Kinerja Bisnis Apotek HASIL DAN PEMBAHASAN

22 0.00 60.71 32.14 3.57 3.57 2010 2001 ‐2010 1991 ‐2000 1981 ‐1990 =1980 17.86 3.57 0.00 3.57 14.29 60.71 tidak ada data sampai dengan 1.000.000 4.000.000 3.000.000 ‐4.000.000 2.000.000 ‐3.000.000 1.000.000 ‐2.000.000 17.86 0.00 0.00 17.86 57.14 7.14 0.00 tidak ada data sudah sesuai harapan 10.000.000 5.000.000 ‐10.000.000 3.000.000 ‐5.000.000 2.000.000 ‐3.000.000 1.000.000 ‐2.000.000 Gambar 4.5. Distribusi tahun lulus responden

4.2 Kinerja Bisnis Apotek

Gambar 4.6 berikut ini adalah distribusi imbalan yang diterima responden perbulan, dapat dilihat bahwa 60,71 responden menerima imbalan Rp. 2.000.000,- dan 3,57 hanya menerima imbalah Rp. 1000.000,- atau kurang, suatu imbalan yang tidak mencerminkan adanya masa depan, jauh dari kriteria layak bagi seseorang yang dinyatakan sebagai profesional. Gambar 4.6. Distribusi Imbalan yang Gambar 4.7. Distribusi Imbalan per bulan diterima responden per bulan yang diharapkan responden PD IAI Sumatera Utara dan Pengurus daerah Gabungan Perusahaan Farmasi Sumatera Utara telah sepakat untuk memberikan imbalan minimum bulanan kepada APA sebesar dua setengah kali upah minimum provinsi UMP diluar THR, bonus tahunan, dan transport harian. Untuk tahun 2013 UMP Provinsi Universitas Sumatera Utara 23 0.00 3.57 7.14 39.29 39.29 7.14 3.57 100 50 ‐100 30 ‐50 20 ‐30 10 ‐20 5 ‐10 ≤ 5 0.00 3.57 10.71 85.71 0.00 500.000 100.000 ‐500.000 50.000 ‐100.000 10.000 ‐50.000 ≤ 10.000 Sumatera Utara adalah Rp. 1.375.000,- yang berlaku mulai 1 Januari 2013 dengan demikian imbalan minimum bulanan APA adalah Rp. 3.437.000,- PD IAI Sumut, 2013. Dari survei tentang imbalan bulanan yang diharapkan responden Gambar 4.7 mayoritas responden mengharapkan imbalan di atas Rp. 2.000.000,- hingga Rp. 5.000.000,- suatu harapan yang sangat wajar dan sangat mungkin dipenuhi. Untuk hal ini perlu dicarikan sistem imbalan yang sesuai, bukan semata terkait dengan kehadiran apoteker di apotek, tetapi lebih mencerminkan pada apa yang apoteker kerjakan sebagaimana layaknya para profesional bekerja, untuk memberikan jaminan bagi para apoteker membangun komitmen berprofesi yang baik, menghasilkan pelayanan kefarmasian yang aman, dan terjangkau Wiryanto, 2012. Gambar 4.8 dan 4.9 berikut adalah data distribusi rata-rata jumlah lembar resep per hari dan distribusi harga rata-rata per lembar resep.Dari Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa mayoritas apotek di daerah Kabupaten Deli Serdang hanya menerima kurang dari 30 lembar resep per hari, sebuah volume pekerjaan yang terlampau kecil untuk harus dikerjakan dalam kurun waktu lebih dari 12 jam kerja. Gambar 4.8. Distribusi rata-rata jumlah Gambar 4.9. Distribusi harga rata-rata lembar resep per hari rupiah per lembar resep Universitas Sumatera Utara 24 0.00 3.57 0.00 14.29 28.57 50.00 3.57 50.000.000 10.000.000 ‐50.000 5.000.000 ‐10.000.000 3.000.000 ‐5.000.000 2.000.000 ‐3.000.000 1.000.000 ‐2.000.000 ≤ 1.000.000 Selanjutnya dari Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa 53,57 apotek mempunyai omset rata-rata Rp. 2000.000,- atau kurang per hari. Diketahui bahwa pada indeks penjualan 1,15 titik impas apotik adalah Rp. 2.079.601,- per hari, maka apotek dengan omset Rp. 2.000.000,- per hari sulit diharapkan untuk dapat beroperasi sesuai standar Wiryanto, 2010. Gambar 4.10. Distribusi omset apotek per hari

4.3 Pemenuhan Standar Praktik Farmasi KomunitasApotek