Spesifikasi Bahan

B. Spesifikasi Bahan

  Adapun spesifikasi bahan yang dipakai antara lain: o Abutment direncanakan menggunakan beton mutu f’c = 35 Mpa.

  o Pelat injak direncanakan menggunakan beton mutu f’c = 35 Mpa. o Pondasi tiang pancang direncanakan menggunakan beton mutu f’c = 40 Mpa. o Wingwall direncanakan menggunakan beton mutu f’c = 35 Mpa. o Tulangan yang digunakan :

  Ø 8 dan Ø 10 merupakan tulangan polos dengan mutu fy = 240 Mpa. D12, D14, D16, D25 adalah tulangan ulir dengan mutu fy = 240 Mpa

6.2.2.1. Pelat Injak

A. Pembebanan Pelat Injak

1. Beban Mati

  Berat Aspal 3 = 0.12 m x 20 kgm x 1 m = 264 kgm Berat Agregat 3 = 0.23 m x 1450 kgm x 1 m = 333.5 kgm Berat Sendiri Pelat = 0.25 m x 2500 kgm 3 x 1 m = 625 kgm

  Berat Total (Q DL ) = 1222.5 kgm = 12.23 kNm

  8 × 12.23 × 3 = 13.76

2. Beban Hidup

  Bentang jembatan = 70 m, maka

  = 1.1 �1 +

  � untuk L > 60 m

  8 × 17.1273 × 3 = 19.27

  M TOTAL =

  13.76 + 19.27 = 33.03 kNm

B. Penulangan Pelat Injak

  f’c = 30 Mpa f’c = 30 Mpa

  2 = × 0,8 × × �1 − 0,588 × ×

  1 × 2.04 300 �

  2 = × 0.8 × 2400 × �1 − 0.588 × ×

  = 0.75 × 1 �

  = 0.75 × 0.84 �

  Karena ρ min >ρ>ρ max → dipakai ρ 2 = 0.004238627

1. Tulangan Utama

  As perlu = ρ x b x d = 0.004238627 x 1000 x 203.5 = 862.56 mm 2

  862.56 = 153.88 Dipakai tulangan ø 13 – 100

2. Tulangan Bagi

  Menurut SKSNI T15-1991-03 pasal 3.16.12, dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus disediakan tulangan pembagi tegangan susut dan suhu untuk fy = 240 MPa

  As 2 bagi = 25 x As perlu = 25 x 862.56 = 215.64 mm

  1 2 × 1000 = 4× ×ø

  1 2 × 1000

  = 4 × × 13

  215.64 = 615.53 Dipakai tulangan bagi ø 13 – 200

  Gambar 6.117 Penulanngan Plat Injak

6.2.2.2. Perencanaan Abutment

A. Tinjauan Dimensi Abutment

  Rencana dimensi abutment dapat dilihat pada gambar berikut :

  Gambar 6.118 Dimensi Rencana Abutmen

B. Pembebanan Abutmen

1. Berat Sendiri

  Gambar 6.119 Perhitungan Berat Sendiri Abutment

  Tabel 6.21 Perhitungan Berat Sendiri Abutment

  Soil Toe

  Tabel 6.22 Berat Koordinat Titik berat

  SMx

  SMy

  Berat (ton)

  Soil toe

2. Beban Bangunan Atas

a. Beban Mati

  Gambar 6.120 Perhitungan Beban akibat Konstruksi Atas

  Berdasarkan hasil analisis SAP2000 didapatkan reaksi di

  atas tumpuan bagian atas (Pm 1 ) sebesar 221.74 T, sedangkan

  bagian bawah (Pm 2 ) sebesar 183.37 T, dimana satu buah

  abutment menerima 2 reaksi tumpuan dari 2 rangka baja. Sehingga abutment menerima beban mati sebesar :

  Pm 1 = Joint Reaction 1 = 221.74 T x 2 = 443.48 T Pm 2 = Joint Reaction 2 = 183.37 T x 2 = 366.74 T

  Lengan Pm 1 terhadap B (Ya 1 ) = 4.6 m Lengan Pm 2 terhadap B (Ya 2 ) = 2.25 m

  Momen terhadap O :

  1 × 1 + 2 × 2

  = 4.6 × 443.48 + 2.25 × 366.74 = 2865.17

b. Beban Hidup

  Reaksi beban berjalan terhadap abutment berdasarkan analisa SAP2000 dapat ditampilkan dengan memilih frame di atas abutment lalu menggunakan fitur Display > Show Influence LinesSurface.

  Gambar 6.121 Show Influence Line Surface

  Gambar 6.122 Garis Pengaruh Beban Berjalan

  Berdasarkan hasil analisa SAP2000 diperoleh reaksi tumpuan akibat beban berjalan sebesar 51.238 T. Lengan titik beban terhadap titik O yaitu 4.6 m. Momen terhadap O :

  = ℎ × 1

  = 51.238 × 4.6 = 235.695

c. Gaya Rem

  Hasil analisis SAP2000 didapat reaksi tumpuan atas abutment akibat beban rem sebesar (P v ) = 6.832 T. Lengan terhadap O = 4.6 m

  =P v × 1 = 6.832 × 2.25 = 87.333

d. Gaya gesek pada tumpuan bergerak

  Menurut pasal 2.6 halaman 15 PPJJR SKBI 1.3.28.1987, gaya gesek yang timbul hanya ditinjau akibat beban mati saja, sedangkan besarnya ditentukan berdasarkan koefisien gesek, pada tumpuan yang bersangkutan. Harga koefisien gerak diambil

  = × 2

  = 0.15 × 366.74 = 55.01 = 0.15 × 366.74 = 55.01

  h=ExM dimana :

  h : gaya horisontal akibat gempa

  E : Koefisien gempa untuk daerah Jawa Tengah pada wilayah

  II = 0.14 ( Peraturan Muatan untuk Jalan Raya no. 121970) M : Muatan mati dari konstruksi yang ditinjau

  o Gaya gempa terhadap berat sendiri abutment :

  P BB = 779.22 T Gh BB = 779.22 x 0.14 = 109.09 T Y B = 4.828 m

  M

  = 109.09 T x 4.828 m = 526.69 Tm

  o Gaya gempa terhadap bangunan atas :

  P MB = 443.48 T Gh MB = 443.48 T x 0.14 = 62.09 T Y MB = 4.6 m

  M

  = 62.09 T x 4.6 m = 285.6 Tm

  o Gaya gempa terhadap tanah di atas abutment :

  P TB = 625.83 T Gh TB = 625.83 T x 0.14 = 87.62 T Y TB = 3.22 m

  M

  = 87.62 T x 3.22 m = 282.42 Tm = 87.62 T x 3.22 m = 282.42 Tm

  Gambar 6.123 Perhitungan Beban akibat Tekanan Tanah

  Diketahui :

  1) Tanah lapisan 1 (tanah dasar)

  γ 3 1 = 1.8 grcm

  ∅ 1 = 42.04°

  Cu 1 = 1.84 kgcm 2

  H 1 = 12.74 m

  2) Tanah lapisan 2 (tanah urug)

  2 = γ 3 1.8 grcm

  ∅ 2 = 42.04°

  Cu 2 = 1.84 kgcm 2

  H 2 = 2.6 m

  3) Koefisien tekanan tanah aktif

  �45° −

  2� 42.04°

  = tan 2 �45° −

  2�

  4) Koefisien tekanan tanah pasif

  ∅

  = tan 2

  �45° +

  2�

  2 = tan 42.04° �45° +

  2�

  5) Tekanan tanah aktif (Pa)

  Menurut pasal 1.4 P3JJR SKBI 1.3.28.1987, muatan lau lintas dapat diperhitungkan sebagai beban merata senilai dengan tekanan tanah setinggi h = 0.6 m, jadi beban lalu lintas (qx) :

  = 0.198 × 2.32 × 12.74 × 15 = 87.897

  2 × 0.198 × 1.8 × = 433.848

  6) Tekanan tanah pasif (Pp)

  2 × 5.054 × 1.8 × = 461.228

  = 1 + 2 −

  = 87.897 + 433.848 − 461.228 = 60.517

  ya1 = 6.37 m ya2 = 4.247 m ya1 = 6.37 m ya2 = 4.247 m

  ∑ (Ti × Yi) 4 =1

  (87.897 × 6.37 ) + (433.848 × 4.247 ) − (461.228 × 0.867 )

  = 33.091096 Momen terhadap titik O :

  = × = 60.517 × 33.091096 = 2002.57

g. Gaya Angin

  Data teknis perencanaan pertambatan angin : Tekanan angin (w) 2 : 198.5 kgm

  Luas bidang rangka utama (A) : 106.793 m 2

  o Beban angin pada sisi pertama rangka jembatan (d 1 ):

  1 = 50 × �(30 × )� × = 50 × �(30 × 106.793)� × 198.5 = 3179.76

  o Beban angin pada muatan hidup setinggi 2 m (d 2 ):

  2 = 100 × × × 2 = 100 × 198.5 × 70 × 2 = 27790

  o Beban angin pada sisi kedua rangka jembatan (d 3 ):

  3 = 50 × �(15 × )� × = 50 × �(15 × 106.793)� × 198.5 = 1589.88

  o Lengan beban angin pada sisi pertama rangka jembatan (s 1 ):

  o Lengan beban angin pada muatan hidup setinggi 2 m (s 2 ):

  Tinggi profil gelagar melintang (h1)

  : 90 cm

  Tebal sayap gelagar melintang (h2)

  : 3.4 cm

  Lebar profil rangka induk (h3)

  : 30 cm

  Tebal plat lantai kendaraan (h4)

  : 20 cm

  Tebal perkerasan (h5)

  : 5 cm

  Tinggi bidang vertikal beban hidup (h6) : 200 cm

  Lengan terhadap O :

  y 1 =y 2 = 6 + 6.37 = 12.37 m y3 = 1.97 + 6.37 = 8.34 m Momen terhadap titik O :

  = 1 × 1 + 2 × 2 + 3 × 3

  = 3.18 × 12.37 + 27.79 × 12.37 + 1.59 × 8.34 = 396.356

h. Gaya Tekanan Tanah akibat Gempa Bumi

  F= 60.517 T Ta = 60.517 x 0.14 = 3.58 T Momen terhadap titik O :

  = 3.58 × 40.73 = 279.0244

C. Kombinasi Pembebanan

  Tabel 6.23 Kombinasi pembebanan

  Tegangan yang digunakan

  dalam prosen terhadap

  Kombinasi Pembebanan Gaya

  tegangan izin keadaan

  elastis

  I. M+(H+K)+Ta+Tu

  II. M+Ah+A+Ta+Gg+SR+Tm

  III. Komb.I+Rm+Gg+A+SR+Tm+S

  IV. M+Gh+Tag+Gg+AHg+Tu

  V. M+P1

  VI. M+(H+K)+Ta+S+Tb

  Keterangan :

  A : Beban angin Ah : gaya akibat aliran dan hanyutan

  Ahg : Gaya aliran dan hanyutan pada waktu gempa

  Gg : gaya gesek pada tumpuan bergerak Gh : gaya horizontal ekivalen akibat gemapa bumi

  H+K : beban hidup dengan kejut M

  : beban mati

  PI

  : gaya – gaya pada waktu pelaksanaan Rm : gaya rem

  S

  : gaya setrifugal

  SR

  : gaya akibat susut dan rangkak Tm : gaya akibat perubahan suhu ( selain susut dan rangkak ) Ta

  : gaya tekanan tanah Tag : gaya tekanan tanah akibat gempa bumi Tb

  : gaya tumbuk

  Tu

  : gaya angkat ( bouyancy )

  Beban nominal : jumlah total beban Beban ijin

  : beban nominal dibagi presentase terhadap tegangan ijin

  Tabel 6.24 Kombinasi 1

  Beban

  Gaya (ton)

  Lengan (m)

  Momen (Tm)

  atas Timbunan

  tanah Bangunan

  H+K

  atas

  Ta

  Tu

  Nominal

  Ijin

  Tabel 6.25 Kombinasi 2

  Beban

  Gaya (ton)

  Lengan (m)

  Momen (Tm)

  atas Timbunan

  A Angin tekan

  Angin hisap

  source

  not found.

  Muatan 2 m

  Tabel 6.26 Kombinasi 3

  Beban

  Gaya (ton)

  Lengan (m)

  Momen (Tm)

  not found.

  Tabel 6.27 Kombinasi 4

  Beban

  Gaya (ton)

  Lengan (m)

  Momen (Tm)

  Bangunan atas

  Timbunan tanah 625.83

  Gh Abutment

  Bangunan atas

  Timbunan tanah

  T AG 8.472

  Tabel 6.28 Kombinasi 5

  Beban

  Gaya (ton)

  Lengan (m)

  Momen (Tm)

  Bangunan atas

  Timbunan tanah 625.83

  Tabel 6.29 Kombinasi 6

  Beban

  Gaya (ton)

  Lengan (m)

  Momen (Tm)

  Bangunan atas

  Timbunan tanah 625.83

  H+K Bangunan atas

  4.6 115.286 T A 3.58 40.73 145.81

D. Kontrol Stabilitas Abutment

  Kestabilan konstruksi diperiksa terhadap kombinasi gaya dan muatan yang paling menentukan.

1. Terhadap Guling (F G )

  ∑

  ∑ ≥ , ∶ ∑MV = jumlah momen vertical yang terjadi

  ∑MH = jumlah momen horisontal yang terjadi SF

  = safety factor = 1.5

  Tabel 6.30 Kontrol Terhadap Guling

  Komb.

  MV (Tm) MH (TM)

  F SF Ket.

2. Terhadap Geser (F S )

  tan δ = faktor geser tanah antara tanah dan dasar tembok

  = 0.45 (Beton dengan tanah lempung padat pasir

  gravelan padat) Ca = adhesi antara tanah dan dasar tembok = 0

  B = lebar dasar pondasi = 5 meter

  Tabel 6.31 Kontrol terhadap Geser

  Komb. V (ton) tan δ Ca B (m) H (m) FS SF Ket.

3. Terhadap Eksentrisitas (e)

  ∑ −∑ ℎ

  2−

  ∑

  5 ∑ −∑ ℎ 5 <

  2−

  ∑

  ∑ −∑ ℎ

  2.5 −

  ∑

  Tabel 6.32 Kontrol terhadap Eksentrisitas

  B V (ton)

  e (m) B6 Ket.

  1899.77 -0.40 0.8 Aman

  II 2.5 5748.06 746.77

  1848.53 -0.21 0.8 Aman

  1848.53 -0.61 0.8 Aman

  VI 2.5 5863.35 145.81

  1899.77 -0.51 0.8 Aman

4. Terhadap Daya Dukung Tanah

  Kapasitas dukung tanah dasar (bearing capacity) dipengaruhi oleh parameter ϕ, c, γ . Besarnya kapasitas dukung tanah dasar dapat dihitung dengan metode Terzaghi seperti yang tertera pada persamaan (3).3333

  = 0.18 × 95.7 �1 + 0.3

  � + 0.0024 × 1274 × 81.3 1500

  +0,5 × 0.0024 × 500 × 100.4 × �1 − 0,2

  Kontrol daya dukung tanah terhadap abutment sesuai seperti pada persamaan (4).

  SF = safety factor 1.5 ~ 3

  B = lebar abutment = 5 m

  L

  = panjang abutment = 15 m

  A = 5 x 15 = 75 m 2

  2 2 W 3 = 16 x L x B = 16 x 15 x 5 = 62.5 m

  Tabel 6.33 Kontrol terhadap daya dukung tanah

  all (tm) σ

  min Σ max

  Komb.

  ∑MH (tm) (m 2 ) Ket. (m 3 ) σ (tm) (tm)

  (ton)

  I 1899.77 6221.12

  75 62.5 1080.6 -74.2 124.9 Tidak Aman

  II 1848.53 6494.83

  75 62.5 1080.6 -79.3 128.6 Tidak Aman

  III

  75 62.5 1080.6 -86.6 137.3 Tidak Aman

  IV 1848.53 7515.09

  75 62.5 1080.6 -95.6 144.9 Tidak Aman

  V 1848.53 5748.06

  75 62.5 1080.6 -67.3 116.6 Tidak Aman

  VI 1899.77 6009.16

  75 62.5 1080.6 -70.8 121.5 Tidak Aman

  Karena tinjauan stabilitas abutment tidak aman, maka dipasang pondasi tiang pancang untuk menanggulangi kegagalan konstruksi.

E. Penulangan Abutment

1. Penulangan Badan Abutment

  Gambar 6.124 Penulangan Badan Abutment

  Beban yang digunakan dalam penulangan badan abutment diambil dari kombinasi pembebanan yang menghasilkan beban dan momen terbesar yaitu kombinasi pembebanan III.

  Tabel 6.34 Kombinasi Pembebanan Maksimum

  Beban

  Gaya (ton)

  Lengan (m)

  Momen (Tm)

  not found.

  o Data Teknis Perencanaan

  f’c = 35 MPa → β = 0.84 fy = 400 MPa

  Ag = luas penampang = 1000 x 1900 = 1900000 mm 2 Ht = tinggi badan = 3600 mm

  b = 1000 mm (tiap meter lebar abutment)

  h = 1900 mm

  p

  = 70 mm Mu = 58633500000 Nmm Pu = 18997700 N Ф = 0,65

  Diameter tulangan utama dipakai D32, dan tulangan pembagi dipakai D25, sehingga :

  d = h – (p + tul. bagi + 12 tul. utama) = 1900 – (70 + 25 + ½ 32) = 1789 mm

  ′ =

  × × 0.81 ×

  0.65 × 1900000 × 0.81 × 35

  × × 0.81 × ′ × ℎ

  18997700

  =

  0.65 × 1900000 × 0.81 × 35 × 1.62

  = 0.88

  Gambar 6.125 Grafik Perhitungan Beton Bertulang untuk fy 400

  MPa d'h = 0.15

  Sehigga didapat r = 0.108 f’c = 35 maka β = 1.33 ρ = r x β = 0.13 x 1.33 = 0.1436

  o Tulangan Pokok

  = = 0.25 × As tot

  = 22736.67 mm 2

  Dipakai tulangan rangkap tiga D32 – 75 ( Ast = 32153.60 mm 2 )

  o Tualangan Bagi

  Diambil sebesar 60 dari tulangan utama = 13642 mm 2 Dipakai tulangan rangkap tiga D25 – 100 ( Ast = 14718.7 mm 2 )

  Gambar 6.126 Penulangan Badan Abutment

2. Penulangan Kepala Abutment

  o Gaya horizontal gempa (Gg) :

  Gaya gempa terhadap berat sendiri abutment :

  P BB = 779.22 T Gh BB = 779.22 x 0.14 = 109.09 T Y B = 4.828 m

  M

  = 109.09 T x 4.828 m = 526.69 Tm Gaya gempa terhadap bangunan atas :

  P MB = 443.48 T Gh MB = 443.48 T x 0.14 = 62.09 T Y MB = 4.6 m

  M

  = 62.09 T x 4.6 m = 285.6 Tm

  Mt

  = 526.69 + 285.6 = 812.292 Tm = 526.69 + 285.6 = 812.292 Tm

  b = 1000 mm

  h = 1000 mm

  Ф

  Diameter tulangan utama dipakai D25, dan tulangan pembagi dipakai D25, sehingga :

  d = h – (p + tul. bagi + 12 tul. utama) = 1000 – (70 + 25 + ½ 25 ) = 892.5 mm

  2 = × 0,8 × × �1 − 0,588 × × ′ �

  2 1 × 0.8925 = × 0.8 × 4000 4000

  × �1 − 0.588 × ×

  = 0.75 × 1 �

  = 0.75 × 0.8 �

  Karena ρ min >ρ>ρ max → dipakai ρ 1 = 0.00326

  o Tulangan Pokok

  As 2 = ρ x b x d = 0.00326 x 1000 x 892.5 = 2909.55 mm

  perlu

  2909.55 = 168.71 Dipakai tulangan D25 – 150

  o Tulangan bagi

  As bagi

  = 25 x As 2 perlu = 25 x 2909.55 = 727.39 mm

  = 674.84 Dipakai tulangan bagi D25 – 250

  Gambar 6.127 Penulangan Kepala Abutment

3. Penulangan Poer

  Gambar 6.128 Pembebanan Poer

  P1 = 0.5 x 0.6 x 1.5 x 1 x 2.5 x 1 = 1.13 T P2 = 1.6 x 1.5 x 1 x 2.5 = 6.0 T

  Momen yang terjadi pada potongan A :

  = ×

  3 − 1 × 0.5 + 2 × 0.75

  = 137.3 × 1.022 − 1.13 × 0.5 + 6.0 × 0.75 = 144.26

  Direncanakan : f’c = 35 MPa fy = 400 MPa

  b = 1500 mm

  h = 1000 mm Ф = 0,65

  Direncanakan tulangan dipakai D32, dan tulangan pembagi dipakai D25, sehingga :

  d = h – (p + tul. bagi + 12 tul. utama)

  = 1000 – (70 + 25 + ½ 32 ) = 889 mm

  2 = × 0,8 × × �1 − 0,588 × × ′ �

  = × 0.8 × 4000 × �1 − 0.588 × ×

  1 × 0.89 2 350 �

  = 0.75 × 1 �

  = 0.75 × 0.8 �

  Karena ρ min > ρ>ρ max → dipakai ρ 2 = 0.00057 Karena ρ min > ρ>ρ max → dipakai ρ 2 = 0.00057

  As perlu = ρ x b x d = 0.00057 x 1500 x 889 = 760.095 mm 2

  760.095 = 1058.09 Dipakai tulangan D32 – 200

  o Tulangan bagi

  As 2 bagi = 25 x As perlu = 25 x 760.095 = 190.024 mm

  190.024 = 2583.22 Dipakai tulangan bagi D25 – 200

  Gambar 6.129 Penulangan Poer

6.2.2.3. Perhitungan Pondasi Tiang Pancang

  Perencanaan beban maksimal (Pmax) yang mampu ditahan tiang pancang ditinjau terhadap empat kombinasi pembebanan terhadap titik Perencanaan beban maksimal (Pmax) yang mampu ditahan tiang pancang ditinjau terhadap empat kombinasi pembebanan terhadap titik

  = 35 cm

  Luas penampang ( A )

  Keliling penampang tiang = × Ø = 109.96 cm Panjang tiang pancang

  = 14 meter

  Berat permeter tiang

  = 0.096211 × 2500 = 240.53

  Berat tiang pancang

  = 240.53 × 14 = 3367.39 kg = 3.37 ton

  Pmak = beban maksimum yang diterima tiang pancang PV

  = beban vertikal ( normal )

  M

  = jumlah momen yang bekerja pada titik berat tiang pancang Xmax = jarak terjauh tiang kepusat berat kelompk tiang = 1.5 m n

  = jumlah pondasi tiang pancang = 14 buah

  ny

  = jumlah pondasi tiang pancang dalam satu baris arah tegak lurus

  bidang momen = 10 buah

  � 2 = 1.5 2 = 2.3

  Gaya maksimum yang dipikul tiang pancang

  Tabel 6.35 Perhitungan Gaya Maksimum Minimum

  PV 2 MV X maks ∑x P maks P min

  (ton) (ton)

  I 1899.77 14 5863.35

  1.5 2.3 10 518.09 -246.69

  II 1848.53 14 5748.06

  1.5 2.3 10 506.91 -242.84

  III

  1.5 2.3 10 518.09 -246.69

  IV 1848.53 14 5748.06

  1.5 2.3 10 506.91 -242.84

  V 1848.53 14 5748.06

  1.5 2.3 10 506.91 -242.84

  VI 1899.77 14 5863.35

  1.5 2.3 10 518.09 -246.69

  Dari table perhitungan diperoleh bahwa Pmaks terjadi pada kombinasi III sebesar 518.09 T. Maka daya dukung tanah lebih besar dari Pmaks tersebut.

  Gambar 6.130 Denah Rencana Pondasi Tiang Pancang pada Abument

6.2.2.4. Perhitungan Wing Wall

  Gambar 6.131 Dimensi Wingwall

A. Pembebanan Wingwall

1. Akibat Berat Sendiri

  Tebal wingwall minimum = 120 x hw = 120 x 1234 cm = 62 cm Direncanakan tebal wingwall = 70 cm

  Gambar 6.132 Akibat Beban Sendiri Wingwall

  Tabel 6.36 Perhitungan Akibat Beban Sendiri Wing wall

  X Momen

  (m) (tm)

2. Akibat tekanan tanah

  Dari perhitungan pembebanan abutment akibat tekanan tanah aktif, diperoleh :

  Gambar 6.133 Akibat Tekanan Tanah Aktif

  Seperti pada perhitungan Tekanan Tanah pada Pembebanan Abutmen, diperoleh :

  = 87.897 × 6.37 + 433.848 × 4.247 = 2402.459

B. Penulangan Wingwall

  Direncanakan : f’c = 35 MPa fy

  = 400 MPa

  b = 1000 mm

  h = 1000 mm

  Ф

  = 0,65 Mtot = 2571.00 Tm

  Direncanakan tulangan dipakai D32, dan tulangan pembagi dipakai D25, sehingga :

  d = h – (p + tul. bagi + 12 tul. utama) = 1000 – ( 50 + 25 + ½ 32 ) = 909 mm

  2 = × 0,8 × × �1 − 0,588 × × ′ �

  = × 0.8 × 4000 × �1 − 0.588 × ×

  = 0.75 × 1 �

  = 0.75 × 0.8 �

  Karena ρ min >ρ>ρ max → dipakai ρ 2 = 0.0105

  o Tulangan Pokok

  As 2 perlu = ρ x b x d = 0.01046 x 1000 x 909 = 9508.140 mm

  Dipakai tulangan D32 – 75

  o Tulangan bagi

  bagi

  As 2 = 25 x As = 25 x 9508.140 = 2377.035 mm

  perlu

  2377.035 = 206.51 Dipakai tulangan bagi D25 – 200

  Gambar 6.134 Penulangan Wingwall

6.2.2.5. Perhitungan Seismic Buffer

  Untuk perletakan jembatan direncanakan menggunakan bearing merk CPU buatan Indonesia. CPU Seicmic Buffer memiliki karateristik sebagai berikut: