28 Untuk praktik farmasi komunitasapotek dengan semua kriteria mulai dari
kurang hingga sangat tidak layak, dalam proses pembinaan dan pengawasan harus diberikan peringatan dan diberikan waktu untuk memperbaiki tingkat pemenuhan
standar praktik. Apabila pada batas waktu yang ditentukan belum juga menunjukkan perbaikan, maka pemberi izin sarana atau dalam hal ini adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sebaiknya mengeluarkan surat keputusan penghentian sementara kegiatan PSK sampai dengan pencabutan izin.
Untuk proses pembinaan seperti ini hendaknya diumumkan secara terbuka melalui media massa agar diketahui publik sehingga memberikan efek patuh kepada
apoteker-apoteker yang ada di Kabupaten Deli Serdang.
4.4 Hubungan Tingkat Pemenuhan Standar Praktik Kefarmasian dengan
Karaketeristik Responden
Hubungan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian dengan karakteristik responden dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS
Statistics 17.0. Oleh karena variabel penelitian diukur dengan menggunakan skala
pengukuran kategorik, maka sebagai instrumen uji dipilih Chi-Square dengan syarat sel yang mempunyai nilai ekspektasi expectedcount kurang dari 5
maksimal 20 dari jumlah sel. Hasil analisis statitistik secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Merujuk pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa secara statistik variabel ada tidaknya pekerjaan lain menunjukkan adanya hubungan yang signifikan P0,05
terhadap tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena tidak adanya pekerjaan lain, responden mempunyai
Universitas Sumatera Utara
29 peluang lebih banyak untuk melakukan praktik kefarmasian dengan lebih baik.
Data menunjukkan bahwa 35,71 responden dengan tidak adanya pekerjaan lain menghasilkan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian dengan kriteria
baik, sebaliknya 46,43 responden dengan adanya pekerjaan lain menghasilkan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian dengan kriteria buruk.
Tabel 4. 4 Analisis Statitistik Hubungan Tingkat Pemenuhan Standar Praktik
Kefarmasian dengan Karakteristik Responden
Karakteristik Responden
Instrumen Uji
Angka Signifikansi
Kesimpulan Jenis Kelamin
Chi-Square 0,184
Tidak terdapat hubungan, p 0,05
Ada tidaknya pekerjaan lain
Chi-Square 0,003 Terdapat hubungan,
p 0,05 Besaran imbalan
per bulan Chi-Square 0,043
Terdapat hubungan, p 0,05
Kepemilikan apotek
Chi-Square 0,013 Terdapat hubungan,
p 0,05
Selanjutnya secara statistik variabel besaran imbalan juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan p 0,05 terhadap tingkat pemenuhan standar praktik
kefarmasian. Data menunjukkan bahwa 14,29 responden dengan imbalan Rp.2.000.000,- menghasilkan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian
dengan kriteria baik, sebaliknya 67,85 responden dengan imbalan ≤
Rp.2.000.000,- menghasilkan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian dengan kriteria buruk. Kemudian data menunjukkan bahwa 21,43 responden
yang mengelola sendiri apotek yang dia miliki menghasilkan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian dengan kriteria baik, sebaliknya 78,57 responden
yang mengelola apotek milik PSA menghasilkan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian dengan kriteria buruk. Selanjutnya variabel jenis kelamin
Universitas Sumatera Utara
30 tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan p 0,05 terhadap tingkat
pemenuhan standar praktik kefarmasian, yang berarti untuk saat ini perubahan semua variabel-variabel tersebut tidak akan mempu meningkatkan kriteria tingkat
pemenuhan standar praktik kefarmasian.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN