12 dilakukan untukmenentukan tingkatprofesionalismeapoteker dansiswa
farmasi.Kebanyakaninstrumenyang dirancang untuk menilaiprofesionalismetelahdiukurberdasarkan karakteristikklasikprofesi,
seperti: pengetahuan khusus tentang teknik, cara-cara berperilaku dan nilai dalam bertingkah laku,altruisme,asosiasi profesidan identitas, gengsi, fungsi
sosial,otonomi,hubungan klienkhusus,intelektualdasar termasuk komitmen dalam seni liberal, melanjutkan pendidikan, danpenelitian, sosialisasi yang
unik darianggotamahasiswa,pengakuan hukummelalui lisensi, kesetaraan lengkap dari anggota,kepraktisan,dan keterampilan pekerjaan Hammer, et al.,
2000. Profesionalismeditunjukkan dalam cara apotekerberperilaku dalam
situasiyang profesional.Definisi inimenunjukkansikapyang diciptakan melaluikombinasiperilaku, termasukkesopananketika berhadapandengan
pasien,teman sebaya, danperawatan kesehatanprofesional lainnya.Apotekerharuskonsistendalam menghormati orang laindan
memeliharanyasesuaibatas-batasprivasi dankebijaksanaan. Sangat penting untukmemilikisikap-sikap yang empatik, apakahsaat berurusandengan
pasienatau berinteraksidengan orang laindalam timperawatan kesehatanHammer, et al., 2000.
2.4. Manajerial
Manajemen yang baik, tidaklah menjamin sebuah apotek memberikan hasil kinerja yang baik, bila lokasi tidak strategis.atau sebaliknya, lokasi yang
baik dari sebuah apotek, akan sia-sia bila pengelolaannya tidak dilakukan secara profesional oleh apotekernya sendiri. Pengelolaan farmasi komunitas
Universitas Sumatera Utara
13 yang baik akan selalu mengikuti kebutuhan dan perubahan pasar di lokasinya
masing-masing. Sehingga analisislokasi, pasar dan sumber daya yang ada akan menjadi satu kegiatan yang terus menerus dapat dilakukan dan dievaluasi
Saragi, 2004. Kemampuan seorang apoteker yang baru lulus di dalam pengelolaan
apotek baru, tidaklah cukup untuk mendapatkan hasil kinerja apotek yang baik sesuai dengan pertumbuhan pasar yang ada. Sebagai contoh PT. Kimia Farma
Apotek yang sedang menyiapkan perekrutan program untuk apoteker yang baru lulus, di dalam kegiatan pendidikan danpelatihannya membutuhkan
waktu yang cukup lama 3 bulan. Ditambah lagi, masa magang yang harus dilaluinya, sampai memakan waktu 1 tahun sebelum dipercaya mengelola
sebuah apotek.Hal ini dilakukan, sebagai pertanggung jawaban dari seorang profesional kepada pihak manajemen, baik dalam pengelolaan sumber daya
maupun layanan kefarmasian Saragi, 2004.
2.5 Dispensing
Dispensing obat adalah bagian dari pekerjaan kefarmasian meliputimenerima dan memvalidasi resep obat, mengerti dan
menginterpretasikan maksud resep yang dibuat dokter, membahas solusi masalah yang terdapat dalam resep bersama-sama dengan dokter penulis
resep, mengisi Profil Pengobatan Penderita P-3, menyediakan atau meracik obat, memberi wadah dan etiket yang sesuai dengan kondisi obat, merekam
semua tindakan, mendistribusikan obat kepada Penderita Rawat Jalan PRJ atau Penderita Rawat Tinggal PRT, memberikan informasi yang dibutuhkan
kepada penderita dan perawat. Berbagai kegiatan tersebut yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
14 kewenangan untuk melakukannya adalah apoteker dibantu tenaga teknis
kefarmasian.Praktik Dispensing yang baik adalah suatu praktik yang memastikan suatu bentuk yang efektif dari obat yang benar, ditujukan kepada
pasien yang benar, dalam dosis dan kuantitas sesuai instruksi yang jelas, dan dalam kemasan yang memelihara potensi obat Amalia, 2010.
2.6 Asuhan Kefarmasian