TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Manajemen berbasis sekolah dapat dikatakan suatu pergeseran paradigma dalam pengelolaan pendidikan, yang tujuannya ingin mengembalikan sekolah kepada pemiliknya yaitu masyarakat, yang diharapkan akan merasa bertanggung jawab kembali sepenuhnya terhadap pendidikan yang diselenggarakan pada satuan pendidikan. Dari sisi moralnya adalah bahwa hanya sekolah dan masyarakatlah yang paling mengetahui berbagai persoalan pendidikan yang dapat menghambat peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian merekalah yang seharusnya menjadi pelaku utama dalam membangun pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakatnya.

Mulyasa (2006:24) mendefenisikan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah lebih leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi, sedangkan peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah. Sedangkan peningkatan pemerataan diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah berkonsentrasi pada kelompok tertentu.

Dengan manajemen berbasis sekolah, pemecahan masalah internal sekolah baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun sumber daya pendukungnya cukup dibicarakan di dalam sekolah dengan masyarakat, sehingga tidak perlu di angkat ke tingkat pemerintah daerah. Tugas pemerintah adalah memberikan fasilitasi dan bantuan pada saat sekolah dan masyarakat menemui jalan buntu dalam suatu pemecahan masalah.

Mulyasa (2006:33) mengatakan pemberdayaan berhubungan dengan upaya peningkatan kemampuan masyarakat untuk memegang control (atas diri dan Mulyasa (2006:33) mengatakan pemberdayaan berhubungan dengan upaya peningkatan kemampuan masyarakat untuk memegang control (atas diri dan

Sedangkan Hasbullah (2007:80) menyebutkan Manajemen pendidikan berbasis sekolah pada dasarnya dimaksudkan untuk mengurangi peran pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan, tetapi memberikan kesempatan kepada masyarakat seluas-luasnya memberikan konstribusi berupa gagasan dan pelaksanaan pendidikan di tempat mereka masing-masing.

Masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih memahami kompleksitas pendidikan, membantu serta turut mengontrol pengelolaan pendidikan, dan MBS menuntut perubahan prilaku kepala sekolah, guru, dan tenaga admiistrasi menjadi lebih professional dan manajerial dalam pengelolaan sekolah.

Dalam MBS, pemberdayaan dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja sekolah agar dapat mencapai tujuan secara optimal, efektif dan efisien. Untuk memberdayakan sekolah harus ditempuh upaya memberdayakan peserta didik dan masyarakat setempat.

2.5 Pengembangan Wilayah

Alkadri, Muchdie, Suhandojo dalam Tiga Pilar Pengembangan Wilayah (2001:37) menyebutkan, untuk mengembangkan sumber daya manusia dapat Alkadri, Muchdie, Suhandojo dalam Tiga Pilar Pengembangan Wilayah (2001:37) menyebutkan, untuk mengembangkan sumber daya manusia dapat

Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa dan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas . Pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan wilayah disamping teknolongi dan sumber daya alam. Pengembangan sumber daya manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul, inovatif dan profesional, pada Sekolah (SMA) baik negeri / swasta dipantau oleh komite sekolah. Pendidikan merupakan sarana dan cara utama yang paling strategis bagi perkembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan dapat membekali seseorang berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperlukan untuk dapat bekerja secara produktif.

Pentingnya perencanaan pendidikan adalah untuk menghasilkan kualitas pendidikan yang merata pada setiap wilayah dan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Upaya peningkatan sistem pengelolaan pendidikan dalam memantapkan desentralisasi pendidikan dilakukan melalui pemberdayaan komite sekolah dalam hal perannya sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol dan badan penghubung.

2.6 Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian yang berhubungan dengan peranan komite sekolah yang dilaksanakan peneliti sebelumnya adalah :

1. Muhammad (2005) dengan judul tesisnya “ Strategi Manajemen Komite Sekolah dalam Pemberdayaan Dana Pembelajaran di SMP Negeri 3 Sunggal Deli Serdang.

Tesis ini menyimpulkan bahwa strategi manajemen sekolah dengan memberdayakan komite sekolah belum dapat memenuhi Kepmen Diknas Nomor 044 Tahun 2002, dimana masih terjadi seperti sistem BP3, yaitu lebih banyak campur tangan pihak sekolah (kepala Sekolah). Kemudian upaya-upaya yang dilakukan oleh komite sekolah dalam menghimpun dana untuk kelancaran proses pemblajaran hanya tertumpu pada kemampuan orang tua siswa. Faktor penghambat pelaksanaan tugas komite sekolah disebabkan komite sekolah kurang memahami tugas-tugas komite sekolah seperti yang ditetapkan Kepmen Diknas Nomor 044 tahun 2002, mereka tidak membuka diri untuk menerima masukan atau menambah pengetahuan terutama tentang arti pentingnya komite sekolah

2. Pandiangan (2008) dengan judul tesisnya “ Peran Komite Sekolah dalam

Penyelenggaraan Pendidikan Sesuai Kepmen Diknas Nomor 044/U/2002 (Studi Komparatif di SMK Negeri 9 Medan dan SMK Negeri 11 Medan). Tesis ini menyimpulkan bahwa dalam melaksanakan perannya, komite sekolah SMKN 9 Medan masih kurang terlibat secara keseluruhan guna memperlancar pendidikan. Komite sekolah masih berpartisipasi di bidang anggaran dan pendanaan, belum menggali potensi-potensi yang ada dengan kata lain partisipasi masih terbatas. Kemudian dalam melaksanakan perannya, komite sekolah SMKN

11 Medan, kurangnya perhatian pemerintah dalam mengalokasilkan dan pembinaan tamatan sekolah ini khususnya untuk pengembangan seni budaya Indonesia dan juga dunia usaha/industri yang cukup terbatas jumlahnya.

2.7 Kerangka Pemikiran

Berubahnya paradigma pendidikan yang berbasiskan sekolah dan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan seluruh stakeholder mengharuskan masyarakat untuk ikut ambil bagian atau berpartisipasi dalam pendidikan . Dengan adanya wadah partisipasi masyarakat melalui lembaga otonom yakni komite sekolah mengharuskan untuk dapat berfungsi semaksimal mungkin sesuai Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002. Komite sekolah diharapkan mampu menjawab dan mencari solusi permasalahan pendidikan pada satuan pendidikan sehingga dapat memacu peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Kerangka konseptual pemberdayaan komite sekolah pada jenjang pendidikan menengah (SMA) Negeri di Kota Binjai dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.

PERAN KOMITE SEKOLAH

BADAN PEMBERI BADAN

BADAN

PERTIMBANGAN PENDUKUNG

PENGONTROL

MEDIATOR

(Advisory Agency) (Supporting Agency)

(Controling Agency)

(Mediator Agency)

PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) PENGEMBANGAN WILAYAH

Gambar 1 : Kerangka Konseptual Pemberdayaan Komite Sekolah pada Jenjang Pendidikan Menengah (SMA) Negeri di Kota Binjai