Spesifikasi Bahan
B. Spesifikasi Bahan
Adapun spesifikasi bahan yang dipakai antara lain: o Abutment direncanakan menggunakan beton mutu f’c = 35 Mpa.
o Pelat injak direncanakan menggunakan beton mutu f’c = 35 Mpa. o Pondasi tiang pancang direncanakan menggunakan beton mutu f’c = 40 Mpa. o Wingwall direncanakan menggunakan beton mutu f’c = 35 Mpa. o Tulangan yang digunakan :
Ø 8 dan Ø 10 merupakan tulangan polos dengan mutu fy = 240 Mpa. D12, D14, D16, D25 adalah tulangan ulir dengan mutu fy = 240 Mpa
6.2.2.1. Pelat Injak
A. Pembebanan Pelat Injak
1. Beban Mati
Berat Aspal 3 = 0.12 m x 20 kgm x 1 m = 264 kgm Berat Agregat 3 = 0.23 m x 1450 kgm x 1 m = 333.5 kgm Berat Sendiri Pelat = 0.25 m x 2500 kgm 3 x 1 m = 625 kgm
Berat Total (Q DL ) = 1222.5 kgm = 12.23 kNm
8 × 12.23 × 3 = 13.76
2. Beban Hidup
Bentang jembatan = 70 m, maka
= 1.1 �1 +
� untuk L > 60 m
8 × 17.1273 × 3 = 19.27
M TOTAL =
13.76 + 19.27 = 33.03 kNm
B. Penulangan Pelat Injak
f’c = 30 Mpa f’c = 30 Mpa
2 = × 0,8 × × �1 − 0,588 × ×
1 × 2.04 300 �
2 = × 0.8 × 2400 × �1 − 0.588 × ×
= 0.75 × 1 �
= 0.75 × 0.84 �
Karena ρ min >ρ>ρ max → dipakai ρ 2 = 0.004238627
1. Tulangan Utama
As perlu = ρ x b x d = 0.004238627 x 1000 x 203.5 = 862.56 mm 2
862.56 = 153.88 Dipakai tulangan ø 13 – 100
2. Tulangan Bagi
Menurut SKSNI T15-1991-03 pasal 3.16.12, dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus disediakan tulangan pembagi tegangan susut dan suhu untuk fy = 240 MPa
As 2 bagi = 25 x As perlu = 25 x 862.56 = 215.64 mm
1 2 × 1000 = 4× ×ø
1 2 × 1000
= 4 × × 13
215.64 = 615.53 Dipakai tulangan bagi ø 13 – 200
Gambar 6.117 Penulanngan Plat Injak
6.2.2.2. Perencanaan Abutment
A. Tinjauan Dimensi Abutment
Rencana dimensi abutment dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6.118 Dimensi Rencana Abutmen
B. Pembebanan Abutmen
1. Berat Sendiri
Gambar 6.119 Perhitungan Berat Sendiri Abutment
Tabel 6.21 Perhitungan Berat Sendiri Abutment
Soil Toe
Tabel 6.22 Berat Koordinat Titik berat
SMx
SMy
Berat (ton)
Soil toe
2. Beban Bangunan Atas
a. Beban Mati
Gambar 6.120 Perhitungan Beban akibat Konstruksi Atas
Berdasarkan hasil analisis SAP2000 didapatkan reaksi di
atas tumpuan bagian atas (Pm 1 ) sebesar 221.74 T, sedangkan
bagian bawah (Pm 2 ) sebesar 183.37 T, dimana satu buah
abutment menerima 2 reaksi tumpuan dari 2 rangka baja. Sehingga abutment menerima beban mati sebesar :
Pm 1 = Joint Reaction 1 = 221.74 T x 2 = 443.48 T Pm 2 = Joint Reaction 2 = 183.37 T x 2 = 366.74 T
Lengan Pm 1 terhadap B (Ya 1 ) = 4.6 m Lengan Pm 2 terhadap B (Ya 2 ) = 2.25 m
Momen terhadap O :
1 × 1 + 2 × 2
= 4.6 × 443.48 + 2.25 × 366.74 = 2865.17
b. Beban Hidup
Reaksi beban berjalan terhadap abutment berdasarkan analisa SAP2000 dapat ditampilkan dengan memilih frame di atas abutment lalu menggunakan fitur Display > Show Influence LinesSurface.
Gambar 6.121 Show Influence Line Surface
Gambar 6.122 Garis Pengaruh Beban Berjalan
Berdasarkan hasil analisa SAP2000 diperoleh reaksi tumpuan akibat beban berjalan sebesar 51.238 T. Lengan titik beban terhadap titik O yaitu 4.6 m. Momen terhadap O :
= ℎ × 1
= 51.238 × 4.6 = 235.695
c. Gaya Rem
Hasil analisis SAP2000 didapat reaksi tumpuan atas abutment akibat beban rem sebesar (P v ) = 6.832 T. Lengan terhadap O = 4.6 m
=P v × 1 = 6.832 × 2.25 = 87.333
d. Gaya gesek pada tumpuan bergerak
Menurut pasal 2.6 halaman 15 PPJJR SKBI 1.3.28.1987, gaya gesek yang timbul hanya ditinjau akibat beban mati saja, sedangkan besarnya ditentukan berdasarkan koefisien gesek, pada tumpuan yang bersangkutan. Harga koefisien gerak diambil
= × 2
= 0.15 × 366.74 = 55.01 = 0.15 × 366.74 = 55.01
h=ExM dimana :
h : gaya horisontal akibat gempa
E : Koefisien gempa untuk daerah Jawa Tengah pada wilayah
II = 0.14 ( Peraturan Muatan untuk Jalan Raya no. 121970) M : Muatan mati dari konstruksi yang ditinjau
o Gaya gempa terhadap berat sendiri abutment :
P BB = 779.22 T Gh BB = 779.22 x 0.14 = 109.09 T Y B = 4.828 m
M
= 109.09 T x 4.828 m = 526.69 Tm
o Gaya gempa terhadap bangunan atas :
P MB = 443.48 T Gh MB = 443.48 T x 0.14 = 62.09 T Y MB = 4.6 m
M
= 62.09 T x 4.6 m = 285.6 Tm
o Gaya gempa terhadap tanah di atas abutment :
P TB = 625.83 T Gh TB = 625.83 T x 0.14 = 87.62 T Y TB = 3.22 m
M
= 87.62 T x 3.22 m = 282.42 Tm = 87.62 T x 3.22 m = 282.42 Tm
Gambar 6.123 Perhitungan Beban akibat Tekanan Tanah
Diketahui :
1) Tanah lapisan 1 (tanah dasar)
γ 3 1 = 1.8 grcm
∅ 1 = 42.04°
Cu 1 = 1.84 kgcm 2
H 1 = 12.74 m
2) Tanah lapisan 2 (tanah urug)
2 = γ 3 1.8 grcm
∅ 2 = 42.04°
Cu 2 = 1.84 kgcm 2
H 2 = 2.6 m
3) Koefisien tekanan tanah aktif
�45° −
2� 42.04°
= tan 2 �45° −
2�
4) Koefisien tekanan tanah pasif
∅
= tan 2
�45° +
2�
2 = tan 42.04° �45° +
2�
5) Tekanan tanah aktif (Pa)
Menurut pasal 1.4 P3JJR SKBI 1.3.28.1987, muatan lau lintas dapat diperhitungkan sebagai beban merata senilai dengan tekanan tanah setinggi h = 0.6 m, jadi beban lalu lintas (qx) :
= 0.198 × 2.32 × 12.74 × 15 = 87.897
2 × 0.198 × 1.8 × = 433.848
6) Tekanan tanah pasif (Pp)
2 × 5.054 × 1.8 × = 461.228
= 1 + 2 −
= 87.897 + 433.848 − 461.228 = 60.517
ya1 = 6.37 m ya2 = 4.247 m ya1 = 6.37 m ya2 = 4.247 m
∑ (Ti × Yi) 4 =1
(87.897 × 6.37 ) + (433.848 × 4.247 ) − (461.228 × 0.867 )
= 33.091096 Momen terhadap titik O :
= × = 60.517 × 33.091096 = 2002.57
g. Gaya Angin
Data teknis perencanaan pertambatan angin : Tekanan angin (w) 2 : 198.5 kgm
Luas bidang rangka utama (A) : 106.793 m 2
o Beban angin pada sisi pertama rangka jembatan (d 1 ):
1 = 50 × �(30 × )� × = 50 × �(30 × 106.793)� × 198.5 = 3179.76
o Beban angin pada muatan hidup setinggi 2 m (d 2 ):
2 = 100 × × × 2 = 100 × 198.5 × 70 × 2 = 27790
o Beban angin pada sisi kedua rangka jembatan (d 3 ):
3 = 50 × �(15 × )� × = 50 × �(15 × 106.793)� × 198.5 = 1589.88
o Lengan beban angin pada sisi pertama rangka jembatan (s 1 ):
o Lengan beban angin pada muatan hidup setinggi 2 m (s 2 ):
Tinggi profil gelagar melintang (h1)
: 90 cm
Tebal sayap gelagar melintang (h2)
: 3.4 cm
Lebar profil rangka induk (h3)
: 30 cm
Tebal plat lantai kendaraan (h4)
: 20 cm
Tebal perkerasan (h5)
: 5 cm
Tinggi bidang vertikal beban hidup (h6) : 200 cm
Lengan terhadap O :
y 1 =y 2 = 6 + 6.37 = 12.37 m y3 = 1.97 + 6.37 = 8.34 m Momen terhadap titik O :
= 1 × 1 + 2 × 2 + 3 × 3
= 3.18 × 12.37 + 27.79 × 12.37 + 1.59 × 8.34 = 396.356
h. Gaya Tekanan Tanah akibat Gempa Bumi
F= 60.517 T Ta = 60.517 x 0.14 = 3.58 T Momen terhadap titik O :
= 3.58 × 40.73 = 279.0244
C. Kombinasi Pembebanan
Tabel 6.23 Kombinasi pembebanan
Tegangan yang digunakan
dalam prosen terhadap
Kombinasi Pembebanan Gaya
tegangan izin keadaan
elastis
I. M+(H+K)+Ta+Tu
II. M+Ah+A+Ta+Gg+SR+Tm
III. Komb.I+Rm+Gg+A+SR+Tm+S
IV. M+Gh+Tag+Gg+AHg+Tu
V. M+P1
VI. M+(H+K)+Ta+S+Tb
Keterangan :
A : Beban angin Ah : gaya akibat aliran dan hanyutan
Ahg : Gaya aliran dan hanyutan pada waktu gempa
Gg : gaya gesek pada tumpuan bergerak Gh : gaya horizontal ekivalen akibat gemapa bumi
H+K : beban hidup dengan kejut M
: beban mati
PI
: gaya – gaya pada waktu pelaksanaan Rm : gaya rem
S
: gaya setrifugal
SR
: gaya akibat susut dan rangkak Tm : gaya akibat perubahan suhu ( selain susut dan rangkak ) Ta
: gaya tekanan tanah Tag : gaya tekanan tanah akibat gempa bumi Tb
: gaya tumbuk
Tu
: gaya angkat ( bouyancy )
Beban nominal : jumlah total beban Beban ijin
: beban nominal dibagi presentase terhadap tegangan ijin
Tabel 6.24 Kombinasi 1
Beban
Gaya (ton)
Lengan (m)
Momen (Tm)
atas Timbunan
tanah Bangunan
H+K
atas
Ta
Tu
Nominal
Ijin
Tabel 6.25 Kombinasi 2
Beban
Gaya (ton)
Lengan (m)
Momen (Tm)
atas Timbunan
A Angin tekan
Angin hisap
source
not found.
Muatan 2 m
Tabel 6.26 Kombinasi 3
Beban
Gaya (ton)
Lengan (m)
Momen (Tm)
not found.
Tabel 6.27 Kombinasi 4
Beban
Gaya (ton)
Lengan (m)
Momen (Tm)
Bangunan atas
Timbunan tanah 625.83
Gh Abutment
Bangunan atas
Timbunan tanah
T AG 8.472
Tabel 6.28 Kombinasi 5
Beban
Gaya (ton)
Lengan (m)
Momen (Tm)
Bangunan atas
Timbunan tanah 625.83
Tabel 6.29 Kombinasi 6
Beban
Gaya (ton)
Lengan (m)
Momen (Tm)
Bangunan atas
Timbunan tanah 625.83
H+K Bangunan atas
4.6 115.286 T A 3.58 40.73 145.81
D. Kontrol Stabilitas Abutment
Kestabilan konstruksi diperiksa terhadap kombinasi gaya dan muatan yang paling menentukan.
1. Terhadap Guling (F G )
∑
∑ ≥ , ∶ ∑MV = jumlah momen vertical yang terjadi
∑MH = jumlah momen horisontal yang terjadi SF
= safety factor = 1.5
Tabel 6.30 Kontrol Terhadap Guling
Komb.
MV (Tm) MH (TM)
F SF Ket.
2. Terhadap Geser (F S )
tan δ = faktor geser tanah antara tanah dan dasar tembok
= 0.45 (Beton dengan tanah lempung padat pasir
gravelan padat) Ca = adhesi antara tanah dan dasar tembok = 0
B = lebar dasar pondasi = 5 meter
Tabel 6.31 Kontrol terhadap Geser
Komb. V (ton) tan δ Ca B (m) H (m) FS SF Ket.
3. Terhadap Eksentrisitas (e)
∑ −∑ ℎ
2−
∑
5 ∑ −∑ ℎ 5 <
2−
∑
∑ −∑ ℎ
2.5 −
∑
Tabel 6.32 Kontrol terhadap Eksentrisitas
B V (ton)
e (m) B6 Ket.
1899.77 -0.40 0.8 Aman
II 2.5 5748.06 746.77
1848.53 -0.21 0.8 Aman
1848.53 -0.61 0.8 Aman
VI 2.5 5863.35 145.81
1899.77 -0.51 0.8 Aman
4. Terhadap Daya Dukung Tanah
Kapasitas dukung tanah dasar (bearing capacity) dipengaruhi oleh parameter ϕ, c, γ . Besarnya kapasitas dukung tanah dasar dapat dihitung dengan metode Terzaghi seperti yang tertera pada persamaan (3).3333
= 0.18 × 95.7 �1 + 0.3
� + 0.0024 × 1274 × 81.3 1500
+0,5 × 0.0024 × 500 × 100.4 × �1 − 0,2
Kontrol daya dukung tanah terhadap abutment sesuai seperti pada persamaan (4).
SF = safety factor 1.5 ~ 3
B = lebar abutment = 5 m
L
= panjang abutment = 15 m
A = 5 x 15 = 75 m 2
2 2 W 3 = 16 x L x B = 16 x 15 x 5 = 62.5 m
Tabel 6.33 Kontrol terhadap daya dukung tanah
all (tm) σ
min Σ max
Komb.
∑MH (tm) (m 2 ) Ket. (m 3 ) σ (tm) (tm)
(ton)
I 1899.77 6221.12
75 62.5 1080.6 -74.2 124.9 Tidak Aman
II 1848.53 6494.83
75 62.5 1080.6 -79.3 128.6 Tidak Aman
III
75 62.5 1080.6 -86.6 137.3 Tidak Aman
IV 1848.53 7515.09
75 62.5 1080.6 -95.6 144.9 Tidak Aman
V 1848.53 5748.06
75 62.5 1080.6 -67.3 116.6 Tidak Aman
VI 1899.77 6009.16
75 62.5 1080.6 -70.8 121.5 Tidak Aman
Karena tinjauan stabilitas abutment tidak aman, maka dipasang pondasi tiang pancang untuk menanggulangi kegagalan konstruksi.
E. Penulangan Abutment
1. Penulangan Badan Abutment
Gambar 6.124 Penulangan Badan Abutment
Beban yang digunakan dalam penulangan badan abutment diambil dari kombinasi pembebanan yang menghasilkan beban dan momen terbesar yaitu kombinasi pembebanan III.
Tabel 6.34 Kombinasi Pembebanan Maksimum
Beban
Gaya (ton)
Lengan (m)
Momen (Tm)
not found.
o Data Teknis Perencanaan
f’c = 35 MPa → β = 0.84 fy = 400 MPa
Ag = luas penampang = 1000 x 1900 = 1900000 mm 2 Ht = tinggi badan = 3600 mm
b = 1000 mm (tiap meter lebar abutment)
h = 1900 mm
p
= 70 mm Mu = 58633500000 Nmm Pu = 18997700 N Ф = 0,65
Diameter tulangan utama dipakai D32, dan tulangan pembagi dipakai D25, sehingga :
d = h – (p + tul. bagi + 12 tul. utama) = 1900 – (70 + 25 + ½ 32) = 1789 mm
′ =
× × 0.81 ×
0.65 × 1900000 × 0.81 × 35
× × 0.81 × ′ × ℎ
18997700
=
0.65 × 1900000 × 0.81 × 35 × 1.62
= 0.88
Gambar 6.125 Grafik Perhitungan Beton Bertulang untuk fy 400
MPa d'h = 0.15
Sehigga didapat r = 0.108 f’c = 35 maka β = 1.33 ρ = r x β = 0.13 x 1.33 = 0.1436
o Tulangan Pokok
= = 0.25 × As tot
= 22736.67 mm 2
Dipakai tulangan rangkap tiga D32 – 75 ( Ast = 32153.60 mm 2 )
o Tualangan Bagi
Diambil sebesar 60 dari tulangan utama = 13642 mm 2 Dipakai tulangan rangkap tiga D25 – 100 ( Ast = 14718.7 mm 2 )
Gambar 6.126 Penulangan Badan Abutment
2. Penulangan Kepala Abutment
o Gaya horizontal gempa (Gg) :
Gaya gempa terhadap berat sendiri abutment :
P BB = 779.22 T Gh BB = 779.22 x 0.14 = 109.09 T Y B = 4.828 m
M
= 109.09 T x 4.828 m = 526.69 Tm Gaya gempa terhadap bangunan atas :
P MB = 443.48 T Gh MB = 443.48 T x 0.14 = 62.09 T Y MB = 4.6 m
M
= 62.09 T x 4.6 m = 285.6 Tm
Mt
= 526.69 + 285.6 = 812.292 Tm = 526.69 + 285.6 = 812.292 Tm
b = 1000 mm
h = 1000 mm
Ф
Diameter tulangan utama dipakai D25, dan tulangan pembagi dipakai D25, sehingga :
d = h – (p + tul. bagi + 12 tul. utama) = 1000 – (70 + 25 + ½ 25 ) = 892.5 mm
2 = × 0,8 × × �1 − 0,588 × × ′ �
2 1 × 0.8925 = × 0.8 × 4000 4000
× �1 − 0.588 × ×
= 0.75 × 1 �
= 0.75 × 0.8 �
Karena ρ min >ρ>ρ max → dipakai ρ 1 = 0.00326
o Tulangan Pokok
As 2 = ρ x b x d = 0.00326 x 1000 x 892.5 = 2909.55 mm
perlu
2909.55 = 168.71 Dipakai tulangan D25 – 150
o Tulangan bagi
As bagi
= 25 x As 2 perlu = 25 x 2909.55 = 727.39 mm
= 674.84 Dipakai tulangan bagi D25 – 250
Gambar 6.127 Penulangan Kepala Abutment
3. Penulangan Poer
Gambar 6.128 Pembebanan Poer
P1 = 0.5 x 0.6 x 1.5 x 1 x 2.5 x 1 = 1.13 T P2 = 1.6 x 1.5 x 1 x 2.5 = 6.0 T
Momen yang terjadi pada potongan A :
= ×
3 − 1 × 0.5 + 2 × 0.75
= 137.3 × 1.022 − 1.13 × 0.5 + 6.0 × 0.75 = 144.26
Direncanakan : f’c = 35 MPa fy = 400 MPa
b = 1500 mm
h = 1000 mm Ф = 0,65
Direncanakan tulangan dipakai D32, dan tulangan pembagi dipakai D25, sehingga :
d = h – (p + tul. bagi + 12 tul. utama)
= 1000 – (70 + 25 + ½ 32 ) = 889 mm
2 = × 0,8 × × �1 − 0,588 × × ′ �
= × 0.8 × 4000 × �1 − 0.588 × ×
1 × 0.89 2 350 �
= 0.75 × 1 �
= 0.75 × 0.8 �
Karena ρ min > ρ>ρ max → dipakai ρ 2 = 0.00057 Karena ρ min > ρ>ρ max → dipakai ρ 2 = 0.00057
As perlu = ρ x b x d = 0.00057 x 1500 x 889 = 760.095 mm 2
760.095 = 1058.09 Dipakai tulangan D32 – 200
o Tulangan bagi
As 2 bagi = 25 x As perlu = 25 x 760.095 = 190.024 mm
190.024 = 2583.22 Dipakai tulangan bagi D25 – 200
Gambar 6.129 Penulangan Poer
6.2.2.3. Perhitungan Pondasi Tiang Pancang
Perencanaan beban maksimal (Pmax) yang mampu ditahan tiang pancang ditinjau terhadap empat kombinasi pembebanan terhadap titik Perencanaan beban maksimal (Pmax) yang mampu ditahan tiang pancang ditinjau terhadap empat kombinasi pembebanan terhadap titik
= 35 cm
Luas penampang ( A )
Keliling penampang tiang = × Ø = 109.96 cm Panjang tiang pancang
= 14 meter
Berat permeter tiang
= 0.096211 × 2500 = 240.53
Berat tiang pancang
= 240.53 × 14 = 3367.39 kg = 3.37 ton
Pmak = beban maksimum yang diterima tiang pancang PV
= beban vertikal ( normal )
M
= jumlah momen yang bekerja pada titik berat tiang pancang Xmax = jarak terjauh tiang kepusat berat kelompk tiang = 1.5 m n
= jumlah pondasi tiang pancang = 14 buah
ny
= jumlah pondasi tiang pancang dalam satu baris arah tegak lurus
bidang momen = 10 buah
� 2 = 1.5 2 = 2.3
Gaya maksimum yang dipikul tiang pancang
Tabel 6.35 Perhitungan Gaya Maksimum Minimum
PV 2 MV X maks ∑x P maks P min
(ton) (ton)
I 1899.77 14 5863.35
1.5 2.3 10 518.09 -246.69
II 1848.53 14 5748.06
1.5 2.3 10 506.91 -242.84
III
1.5 2.3 10 518.09 -246.69
IV 1848.53 14 5748.06
1.5 2.3 10 506.91 -242.84
V 1848.53 14 5748.06
1.5 2.3 10 506.91 -242.84
VI 1899.77 14 5863.35
1.5 2.3 10 518.09 -246.69
Dari table perhitungan diperoleh bahwa Pmaks terjadi pada kombinasi III sebesar 518.09 T. Maka daya dukung tanah lebih besar dari Pmaks tersebut.
Gambar 6.130 Denah Rencana Pondasi Tiang Pancang pada Abument
6.2.2.4. Perhitungan Wing Wall
Gambar 6.131 Dimensi Wingwall
A. Pembebanan Wingwall
1. Akibat Berat Sendiri
Tebal wingwall minimum = 120 x hw = 120 x 1234 cm = 62 cm Direncanakan tebal wingwall = 70 cm
Gambar 6.132 Akibat Beban Sendiri Wingwall
Tabel 6.36 Perhitungan Akibat Beban Sendiri Wing wall
X Momen
(m) (tm)
2. Akibat tekanan tanah
Dari perhitungan pembebanan abutment akibat tekanan tanah aktif, diperoleh :
Gambar 6.133 Akibat Tekanan Tanah Aktif
Seperti pada perhitungan Tekanan Tanah pada Pembebanan Abutmen, diperoleh :
= 87.897 × 6.37 + 433.848 × 4.247 = 2402.459
B. Penulangan Wingwall
Direncanakan : f’c = 35 MPa fy
= 400 MPa
b = 1000 mm
h = 1000 mm
Ф
= 0,65 Mtot = 2571.00 Tm
Direncanakan tulangan dipakai D32, dan tulangan pembagi dipakai D25, sehingga :
d = h – (p + tul. bagi + 12 tul. utama) = 1000 – ( 50 + 25 + ½ 32 ) = 909 mm
2 = × 0,8 × × �1 − 0,588 × × ′ �
= × 0.8 × 4000 × �1 − 0.588 × ×
= 0.75 × 1 �
= 0.75 × 0.8 �
Karena ρ min >ρ>ρ max → dipakai ρ 2 = 0.0105
o Tulangan Pokok
As 2 perlu = ρ x b x d = 0.01046 x 1000 x 909 = 9508.140 mm
Dipakai tulangan D32 – 75
o Tulangan bagi
bagi
As 2 = 25 x As = 25 x 9508.140 = 2377.035 mm
perlu
2377.035 = 206.51 Dipakai tulangan bagi D25 – 200
Gambar 6.134 Penulangan Wingwall
6.2.2.5. Perhitungan Seismic Buffer
Untuk perletakan jembatan direncanakan menggunakan bearing merk CPU buatan Indonesia. CPU Seicmic Buffer memiliki karateristik sebagai berikut: