baku dan tenaga kerja langsung dibebankan pada objek biaya berdasarkan biaya actual, dan biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tariff ditentukan dimuka.

Untuk mennetukan biaya berdasarkan pesanan secara teliti dan akurat, setiap pesanan harus dapat diidentifikasi secara terpisah dan terlihat secara terperinci dalam kartu biaya pesanan untuk masing-masing pesanan. Metode harga pokok pesanan ini dapat diterapkan untuk pekerjaan pada perusahaan manufaktur, pekerjaan konstruksi, industri percetakan, jasa pelayanan hukum, jasa arsitek, dsb.

Prosedur akuntansi untuk metode harga pokok pesanan adalah sbb: 1) biaya- biaya produksi diakumulasikan pada setiap pesanan,

2) biaya-biaya produksi untuk setiap pesanan dan data lainnya yang berhubungan dengan pesanan tersebut diakumulasikan dalam kartu biaya pesanan,

3) pemakaian biaya-biaya produksi untuk setiap pesanan dibebankan pada perkiraan barang dalam proses,

4) setelah produk selesai dikerjakan, kartu pesanan diikhtisarkan, dan biaya perunit dihitung dengan membagikan jumlah biaya produksi untuk setiap


(34)

pesanan tersebut dengan jumlah unit yang dihasilkan, biaya produksi yang semula dibebankan ke perkiraan barang dalam proses dipindahkan ke perkiraan barang jadi.

Berikut diberikan contoh perhitungan biaya berdasarkan pesananan. PT. Medan Motor adalah perusahaan penghasil komponen untuk sepeda motor, proses produksi yang digunakan adalah berdasarkan pesanan.

Data beikut adalah data transaksi harian yang dicatat dalam buku besar perusahaan:

1. Pembelian dan penerimaan bahan

Bahan A Rp. 1.200.000

Bahan B Rp. 1.600.000

Bahan C Rp. 1.350.000

Bahan D

Rp. 4.950.000 Rp. 800.000

Biaya dibayar dimuka Rp. 1.240.000 Jurnal :

Bahan Rp. 4.950.000

Biaya dibayar dimuka Rp. 1.240.000

Utang usaha Rp. 6.190.000

2. Penggunaan bahan

Penggunaan bahan langsung untuk:

Pesanan 1 Rp. 1.040.000


(35)

Pesanan 3

Total Rp. 3.140.000

Rp. 900.000

Penggunaan BTL

Rp. 3.860.000 Rp 720.000

Jurnal :

Barang dalam proses Rp. 3.140.000 Pengendali overhead pabrik Rp. 720.000

Bahan Rp. 3.860.000

3. Biaya tenaga kerja dilihat dari kartu jam tenaga kerja Tenaga kerja langsung:

Pesanan 1 Rp. 1.220.000

Pesanan 2 Rp. 1.400.000

Pesanan 3

Total Rp. 3.620.000

Rp. 1.000.000

Tenaga kerja tak langsung

Rp. 4.045.000 Rp. 425.000

Jurnal:

Barang dalam proses Rp. 3.620.000 Pengendali overhead pabrik Rp. 425.000

Utang gaji Rp. 4.045.000

4. Biaya-biaya terjadi yang berkaitan dengan overhead pabrik Biaya penyusutan mesin Rp. 750.000


(36)

Pajak Bumi dan Bangunan pabrik Rp. 150.000 Gaji supervise produksi

Jurnal:

Rp. 1.250.000

Pengendali overhead pabrik Rp.2.650.000

Biaya penyusutan mesin Rp. 750.000

Biaya listrik Rp. 500.000

Pajak bumi dan bangunan pabik Rp. 150.000

Gaji supervise pabrik Rp. 1.250.000

5. Pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan, berdasarkan tariff ditentukan dimuka, dengan tariff 80% dari biaya tenaga kerja langsung

Jurnal:

Barang dalam proses Rp. 2.896.000

BOP dibebankann Rp.2.896.000

Perhitungan untuk masing-masing pesanan:

Pesanan 1 = 80% x Rp. 1.220.000 = Rp. 976.000 Pesanan 2 = 80% x Rp. 1.400.000 = Rp. 1.120.000 Pesanan 3 = 80% x RP. 1.000.000 =

Rp. 2.896.000 Rp. 800.000

6. Ketiga pesanan telah selesai dikerjakan dan siserahkan ke pemesan dengan nilai masing-masing pesanan 1,2, dan 3 yaitu, Rp. 4.200.000, Rp. 4.120.000, Rp. 4.260.000

Jurnal:


(37)

Penjualan Rp. 12.580.000 Harga pokok penjualan Rp. 9.656.000

Barang jadi Rp. 9.656.000

Harga pokok penjualan = Harga pokok produksi

Perhitungan maing-masing harga pokok produksi pesanan 1, 2, dan 3, sbb: Pesanan 1 Pesanan 2 Pesanan 3 Bahan langsung Rp. 1.040.000 Rp. 1.200.000 Rp. 900.000 Tenaga kerja langsung Rp. 1.220.000 Rp. 1.400.000 Rp. 1.000.000 BOP dibebankan Rp. 976.000 Rp. 1.120.000 Rp. 800.000 Total Rp. 3.236.000 Rp. 3.720.000 Rp. 2.700.000

7. Selisih pembebanan biaya overhead actual dan yang dibebankan lebih tinggil sebesar Rp. 246.000 ( 2.896.000- 2.650.000)

Untuk pembebanan biaya overhead yang ditentukan dimuka, dapat terjadi selisih pembebanan terlalu tinggi maupun terlalu rendah, oleh karena itu diperlukan suatu perlakuan untuk penyesuaikannya. Ada dua cara, yaitu:

1) ditutup ke harga pokok penjualan,

2) dialokasikan antara barang dalam proses, barang jadi dan harga pokok penjualan dalam propersi overhead yang dibebankan pada periode tersebut, yaitu pada saldo akhir masing-masing akun.

b. Metode Harga Pokok Proses

Pada industri manufaktur yang menghasilkan produk massa, umumnya biaya produksi dipertanggungjawabkan dengan menggunakan metode harga


(38)

pokok proses, karena produk yang dihasilkan relative homogen sehingga pencatatan biaya dari setiap jenis produk tidak perlu dilakukan.

Metode harga pokok proses adalah cara penentuan harga pokok yang membebankan biaya-biaya produksi selama periode tertentu kepada proses atau kegiatan produksi dan membagikannya secara merata kepada produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.

Adapun karakteristik metode harga pokok proses adalah sebagai berikut : 1) aktivitas produksi bersifat terus menerus,

2) produksi bersifat massa, dengan tujuannya mengisi persediaan yang siap dijual,

3) produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya relatif homogen dan berdasarkan standar,

4) biaya dibebankan kesetiap unit dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi,

5) pengumpulan biaya dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu. Metode harga pokok proses, mengembangkan prosedur untuk:

1) pengumpulan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik untuk masing-masing departemen,

2) perhitungan biaya perunit untuk masing-masing departemen,

3) memindahkan biaya dari departemen sebelumnya ke departemen berikutnya atau ke gudang produk jadi,

4) membebankan biaya ke barang dalam proses yang terdapat pada setiap departemen.


(39)

Ekuivalen unit dalam metode harga pokok proses

Pada penentuan biaya proses, umumnya tidak semua produk yang dimasukkan dalam proses selesai akhir periode bersangkutan, sering kali adanya persediaan awal dan akhir dari barang dalam proses dengan tingkat penyelesaian yang beragam.Untuk pembebanan biaya apabila terdapat barang dalam proses dengan tingkat penyelesaian tertentu, perlu dilakukan penyetaraan barang dalam proses tersebut menjadi barang jadi yang disebut dengan unit ekuivalen produksi. Jadi unit ekuivalen produksi menunjukkan unit barang jadi dan unit barang dalam proses yang disetarakan dengan barang jadi.

Ada dua metode untuk perhitungan unit ekuivalen produksi, yaitu : a) Metode rata-rata tertimbang

Dengan merata-ratakan biaya penyelesaian persediaan awal barang dalam proses periode sebelumnya dengan menambahkan biaya periode berjalan untuk mendapatkan biaya perunit. Kebaikan dari metode ini adalah sederhana, dengan memperlakukan unit pada persediaan awal barang dalam proses sebagai produk periode berjalan, semua unit ekuivalen akan termasuk dalam kategori yang sama pada saat perhitungan biaya perunit. Sedangan kelemahan utama metode ini adalah kurang akuratnya perhitungan biaya perunit untuk output periode berjalan dan untuk unit pada persediaan awal barang dalam proses.

Rumus :

b) Metode FIFO


(40)

Memisahkan biaya perunit yang terdapat pada persediaan awal dari biaya perunit produk yang dimasukkan dan diselesaikan pada suatu periode tertentu. Biaya produk yang ditransfer terdiri dari biaya barang dalam prosesa awal dari periode sebelumnya, dan biaya produk selama periode berjalan.

Rumus:

Unit ekuivalen produksi = produk selesai + (BDP akhir x tingkat penyelesaian)- (BDP awal x tingkat penyelesaian)

Laporan biaya produksi

Dalam penentuan biaya proses, semua biaya yang dibebankan kesetiap departemen produksi dapat diikhtisarkan dalam laporan biaya produksi untuk masing-masing departemen. Laporan biaya produksi setiap departemen memiliki format yang beragam, dengan informasi menunjukkan skedul kuantitas, pembebanan biaya, dan pertanggungjawaban biaya.

a) Skedul kuantitas,memnuat informasi BDP awal, barang masuk proses pada periode bersangkutan, barang jadi yang ditransfer ke dapartemen berikutnya atau gudang, BDP akhir, produk hilang, produk rusak dan produk cacat.

b) Biaya dibebankan, memuat informasi biaya BDP awal, biaya yang dibebankan dari departemen sebelumnya, biaya dibebankan periode bersangkutan, unit ekuivalen dan biaya perunit masing-masing elemen biaya.

c) Pertanggungjawaban biaya, memuat informasi biaya yang ditransfer kedepartemen berikutnya atau gudang, biaya produk yang hilang akhir proses, biaya produk rusak, biaya produk cacat. Biaya yang telah di serap BDP.


(41)

PT. Sulit Air adalah perusahaan minuman dalam kemasan botol, mempunyai dua departemen produksi, yaitu departemen pencampuran dan departemen pengolahan.

Data produksi dan biaya untuk bulan September 2007 sebagai berikut: Data Produk :

Departemen pencampuran

Barang masuk proses 75.000 L

Barang selesai di transfer ke departemen pengolahan 74.500 L

Barang dalam proses akhir 500 L

(tingkat penyelesaian 100%bahan,80%biaya konversi) Departemen pengolahan

Produk diterima dari departemen pencampuran 74.500 L

Penambahan unit produk 1.000 L

Produk selesai ditransfer ke gudang 75.200 L

Barang dalam proses akhir 300 L

(tingkat penyelesaian 100% bahan, 75% biaya konversi) Penyelesaian:

1. Unit ekuivalen

Departemen pencampuran

Produk selesai + (BDP akhir x tingkat penyelesaian) Bahan : 74.500 L + ( 500L x 100% ) = 75.000 L Biaya konversi: 74.500 L + ( 500L x 80 % ) = 74.900 L Departemen pengolahan


(42)

Bahan : 75.200 L + ( 300L x 100%) = 75.500 L Biaya konversi: 75.200 L + ( 300l x 75%) = 75.425 L 2. Laporan biaya produksi

PT. SULIT AIR

LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN PENCAMPURAN

BULAN SEPTEMBER 2007

1. Skedul kuantitas

Barang masuk proses 75.000 L Barang yang di transfer ke departemen pengolahan 74.500 L Barang dalam proses akhir (100%bahan, 80% biaya konversi )

500 L 75.000 L 2. Biaya dibebankan

Bahan baku Rp. 9.000.000 75.000 L Rp. 120 Elemen biaya Total U.E Biaya / unit Tenaga kerja Rp. 5.617.500 74.900 L Rp. 75 Overhead pabrik Rp. 7.490.000 74.900 L

Rp. 100 Rp. 22.107.500

Rp. 295 3. Pertanggungjawaban biaya

HP. Selesai ditaransfer ke departemen pengolahan

74.500L x Rp. 295 Rp. 21.977.500 HP. Produk dalam proses

Biaya bahan : 500 x 100% x Rp 120 = 60.000 Biaya tenaga kerja: 500 x 80 % x Rp 75 = 30.000 Biaya overhead : 500 x 80 % x Rp 100 =

40.000

TOTAL Rp. 22.107.500 Rp. 130.000


(43)

PT. SULIT AIR

LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN PENGOLAHAN

BULAN SEPTEMBER 2007

1. Skedul kuantitas

Produk diterima dari departemen pencampuran 74.500L Produk tambahan

1.000L 75.500L Produk di transfer ke gudang 75.200L Produk dalam proses akhir (100% bahan, 75% biaya konversi)

75.500L 300L

2. Biaya dibebankan

dr dept. pencampuran Rp.21.977.500 75.500L Rp. 291,093 Elemen biaya Total U.E Biaya/ unit Bahan baku Rp. 6.040.000 75.500L Rp. 80 Tenaga kerja Rp. 4.525.500 75.425L Rp. 60 Overhead pabrik Rp. 3.017.000 75.425L Rp. 40 Rp. 35.560.000 Rp. 471,093

3. Pertanggungjawaban biaya HP. selesai ditransfer ke gudang

75.200L x Rp. 471,093 Rp. 35.426.193,6

HP barang dalam proses

HP. dept pencampuran: 300 x Rp 291,093 = 87.327,9 Biaya bahan : 300 x 100%x Rp80= 24.000 Biaya tenaga kerja : 300 x 75% x Rp 60= 13.500 Biaya overhead : 300 x 75% x Rp 40=

9.000 TOTAL

Rp. 133.827,9 Rp. 35.560.021,5


(44)

7. Tujuan dan Manfaat Penentuan Harga Pokok Produksi

Penentuan harga pokok produksi dalam suatu perusahaan sangat penting dilakukan karena perusahaan membutuhkannya untuk menentukan harga jual dari produknya maupun tujauan lainnya yang erat hubungannya dengan penentuan strategi dan efisiensi perusahaan dalam bersaing.

Berikut diberikan beberapa tujuan umum dari penentuan harga pokok produksi.

a. Sebagai pengawasan dari biaya yaitu untuk menghindari pemborosan. Agar diperoleh harga pokok produksi yang teliti serta pengawasan yang baik, maka biaya digolangkan pada setiap proses atau departemen-departemen. Biaya yang sebenarnya terjadi pada setiap proses dibandingkan denagn standar. Dengan demikian pemborosan dapat dihindari karena standar dibentuk berdasarkan biaya yang seharusnya terjadi.

b. Sebagai alat perencanaan, sebelum produksi dijalankan terlebih dahulu membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya apakah produksi ditingkatkan atau dikurangi dan juga dibuat ramalan atas unsure-unsur biaya yang diperlukan untuk setiap periodenya. Perencanaan ini penting agar seluruh keperluan dapat diketahui dan disediakan pada jumlah dan waktu yang diperlukan.

c. Sebagai pedoman menentukan harga jual. Biaya produksi bukanlah factor utama menetapkan harga jual, tetapi menjaga agar harga jual tetap berada diatas harga pokok produksi.


(45)

d. Harga pokok produksi perlu untuk menentukan nilai persediaan yang mana menjadi syarat mutlak dalam menetapakan harga pokok penjualan dengan teliti.

e. Menentukan efisiensi atau tidaknya suatu perusahaan, ini dilakukan dengan membandingkan harga pokok histories dengan harga pokok standar. Hal ini berguna untuk pengawasan biaya maupun sebagai alat perencanaan.

Disamping tujuan-tujuan yang diuraikan diatas, penentuan harga pokok produksi penting bagi manajemen untuk keperluan analitis dalam pengambilan keputusan atau memecahkan masalah-masalah khusus berikut ini.

a. Apakah perlu dilakukan perubahan dalam komposisi dari biaya-biaya langsung didalam melakukan produksi sehingga dapat dihasilkan barang jadi yang kualitasnya sama dengan barang jadi yang dihasilkan sebelum dilakukan perubahan komposisi. Dengan dilakukannya perubahan komposisi ini diharapkan juga harga pokok produksi dapat ditekan serendah mungkin.

b. Apakah tenaga kerja langsung perlu ditambah atau dikurangi.

c. Apakah sebaiknya perusahaan membeli bahan atau produk tertentu dari pihak luar atau memproduksi sendiri.


(46)

B. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yang merupakan dasar pemikiran penelitian ini di gambarkan sebagai berikut:

Bahan Langsung

Tenaga Kerja Langsung

Harga Pokok

Produksi

Definisi operasional :

Menurut Rayburn ( 1999: 31), “harga pokok produksi meliputi keseluruhan bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa”.

Unsur- unsur dalam perhitungan harga pokok produksi, yaitu: biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsuung, dan overhead pabrik.


(47)

a. Biaya bahan baku langsung

Perhitungan biaya bahan baku yang digunakan oleh UD. Sumber Nelanyan yaitu dengan cara mengalikan harga bahan baku per kilo dengan beratnya bahan baku yang digunakan.

b. Biaya tenaga kerja langsung

Perusahaan menggunakan system upah borongan dalam menghitung biaya tenaga kerja yang brhubungan dengan proses produksi.

c. Biaya overhead pabrik

Overhead pabrik digunakan tarif aktual karena harga pokok dihitung setelah barang selesai diproses yaitu berdasarkan catatan historikal.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Analisis Data

Analisis dilakukan denagn menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penganalisaan data dimana data dikumpulkan, disusun diinterpretasikan, dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari perusahaan atau data yang terjadi dilapangan yang diperoleh dari teknik wawancara dan observasi, yang kemudian diolah lagi oleh peneliti.

2. Data sekunder yaitu informasi/ data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk table-tabel atau diagram-diagram.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan penulis dengan 3 cara.

1. Teknik wawancara, dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dengan pihak perusahaan, khususnya pada bagian yang berkaitan dengan penelitian.

2. Teknik observasi, mengadakan pengamatan secara langsung terhadap proses produksi dilapangan.


(49)

3. Studi literature, yaitu mengumpulkan data-data dengan cara membaca dan mempelajari teori-teori dan literature yang berkaitan dengan perhitungan harga pokok produksi

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukkan di pabrik pengolahan terasi. UD. SUMBER NELAYAN yang beralamat di desa Hesa Air Genting, Kecamatan Air Batu, TAnjung Balai..

E. Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian Okt Nov Des Jan Feb

Penyelesaian proposal

Riset awal ke parusahaan

Pengajuan proposal

Bimbingan dan perbaikan proposal

Seminar proposal

Riset lanjutan ke perusahaan

Bimbingan skripsi


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Pendirian Perusahaan

Terasi selain merupakan makanan khas bangsa Indonesia juga merupakan makanan khas negara-negara Asia Tenggara. Terasi memiliki rasa yang cukup enak dan harganya juga terjangkau sehingga dapat diperoleh oleh seluruh lapisan masyarakat.

UD. Sumber Nelayan adalah usaha keluarga dalam bidang terasi yang didirikan oleh Ny. Nylywaty Kusumadjaja nama panggilannya Ani pada tahun 2004. Sebelum adanya pengeluaran izin usaha yang sah, kegiatan produksi terasi sudah dilakukan cukup lama oleh Ny. Ani yaitu sekitar 15 tahun. Namun pada saaat itu usaha ini hanya dimaksudkan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari, mengingat tidak adanya kecukupan modal untuk memperluas usaha dan juga merek dagang yang belum terkenal sehingga produksi hanya dilakukan berdasarkan kapasitas modal yang ada pada saat itu.

Belasan tahun lamanya Ny.Ani menjalankan usaha ini, kemudian sudah saatnya untuk anak-anak menggantikannya. Ny. Ani mempunyai tiga anak laki-laki, ketiganya dididik untuk meneruskan usaha terasi ini karena Ny. Ani melihat adanya potensi besar apabila usaha ini dikembangkan. Pada saat itu pemikiran Ny. Ani adalah asalkan sumber daya tetap tersedia maka usaha ini akan terus memberikan hasil. Ny. Ani tahu bahwa tidak akan sulit memperoleh bahan baku


(51)

terasi karena mereka tinggal di daerah yang kaya akan bahan baku tersebut (Tanjung Balai).

Sejak ketiga anakknya bergabung dalam perusahaan, perusahaan mengalami banyak kemajuan. Pangsa pasar mulai di perluas, tawaran untuk memproduksi bagi perusahaan lain juga datang. Hal ini membuat UD. Sumber Nelayan harus didirikan dengan adanya izin usaha dari pemerintah berkenaan pada saat itu juga banyak pemeriksaan pajak dari pihak pemerintah. Dengan demikian UD. Sumber Nelayan meminta izin usaha dari pemerintah, kemudain keluarlah SIUP dengan nomor 503/SIUP/BPP/1311/VIII/2004 atas nama perusahaan UD. Sumber Nelayan.

Selama beberapa tahun pengelolahan oleh ketiga anaknya telah terlihat perkembangan perusahaan dengan semakin meningkatnya produksi dan penjualan. Per tiga tahun dilakukan perluasan tanah untuk memproduksi terasi tersebut. Sekarang pabrik pengolahan terasi yang terlelak di Hesa ini mempunyai luas sekitar 5ha. Telah dibuat juga pembagian setiap departemen dalam proses produksi.

Selain pabrik pengolahan terasi ini, perusahaan sedang membangun pabrik pengemasan terasi yang terletak di Jakarta. Pabrik pengemasan terasi ini dimaksudkan untuk mempercepat proses produksi untuk memenuhi permintaan terasi di daerah Jawa. Namun, pengelolaan terasi masih tetap dilakukan di Desa Hesa Air Genting, Tanjung Balai. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh pihak perusahaan, pabrik pengemasan terasi ini akan efektif per tgl 1 Maret 2010.


(52)

Pada saat ini, kantor pusat penjualan terasi masih berpusat di pabrik pengolahan terasi, yaitu beralamat di desa Hesa Air Genting, Kecamatan Air Batu, Tanjung Balai. Adapun kantor cabangnya beralamat di Rukan Grisenda Blok GE/15, RT/RW : 007/003, Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara.

Pemasaran dan penjualan pada saat ini sangat di fokuskan untuk wilayah Jawa dan sekitarnya, mengingat padatnya penduduk pulau Jawa tersebut. Dalam satu tahun terakhir ini, perusahaan juga sudah mulai mencoaba membidik pasar negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Peneliti pernah menanyakan mengenai status badan usaha, apakan ada rencana untuk diganti menjadi perseroan terbatas. Pihak perusahaan memberikan jawaban mungkin untuk saat ini perusahaan status badan usaha masih belum diperlukan karena perusahaan juga masih muda berikut produk juga belum menasional, namun hal ini akan dipertimbangkan apabila perusahaan sudah cukup matang nantinya.

B. Struktur Organisasi

Dengan melihat struktur organisai perusahaan (lampiran 1) dan membaca uraian tugas dan tanggung jawab yang telah disusun perusahaan, maka penulis akan menjelaskan secara singkat fungsi utama dan tanggung jawab masing-masing bagian pokok dalam organisi.

1. Direktur Perusahaan


(53)

• mengawasi pelaksanaan pekerjaan para manajer perusahaan dan sewaktu-waktu melakukan pemeriksaan tentang segala hal yang berkaitan dengan harta dan kegiatan perusahaan,

• menyusun program kerja dan membuat peraturan untuk dilaksanakan oleh para manajer yang kemudian diturunkan kepada para karyawan,

• menggantikan posisi para manager dalam menjalankan tugas mereka sampai manajer kembali bekerja,

• memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang kurang dimengerti oleh baik para manajer maupun para karyawan.

2. Manajer Pembelian

Pembelian yang dimaksudkan disini adalah dalam hal membeli bahan baku untuk produksi terasi. Adapun tugas manajer pembelian, yaitu:

• membeli bahan baku dan mencari supplier mana yang dapat menawar dengan harga yang lebih murah,

• menilai apakah bahan baku yang ditawarkan sudah layak dan sesuai dengan kualitas yang diinginkan perusahaan,

• menentukan kapan bahan baku akan dibeli, ini dimaksudkan agar tidak terjadi pemutusan produksi dengan alasan bahan baku tidak cukup. Dalam hal ini tentu saja ada kerja sama dengan pihak bagian produksi.


(54)

3. Manajer Produksi

Proses produksi dalam UD. Sumber Nelayan terjadi dalam beberapa departemen produksi sehingga tugas manajer produksi tidak hanya di tanggung sendiri namun dipilih juga beberapa supervisor dalam membantu pengawasan produksi tersebut. Mereka mempunyai tugas sebagai berikut:

• menentukan seberapa banyak garam yang akan ditaburkan pada udang rebon untuk menjaga ketahanan terasi nantinya,

• menentukan kapan mesin pengolahan dihentikan dilihat dari kehalusan bahan baku setelah menjadi adonan,

• menilai apakah pencetakan adonan menjadi keeping-keping terasi susah sesuai dengan bentuk yang diinginkan perusahaan. Hal ini dijaga karena pencetakan masih menggunakan tenaga manusia, • menentukan apakah kadar air sudah sesuai pada saat penjemuran

kembali, sehingga terasi bias langsung dikemas,

• melakukan pengecekan random terhadap barang yang dikemas, • membuat laporan biaya produksi.

4. Manajer Pemasaran

Pemasaran dibagi menjadi dua wilayah, yaitu bagian Jawa dan Sumatera. Tugas manajer pemasaran, yaitu:

• meninjau langsung ke pasar, memperkenalkan produk UD. Sumber Nelayan dipasar,

• berusaha mencari pangsa pasar yang baru lagi, untuk meningkatkan omset penjualan,


(55)

• menilai produk sendiri dan membandingkannya dengan perusahaan saingan dipasar, jika terdapat kekurangan maka dilaporkan pada bagian produksi untuk dilakukan perubahan,

• membuat laporan bulanan penjualan, ini wajib untuk melihat apakah terdapat peningkatan maupun penurunan terhadap produk ini, sehingga dapat diketahui omset perusahaan.

5. Manajer Keuangan

Berikut adalah tugas yang diemban oleh manajer keuangan, yaitu:

• mengawasi keluar masuknya arus kas perusahaan, yang dilakukan oleh kedua supervisor bagian pengeluaran kas dan pemasukan kas, • memberikan izin kepada supervisor pengeluaran kas dalam

penggunaan kas perusahaan, apabila tidak ada izin manajer maka kas tidak dapat dikeluarkan,

• setiap pemasukan kas harus ke rekening perusahaan, karena kas diterima oleh supervisor penerimaan kas. Maka harus ada bukti storan bank ke rekening perusahaan. Bukti ini adalah sebagai alat pengawasan oleh manajer keuangan sehingga tidak terjadi penyelewengan ke kas pribadi karyawan.

6. Kepala Akuntansi

Adapun tugas dari kepala akuntansi, yaitu:


(56)

• membuat laporan untuk membayar berapa besarnya pajak yang harus dibebankan setiap tahunnya,

• memeriksa apakah ada kesalahan-kesalahan dalam jumlah beban dan pendapatan. Kas yang diterima dan dikeluarkan harus sama dengan bagian keuangan.

7. Kepala Karyawan

Tugas dari kepala karyawan UD. Sumber Nelayan, yaitu:

• menyeleksi karyawan yang mengajukan lamaran perkerjaan,

• melatih karyawan apabila sudah di terima sesuai dengan bagiannya masing-masing,

• membuat laporan gaji setiap karyawan, kemudian dikirim ke bagian keuangan dan akuntansi.

8. Supervisor Logistic

Supervisor logistic adalah bagian pengiriman barang, mempunyai tugas yaitu:

• memberikan pengesahan barang keluar dari gudang,

• membuat rute pengiriman barang untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi.

9. Kepala Administrasi

Segala urusan umum dan administrasi merupakan tanggung jawab bagian administrasai perusahaan, misalnya dari tahap pemesanan barang,


(57)

pembukaan bon, seluruhnya adalah tugas dan tanggung jawab bagian administrasi.

10.Bagian Keamanan

Bagian keamanan bertugas menjaga ketertiban dan keamanan pabrik dan kantor yang pengolahan terasi di desa Hesa, mengawasi dan melaksanakan tugas-tugas hansip.

11.Manajer Umum

Kegiatan bagian akuntansi, kepala karyawan, logistic, administrasi, dan keamanan keseluruhan dilaporkan kepada manajer umum dan dialah yang melakukan pengawasan terhadap lima bagian ini.

C. Kegiatan Operasi Perusahaan 1. Produk Perusahaan

Produk yang dihasilkan oleh UD. Sumber Nelayan adalah terasi. Terasi buatan perusahaan yang beredar dipasaran pada saat ini ada enam jenis. Proses pembuatan keenam jenis terasi ini adalah secara bersamaan yang membedakannya adalah pada saat terasi hendak dicetak dan dikemas.

Bentuk dan kemasan terasi yang berbeda menimbulkan harga pokok produksi yang berbeda pula. Peneliti tidak menghitung harga pokok produksi keenam jenis produk tersebut, namun hanya satu saja. Peneliti memilih produk yang pangsa pasarnya paling besar, yaitu mencakup 50% dari total produksi.


(58)

2. Proses Produksi

Proses produksi pada UD. Sumber Nelayan dilakukan dalam beberapa tahapan pada departemen yang saling terpisah. Adapun pembagian departemen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Depertemen Penjemuran

Pada departemen ini, bahan baku yang dibeli dari nelayan berupa udang rebon yang merupakan tangkapan hasil laut dikeringkan, sebelum dikeringkan ditaburi garam terlebih dahulu. Tujuan pemberian garam adalah sebagai bahan pengawet terasi. Penjemuran dilakukan sampai udang rebon benar-benar kering. Kadar airnya 10%. Setelah itu dilanjutkan kedepartemen pengolahan.

b. Departemen Pengolahan

Dari departemen penjemuran, diperoleh udang rebon yang sudah kering. Udang ini kemudian dimasukkan pada mesin penggiling, mesin penggiling menghancurkan udang rebon yang kemudian hasilnya adalah berupa adonan. Adonan ini bisa terjadi juga karena adanya fermentasi dari bahan baku itu sendiri. Adonan kemudian dikirim ke departemen pencetakan.

c. Depertemen Pencetakan

Departemen ini mencetak adonan yg diterima. Cetakan dalam perusahaan ada 6 bentuk. Inilah yang menjadi produk berbeda pada UD. Sumber Nelayan. Pencetakan dilakukan dengan tenaga manusia dibantu dengan plat cetak yang disediakan perusahaan. Setelah dicetak sesuai bentuk


(59)

yang diinginkan, maka cetakan ini keseluruhan harus dikirim kembali ke departemen penjemuran.

d. Departemen Penjemuran

Disini terjadi penjemuran tahap dua, dikarenakan adonan masih memiliki kadar air yang belum sesuai standar sehingga dilakukan penjemuran untuk menyesuaikan kadar airnya sampai 5% kadar air. Kadar air 5% adalah paling sesuai agar terasi tidak cepat membusuk, dan bentuk cetakan juga tidak mudah pecah. Penjemuran menggunakan sinar matahari. Setelah penjemuran ini maka masuklah ke tahapan terakhir proses produksi, yaitu tahap pengemasan.

e. Departemen pengemasan

Setelah penjemuran kembali selesai maka terasi di kirim ke departemen pengemasan. Barang dikemas sesuai dengan bentuknya. Dengan kemasan yang berbeda maka harga pokok produksi terasi juga menjadi berbeda. Pengemasan dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu pengemasan tahap I (terasi dikemas satu per satu), pengemasan tahap II (dari pengemasan tahap I dimasukkan lagi pada bungkusan yang lebih besar), kemudian pengepackan per kardus.

Departemen pengemasan adalah tahapan akhir dari proses produksi. Setelah pengepackan barang dapat langsung disimpan digudang. Demikianlah proses produksi terasi pada UD. Sumber Nelayan.


(60)

D. Unsur-unsur Harga Pokok Produksi

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka unsur-unsur harga pokok produksi pada UD. Sumber Nelayan adalah sebagai berikut:

1. Biaya bahan baku

Bahan baku dibeli dari nelayan setempat sesuai dengan harga pasar yang sudah termasuk ongkos angkut bahan baku. Harga pasar selalu beubah-ubah, perusahaan memberikan kisaran harga Rp.6000 per kilo. Begitu juga untuk pembelian garam dengan kisaran harga Rp. 1000 per kilo.

2. Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja yaitu keseluruhan beban gaji yang dikeluarkan perusahaan, baik yang berhubingan dengan produksi maupun bagian non produksi. Total beban gaji karyawan dan buruh dapat dilihat pada lampiran 2. 3. Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya yang membantu perjalanan proses produksi terasi. Adapun biaya bahan penolong yang terdapat pada proses produksi terasi UD. Sumber Nelayan, yaitu:

• biaya penyusutan mesin penggiling, • biaya penyusutan mesin pengemasan,

• biaya penyusutan genset ( genset digunakan untuk menjalankan kedua mesin diatas),

• biaya penyusutan pabrik dan kantor, • biaya minyak genset,


(61)

• biaya penyusutan wadah penjemuran, • biaya penyusutan mesin perekat,

biaya plastik pembungkus I (inner plastic), biaya plastik pembungkus II (outer plastic), • biaya kotak kemasan,

• biaya peralatan produksi,

• biaya penyusutan mobil dinas dan mobil antar barang, • biaya penerangan dan air pabrik dan kantor,

• biaya telepon,

• biaya pengangkutan pengiriman barang, • biaya pengobatan karyawan,

• biaya sumbangan dan hibah, • biaya uang preman kampung, • biaya pembuatan jalan, • dan lain-lain.

E. Alokasi Biaya Produksi

Karena produksi terasi dilakukan secara bersamaan pada 6 jenis produk perusahaan, oleh karena itu perusahaan mengalokasikan biaya dengan persentase produksi keenam produk tersebut. Hanya biaya bahan penolong, yaitu plastic kemasan yang dialokasikan langsung pada produk masing-masing.


(62)

Produk Perusahaan Alokasi biaya bahan baku Produk yang akan dihitung harga pokoknya

Produk A 50% Ya

Produk B 10% Tidak

Produk C 10% Tidak

Produk D 10% Tidak

Produk E 10% Tidak

Produk F 10% Tidak

2. Biaya tenaga kerja

Perusahaan untuk biaya tenaga kerja yang berhubungan dengan proses produksi menggunakan sistem borongan. Sistem borongan ini dihitung berdasarkan berpa banyak kilogram terasi dapat diselesaikan, tanpa melihat berapa banyak jumlah pekerja. Karena perhitungan biaya tenaga kerja berdasarkan sistem borongan, perusahaan juga membagi persentase biaya tenaga kerja dengan persentase pada biaya bahan baku.

Begitu juga halnya dengan beban gaji karyawan nonproduki, pengalokasian biaya dibagai sesuai persentase biaya bahan baku. Untuk biaya tenaga kerja seluruhnya dapat dilihat pada daftar biaya gaji UD. Sumber Nelayan.

3. Biaya overhead

Biaya bahan penolong seperti yang telah di singgung diatas, hanya plastic kemasan sampai pada kotak kemasan yang dialokasikan seratus persen pada masing-masing produk, karena setiap produk pastilah mempunyai kemasan yang


(63)

berbeda, jadi tidak mungkin membagi harga kemasan seperti persentase biaya bahan baku dan tenaga kerja.

F. Perhitungan Harga Pokok Produksi

Perusahaan menghitung harga pokok produksi berdasarkan biaya-biaya yang benar terjadi( historikal costing) dan dihitung setelah barang selesai diproses. Perhitungan harga pokok produksi dilakukan dengan menjumlahkan ketiga unsur biaya diatas dan membagi dengan jumlah unit yang diproduksi.

Pada UD. Sumber Nelayan, produksi dilakukan perusahaan sesuai kebutuhan pasar. Untuk satu tahun terakhiri ini, perusahaan melakukan produksi terasi sebesar ±60 ton setiap bulannya. Sehubung dengan hal ini, peneliti diberikan data perusahaan bulan November 2009 untuk perhitungan harga pokok produksinya. Macam bahan baku Persediaan awal bahan baku Pembelian bahan baku Persediaan akhir bahan baku Bahan baku yang digunakan Udang rebon

6.500 kg 45.000 kg 1.500 50.000 kg

Garam 5.000kg 10.000 kg 2.500 12.500 kg

1. Perhitungan biaya bahan baku

Bahan baku dihitung dengan mengalikan harga pasar bahan baku dengan beratnya bahan baku per kilo. Perbandingan untuk udang rebon dan garam adalah sebesar 80%:20%. Perlu diketahui bahwa setelah bahan baku diolah menjadi adonan, terjadi penyusuatan berat bahan baku sebesar ±4%.


(64)

Bahan Baku Banyaknya Harga per kilo Total

Udang rebon 50.000 kg Rp. 6.000 Rp. 300.000.000

Garam 12.500kg Rp. 1.000 Rp. 12.500.000

Total biaya bahan baku Rp. 312.500.000

Untuk biaya bahan baku tersebut sudah termasuk bahan baku total produksi. Untuk produk A, maka total biaya bahan baku adalah dikalikan 50%.

Biaya bahan baku produk A = 50% x total biaya bahan baku

= 50% x Rp. 312.500.000 = Rp. 156.250.000 2 . Perhitungan biaya tenaga kerja

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa perusahaan menjumlahkan seluruh beban gaji tanpa melihat adanya hubungan dengan proses produksi maupun bagian umum. Total beban gaji adalah sebesar Rp. 305.200.00 untuk seluruh direksi, staf dan buruh yang bekerja di UD. Sumber Nelayan.

Biaya tenaga kerja produk A = 50% x total beban gaji

= 50% x Rp. 236.350.000 = Rp. 118.175.000 3. Perhitungan overhead pabrik

a.Perhitungan biaya plastic pembungkus

Biaya bahan penolong yang akan dihitung disini adalah biaya plastic pembungkus terasi dan kotak kemasan, perlengkapan kemasan. Untuk kemasan perlu diketahui bahwa:


(65)

Inner plastic yang diperlukan = 30.000.000 gr / 6gr = 5.000.000 buah Outer plastic yang diperlukan = 5.000.000/ 20 = 250.000 buah

Kotak yang diperlukan = 250.000 / 16 = 15.635 buah

Bahan penolong Harga plastik

Jumlah yang dipakai

Total

Inner plastic Rp14,625 5.000.000 Rp. 73.125.000

Outer plastic Rp 110 250.000 Rp. 27.500.000

Kotak Rp 1.650 15.635 Rp. 25.797.750

Perlengkapan lain Rp. 5.000.000

Total biaya kemasan produk A Rp. 131.422.750

b Perhitungan penyusutan dan overhead lainnya

Biaya umum dan penyusutan ( lihat lampiran 5 dan 6) dibagi sesuai persentase barang yang produksi.

Biaya overhead lainnya untuk produk A = 50% x total biaya overhead lainnya = 50% x Rp. 49.405.933

= Rp. 24.702.966

Biaya penyusutan untuk produk A = 50% x total biaya penyusutan


(66)

* Total biaya produksi untuk 30 ton produk A adalah, sebagai berikut:

Unsur-unsur Biaya Jumlah

Biaya bahan baku Rp. 156.250.000 Biaya tenaga kerja Rp. 118.175.000 Biaya plastic pembungkus Rp. 131.422.750 Biaya overhead lainnya Rp. 24.702.966 Biaya penyusutan Rp. 6.663.192 Total biaya produksi produk A Rp. 437.213.908

Biaya produksi 1gr terasi A = Rp. 437.213.908/ 30.000.000gr = Rp. 14,574/gr

Harga pokok produksi 1 buah terasi A = Rp. 14,574 x 6gr = Rp. 87,44/ buah


(67)

G. Laporan Biaya Produksi

UD. SUMBER NELAYAN LAPORAN BIAYA PRODUKSI

BULAN NOVEMBER 2009

Udang rebon

Persediaan awal bahan baku Rp. 39.000.000 5.000.000 Garam

Pembelian bahan baku Rp. 270.000.000 +

Bahan baku tersedia untuk digunakan Rp. 309.000.000 15.000.000 10.000.000 +

Persediaan akhir bahan baku Rp. 9.000.000 - Total pemakaian bahan baku

2.500.000 - Rp. 300.000.000

Biaya bahan baku produk A Rp. 156.250.000 12.500.000

Beban Gaji Rp. 118.175.000 Overhead pabrik :

• Biaya plastic pembungkus 131.422.750 • Biaya penyusutan 6.663.192 • Biaya overhead lainnya 24.702.966 + Total biaya produksi

Rp. 162.788.908+

Biaya produksi 1gr terasi A = Rp. 437.213.908/ 30.000.000gr

Rp. 437.213.908

= Rp. 14,574/gr

Harga pokok produksi 1 buah terasi A = Rp. 14,574 x 6gr = Rp. 87,44/ buah


(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan perhitungan harga pokok produksi UD. Sumber Nelayan yang dijelaskan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa perhitungan harga pokok produksi madi belum sesuai dengan prinsip akuntansi biaya, dikarenakan dua alasan dibawah ini.

1. Perhitungan harga pokok produksi pada UD. Sumber Nelayan adalah dengan cara menjumlahkan seluruh biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya bahan penolong, biaya umum, dan biaya penyusutan dan kemudian membagi dengan banyaknya yang diproduksi dalam satuan gram. Dalam perhitungan tersebut, terdapat penggolongan biaya-biaya yang masih belum sesuai karena adanya biaya yang seharusnya tidak dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi, sehingga harga pokok produksi menjadi lebih besar. Kesalahan penggolongan yang menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi terdapat pada biaya beban gaji dan overhead pabrik

2. Dalam perhitungan harga pokok produksi, perusahaan mempunyai keterbatasan dalam menghasilkan data yang akurat, misalnya dalam hal beban listrik dan air karena tidak ada pemisahan meteran dalam penggunaannya baik oleh parik maupun kantor.


(69)

B. Saran

Dengan adanya kesimpulan diatas maka peneliti mencoba memberikan saran agar perhitungan harga pokok produksi bisa sesuai dengan prinsip akuntansi biaya. 1. Beban gaji dan overhead yang terdapat kesalahan penggolongan.

Untuk biaya tenaga kerja sebesar Rp. 118.175.000, sudah termasuk didalamnya beban gaji para manajer dan staf umum lainnya yang tidak berhubungan dengan kegiatan produksi. Beban gaji yang sebenarnya boleh di masukkan dalam perhitungan harga pokok produksi yang berkaitan dengan unsur-unsur produksi, yaitu:

• beban gaji manajer pembelian bahan baku • beban gaji manajer produksi

• beban gaji kedua kepala departemen produksi

• beban upah 2 orang buruh departemen penjemuran dan penggilingan • beban upah buruh departemen pencetakan

• beban upah buruh departemen pengemasan

Beban gaji selain dari yang disebutkan diatas tidak berhubungan dengan proses produksi dan tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi.

Biaya yang seharusnya dimasukkan dalam unsur bahan penolong, yaitu: • biaya minyak genset,

• biaya listrik dan air pabrik, • biaya perawatan mesin produksi, • biaya penyusutan mesin penggiling,


(70)

• biaya penyusutan mesin kemas, • biaya penyusutan mesin perekat, • biaya penyusutan genset,

• biaya penyusutan alat cetak dan alat penjemuran, • biaya pengobatan buruh pabrik,

• biaya sumbangan dan hibah apabila ditujukan kepada pabik bukan kantor, • biaya uang preman kampung,

• biaya pembuatan jalan,

• dan lain-lain (berupa biaya untuk pembantu terlaksananya proses produksi).

Setelah mengeluarkan unsur-unsur proses produksi seperti yang penggolongan yang seharusnya, maka biaya selain ketiga unsure biaya produksi dapat dimasukkan dalam biaya umum.

2. Keterbasan perusahaan dalam hal keakuratan dalam data overhead pabrik dapat di selesaikan dengan cara membuat pemisahaan antara penggunaan pabrik maupun kantor.


(71)

Daftar Pustaka

Bustami, Bastian dan Nurlela, 2009. Akuntansi Biaya, edisi pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Carter, William K., dan Milton.F.Usry, 2006. Cost Accounting, ahli bahasa oleh Krista S.E.,Ak, Akuntansi Biaya, edisi tigabelas, Buku satu,., PT. Salemba Empat, Jakarta.

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis: untuk akuntansi dan manajemen, edisi kedua, USU press, Medan.

Garrison, Ray H., Eric W. Noren dan Peter C. Brewer, 2006. Managerial Accounting, ahli bahasa oleh Nuri Hinduan, Akuntansi Manajerial, edisi sebelas, Buku satu, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Harnanto, 1992. Akuntansi Biaya: penentuan harga pokok produk, edisi pertama, Gadjah Mada, BPFE, Yogyakarta.

Horngen, Charles T., G. Foster, dan S.M. Datar, 1995. Akuntansi Biaya: dengan pendekatan manajerial, ahli bahasa oleh Endah Susilaningtyas, edisi Indonesia, Buku dua, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi USU, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rayburn, L. Gayle, 1999. Akuntansi Biaya: dengan menggunakan pendekatan manajemen biaya, edisi keenam, Buku satu dan dua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Schweitzer, Marcell dan Hans-Ulrich K., 1991. Akuntansi Biaya, ahli bahasa oleh Burhan N. dan Teddy P., Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

Stice, Earl K., James D. Stice, dan K. Fred Skousen, 2004. Intermediate Accounting, edisi limabelas, Buku satu, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Supriyono, R.A., 1999. Akuntansi Biaya: pengumpulan biaya dan penentuan harga pokok, edisi kedua, Buku satu dan dua, Gadjah Mada, BPFE, Yogyakarta.

Sutrisno, 1999. Akuntansi Biaya: untuk mannajemen, edisi pertama, Fakultas Ekonomi UII, Ekonisia, Yogyakarta

Tuanakotta, T.M., 1984. Teori Akuntansi, edisi satu, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.


(72)

Lampiran i Struktur organisasi UD. Sumber Nelayan


(1)

Daftar Pustaka

Bustami, Bastian dan Nurlela, 2009. Akuntansi Biaya, edisi pertama, Mitra

Wacana Media, Jakarta.

Carter, William K., dan Milton.F.Usry, 2006. Cost Accounting, ahli bahasa oleh

Krista S.E.,Ak, Akuntansi Biaya, edisi tigabelas, Buku satu,., PT. Salemba

Empat, Jakarta.

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis: untuk akuntansi dan manajemen, edisi

kedua, USU press, Medan.

Garrison, Ray H., Eric W. Noren dan Peter C. Brewer, 2006. Managerial

Accounting, ahli bahasa oleh Nuri Hinduan, Akuntansi Manajerial, edisi

sebelas, Buku satu, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Harnanto, 1992. Akuntansi Biaya: penentuan harga pokok produk, edisi pertama,

Gadjah Mada, BPFE, Yogyakarta.

Horngen, Charles T., G. Foster, dan S.M. Datar, 1995. Akuntansi Biaya: dengan

pendekatan manajerial, ahli bahasa oleh Endah Susilaningtyas, edisi

Indonesia, Buku dua, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi USU, 2004. Buku Petunjuk Teknis

Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi,

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rayburn, L. Gayle, 1999. Akuntansi Biaya: dengan menggunakan pendekatan

manajemen biaya, edisi keenam, Buku satu dan dua, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Schweitzer, Marcell dan Hans-Ulrich K., 1991. Akuntansi Biaya, ahli bahasa oleh

Burhan N. dan Teddy P., Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

Stice, Earl K., James D. Stice, dan K. Fred Skousen, 2004. Intermediate

Accounting, edisi limabelas, Buku satu, PT. Salemba Empat, Jakarta.


(2)

Lampiran i

Struktur organisasi UD. Sumber Nelayan


(3)

Lampiran ii

Daftar Beban Gaji Usaha Dagang Sumber Nelayan

Wilayah Tanjung Balai

Gaji

Total Gaji

Manajer pemebelian Rp4,000,000

Manajer produksi Rp4,000,000

Manajer keuangan Rp4,000,000

Manajer umum Rp4,000,000

Rp16,000,000

Bagian Produksi

Kepala departemen penjemuran dan pengilinggan Rp1,300,000 Kepala departemen percetakan dan pengemasan Rp1,300,000 Buruh bagian penjemuran dan pengilinggan Rp2,200,000 Buruh bagian percetakan Rp90,000,000 Buruh bagian pengemasan Rp90,000,000

Total Bagian Produksi Rp184,800,000

Bagian Pemasaran

Supervisor wilayah Sumatera Rp1,300,000

Supir Rp1,200,000

Total Bagian Pemasaran Rp2,500,000

Bagian Keuangan

Staf penerimaan kas Rp1,150,000

Staf pengeluaran kas Rp1,150,000

Total Bagian Keuangan Rp2,300,000

Bagian Umum

Logistik Kepala Gudang Rp1,200,000

Logistik Anak Gudang Rp1,100,000

Kepala karyawan Rp1,300,000

Kepala pembukuan Rp1,400,000

Staf administrasi/umum Rp1,100,000

Bagian kebersihan Rp2,250,000

Bagian kemananan Rp2,500,000

Biaya lembur Rp1,200,000

Biaya bonus buruh Rp1,500,000

Total Bagian Umum Rp13,550,000

Wilayah Jakarta

Gaji

Total Gaji

Gaji manajer pemasaran Rp6,000,000

Gaji manajer umum Rp4,000,000


(4)

Lampiran iii

Biaya - Biaya Umum Tanjung Balai

Biaya minyak genset Rp927,300 Biaya container pengiriman barang ke Jakarta Rp20,000,000 Biaya minyak antar barang Rp2,045,000

Penerangan Rp4,877,506

Air Rp0

Telepon Rp452,500

Ongkos jalan direksi Rp1,500,000 Pengangkutan dinas direksi Rp500,000

Belanja kantor Rp998,000

Asuransi bangunan Rp675,000 Asuransi 2 mobil direksi Rp375,000 Asuransi mobil angkut barang Rp149,000 Administrasi Bank Mandiri Rp50,000 Administrasi Bank BCA Rp60,000 Administrasi Bank Permata Rp45,000 Biaya dapur pabrik Rp1,850,000

SPSI Rp30,000

Iuran preman Rp30,000

Biaya pengobatan para pegawai Rp2,000,000 Biaya sumbangan/hibah Rp100,000 Biaya keamanan lingkungan Rp40,000 Biaya kebersihan lingkungan Rp50,000 Biaya pembuatan jalan Rp200,000 Biaya pemberhentian karyawan Rp300,000

Biaya lain-lain Rp500,000

Biaya perawatan mesin giling Rp60,000 Biaya perawatan mesin kemas Rp150,000 Biaya perawatan mesin perekat Rp50,000 Biaya perawatan genset Rp150,000


(5)

Lampiran iv

Biaya - Biaya Umum Wilayah Jakarta

Penerangan Rp829,777

Air Rp405,350

Telepon Rp1,078,800

Ongkos jalan direksi Rp1,500,000 Pengangkutan dinas direksi Rp500,000 Administrasi Bank Mandiri Rp50,000 Administrasi Bank BCA Rp70,000 Belanja kantor dan gudang Rp1,228,700 Asuransi gedung/kantor Rp675,000 Asuransi mobil manajer Rp180,000 Asuransi mobil angkut terasi Rp149,000 Biaya minyak antar barang Rp4,050,000 Biaya uang sampah Rp75,000 Biaya uang keamanan Rp150,000 Biaya lain-lain Rp300,000


(6)

Lampiran iv

Biaya - Biaya Umum Wilayah Jakarta

Penerangan Rp829,777

Air Rp405,350

Telepon Rp1,078,800

Ongkos jalan direksi Rp1,500,000 Pengangkutan dinas direksi Rp500,000 Administrasi Bank Mandiri Rp50,000 Administrasi Bank BCA Rp70,000 Belanja kantor dan gudang Rp1,228,700 Asuransi gedung/kantor Rp675,000 Asuransi mobil manajer Rp180,000 Asuransi mobil angkut terasi Rp149,000 Biaya minyak antar barang Rp4,050,000 Biaya uang sampah Rp75,000 Biaya uang keamanan Rp150,000 Biaya lain-lain Rp300,000