14 kewenangan untuk melakukannya adalah apoteker dibantu tenaga teknis
kefarmasian.Praktik Dispensing yang baik adalah suatu praktik yang memastikan suatu bentuk yang efektif dari obat yang benar, ditujukan kepada
pasien yang benar, dalam dosis dan kuantitas sesuai instruksi yang jelas, dan dalam kemasan yang memelihara potensi obat Amalia, 2010.
2.6 Asuhan Kefarmasian
Asuhan kefarmasian Pharmaceutical care adalah tanggung jawab langsung apoteker pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan
pasien dengan tujuan mencapai hasil yang ditetapkan yang memperbaiki kualitas hidup pasien.Asuhan kefarmasian tidak hanya melibatkan terapi obat
tapi juga keputusan tentang penggunaan obat pada pasien.Termasuk keputusan untuk tidak menggunakan terapi obat, pertimbangan pemilihan obat, dosis,
rute dan metoda pemberian, pemantauan terapi obat dan pemberian informasi dan konseling pada pasien American Society of Hospital Pharmacists, 1993.
Melalui penerapan asuhan kefarmasian yang memadai diharapkan masyarakat yang mengkonsumsi obat mendapat jaminan atas
keamanannya.Hasil terapetikyang efektif dari suatu obat berkorelasi dengan proses penyembuhan penyakit, pengurangan gejala penyakit, perlambatan
pengembangan penyakit dan pencegahan penyakit Anonim, 2008. Pada pernyataan pasal 5 PP No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian dalam pelayanan sediaan farmasi tidak boleh hanya diartikan kita menyerahkan obat begitu saja. Karena yang namanya proses tetap harus dilalui
dan semua proses tidak bisa dipisahkan. Proses mulai dari pengadaan sampai dengan penyerahan. Yang mana penyerahan itu sendiri meliputi KIE
Universitas Sumatera Utara
15 komunikasi, informasi dan edukasi.Semua hal itu harus diartikan sebagai
satu kesatuan proses pelayanan kefarmasian, yang mana pelayanan kefarmasian juga merupakan pelayanan kesehatan dasar. Bila hal tersebut
hanya dilakukan dengan sebagian saja, maka proses pelayanan kefarmasian tidak bisa dikatakan profesional Anonim, 2009.
Apotek sebagai tempat pengabdian profesi apoteker semestinya adalah sarana yang sangat tepat bagi apoteker untuk memberikan asuhan kefarmasian
kepada masyarakat. Secara filosofis, konsumen yang datang ke apotek sejatinya bukan semata-mata akan membeli obat. Mereka membutuhkan saran
atas masalah yang berkaitan dengan kesehatan mereka.Bahwa bila diakhir kunjungannya mereka membeli obat, dapat dipastikan hal itu terjadi setelah
melalui tahap pemberian asuhan kefarmasian. Paradigma tersebut memperjelas sekaligus mempertegas bahwa apotek tidak lain adalah pusat
asuhan kefarmasiann dan profesi yang memiliki kompetensi untuk menjalankannya adalah apoteker. Sehingga, konsep no pharmacist no service
atau tiada apoteker tiada pelayanan TATAP adalah konsukuensi logis atasnya Anonim, 2008.
2.7 Pelayanan Kesehatan Masyarakat