Pengujian Hipotesis

4.5 Pengujian Hipotesis

Signifikansi hipotesis dilihat dari nilai t-value menggunakan pengujian satu arah ( one tailed ) dengan alpha sebesar 5 persen. Dengan demikian, nilai kritis untuk t value yang diperoleh adalah sebesar 1.645. Signifikansi dapat dikonfirmasi jika t value ≥ 1.645 atau memperoleh p value ≤ 0.005. Hasil pengujian signifikansi model struktural dirangkum dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.25 : Uji Signifikansi Hipotesis

Hipotesis Original t-stat Keterangan

Sample

Entrepreneurial Mindset

12.840 Diterima positif terhadap Pengelolaan Sumber Daya Secara Stratejik (MRS) Entrepreneurial Culture (EC) berpengaruh

(EM) berpengaruh

H1 0.776

8.699 Diterima positif terhadap Pengelolaan Sumber Daya Secara Stratejik (MRS) Entrepreneurial Leadership (EL) berpengaruh

H2 0.618

2.241 Diterima positif terhadap Pengelolaan Sumber Daya Secara Stratejik (MRS) Pengelolaan Sumber Daya Secara Stratejik

H3 0.139

2.135 Diterima (MRS) berpengaruh positif terhadap Inovasi (INN) Entrepreneurial Culture (EC) berpengaruh

H4 0.202

8.892 Diterima positif terhadap Inovasi (INN) Entrepreneurial Leadership (EL) berpengaruh

H5 0.499

6.786 Diterima positif terhadap Inovasi (INN)

H6 0.478

Entrepreneurial Mindset

33.649 Diterima positif terhadap Entrepreneurial Culture (EC)

(EM) berpengaruh

H7 0.865

Sumber: Hasil olah data dengan SmartPLS

H1 : Entrepreneurial Mindset (EM) berpengaruh positif terhadap Pengelolaan Sumber Daya Secara Stratejik (MRS).

Pengaruh positif pola pikir kewirausahaan terhadap pengelolaan sumber daya secara stratejik terbukti signifikan berdasarkan nilai t-stat

12.8 yang jauh berada diatas nilai kritis 1.645. Hipotesis penelitian terbukti didukung data penelitian sehingga dapat disimpulkan bahwa pola pikir kewirausahaan memang

berpengaruh positif terhadap pengelolaan sumber daya secara stratejik di UMKM. Pola pikir kewirausahaan yang dirumuskan Ireland, et al. (2003) terdiri atas beberapa komponen yang kemudian dituangkan dalam kuesioner. Komponen pertama adalah recognizing entrepreneurial opportunities (menangkap paluang- peluang kewirausahaan) dalam kuesioner, komponen ini dinamai sebagai EM1. Komponen kedua (EM2) adalah entrepreneurial alertness atau kepekaan kewirusahaan. Komponen ini mengukur kemampuan untuk mengombinasikan pengetahuan-pengetahuan lama dengan peluang-peluang baru yang ditemui. Hasilnya individu/organisasi dapat merumuskan produk/jasa apa yang potensial. Komponen ketiga (EM3) adalah real options logic, yang mengukur kemampuan memilih produk/jasa apa yang relevan dengan kemampuan perusahaan, dalam hal ini UMKM. Komponen keempat (EM4) adalah entrepreneurial framework , yang mengukur orientasi untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengekspoitasi peluang usaha yang meliputi penentuan tujuan yang jelas, menganalisis peluang yang ada serta menentukan waktu yang tepat dalam memanfaatkan peluang usaha, serta bagaimana setiap keputusan bisnis dievaluasi. Dalam tabel 4.1 terlihat bahwa EM 1 memiliki rerata yang paling tinggi, sedangkan EM 4 memiliki rerata terendah sehingga perlu mendapat prioritas perbaikan.

Temuan diatas sesuai dengan penelitian Ireland, et al. (2003), Kyrgidou dan Hughes (2010) serta temuan Wahyuningrum, et al. (2014), mengenai terbatasnya kemampuan manajerial para pemilik Usaha Mikro, Kecil dan Menegah. Menurut Wahyuningrum, et al. (2014) UMKM cenderung memprioritaskan penambahan aset dari pada perbaikan pengelolaan bisnis.

Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa perbaikan kerangka berpikir manajerial, baik dalam perencanaan, serta evaluasi keputusan dan tindakan-tindakan bisnis yang diambil merupakan prioritas jika ingin memperbaiki pola pikir kewirausahaan para pemilik UMKM.

H2 : Entrepreneurial Culture (EC) berpengaruh positif terhadap Pengelolaan Sumber Daya Secara Stratejik (MRS)

Pengaruh positif budaya kewirausahaan terhadap pengelolaan sumber daya secara stratejik terbukti signifikan berdasarkan nilai t-stat 8.699 yang jauh berada Pengaruh positif budaya kewirausahaan terhadap pengelolaan sumber daya secara stratejik terbukti signifikan berdasarkan nilai t-stat 8.699 yang jauh berada

Analisis rerata indikator menunjukkan bahwa secara umum budaya kewirausahaan pada UMKM masih tergolong sedang. Namun, beberapa aspek budaya organisasi seperti dukungan untuk berpartisipasi dalam mengemukakan ide (EC1) serta dukungan untuk mengabil risiko (EC2) perlu mendapat prioritas perbaikan. Temuan ini sedikit berbeda dengan teori Ireland, et al. (2003) mengenai fleksibilitas dan kemampuan usaha kecil untuk menemukan peluang. Analisis indikator menemukan UMKM cenderung berhati-hati dalam pengambilan risiko.

Pengelolaan sumber daya secara stratejik merupakan inti manajemen stratejik dalam model SE Ireland, et al. (2003) sehingga keberhasilan aplikasi SE ditentukan dalam tahap ini. Namun sebelumnya, budaya kewirausahaan sebagai pra syarat keberhasilan juga harus mendapat perbaikan terlebih dahulu melalui peningkatan kesempatan partisipasi dalam memberikan ide dan gagasan bagi seluruh karyawan serta menciptakan budaya organsiasi yang mendukung pengambilan risiko selama itu dapat dipertanggungjawabkan. Terkait dengan rendahnya partisipasi serta pengambilan risiko oleh karyawan, penelitian ini tidak sampai mengidentifikasi penyebabnya, apakah karena keputusan pimpinan/pemilik UMKM ataukah karena kompetensi karyawan yang rendah sehingga mereka enggan berpartisipasi dan mengambil tanggung jawab. Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengungkapkan hal ini.

H3 : Entrepreneurial Leadership (EL) berpengaruh positif terhadap Pengelolaan Sumber Daya Secara Stratejik (MRS)

Pengaruh positif kepemimpinan kewirausahaan terhadap pengelolaan sumber daya secara stratejik terbukti signifikan berdasarkan nilai t-stat 2.241 lebih besar dari pada nilai kritis 1.645. Hipotesis penelitian terbukti didukung data penelitian sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kewirausahaan Pengaruh positif kepemimpinan kewirausahaan terhadap pengelolaan sumber daya secara stratejik terbukti signifikan berdasarkan nilai t-stat 2.241 lebih besar dari pada nilai kritis 1.645. Hipotesis penelitian terbukti didukung data penelitian sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kewirausahaan

Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan teori Ireland, et al. (2003) yang menyatakan adanya pengaruh antara kepemimpinan kewirausahaan terhadap inovasi. Analisis rerata pada indikator EL menunjukkan bahwa kepemimpinan kewirausahaan di UMKM yang masih rendah yang tercermin pada rendahnya peran pemimpin dalam mengomunikasikan tujuan-tujuannya kepada karyawan (EL4) serta keterbukaan akan cara-cara baru, serta kejelasan tujuan bisnisnya. Hal ini sesuai dengan temuan Wahyuningrum, et al. (2014) mengenai rendahnya perhatian dalam membangun dan membagikan visi dan misi kepada karyawan, serta Ishak (2005 dalam Sudaryanto, et al. 2011) mengenai pengembangan usaha UMKM yang masih belum jelas.

Pengelolaan sumber daya secara stratejik merupakan porsi pemilik atau pimpinan UMKM, sehingga kesuksesan pengelolaan sumber daya sangat dipengaruhi bagaimana ia mengelola organisasinya. Kepemimpinan kewirausahaan dalam model SE menuntut keterbukaan partisipasi, serta dorongan kepada karyawan untuk terus mempelajari hal-hal yang baru. Masih belum optimalnya kepemimpinan kewirausahaan pada UMKM dapat diperbaiki jika pimpinan atau pemilik UMKM dapat meningkatkan partisipasi, mendorongan kepada anggota organisasi untuk terus mempelajari hal-hal yang baru serta penagambilan risiko kepada kaaryawan.

H4 : Pengelolaan Sumber Daya Secara Stratejik (MRS) berpengaruh positif terhadap Inovasi (INN)

Berdasarkan pada nilai t-stat sebesar 2.135 (lebih besar dari pada 1.645) hipotesis bahwa variabel MRS berpengaruh positif terhadap Inovasi telah didukung data penelitian, sehingga hipotesis diterima.

Pengelolaan sumber daya secara stratejik meliputi penyusunan( structuring ) pengumpulan dan perbaikan sumber daya( bundling ) serta peningkatan kapabilitas menggunakan sumber daya yang dimiliki dan dapat dikendalikan ( leveraging capabilities) . Teori yang dikemukakan Ireland, et al. (2003) terbukti sesuai dengan Pengelolaan sumber daya secara stratejik meliputi penyusunan( structuring ) pengumpulan dan perbaikan sumber daya( bundling ) serta peningkatan kapabilitas menggunakan sumber daya yang dimiliki dan dapat dikendalikan ( leveraging capabilities) . Teori yang dikemukakan Ireland, et al. (2003) terbukti sesuai dengan

Pengelolaan sumber daya secara stratejik UMKM masih memerlukan perbaikan mengingat perannya yang signifikan terhadap inovasi. Untuk itu, perbaikan harus diarahkan pada peningkatan kemampuan UMKM dalam penyusunan/mengorganisir sumber daya, misalnya dengan mengelola keuangan dan karyawan.

H5 : Entrepreneurial Culture (EC) berpengaruh positif terhadap Inovasi (INN)

Hipotesis 5 merupakan pengembangan hipotesis dalam model SE. Dalam model SE Ireland et al.(2003) budaya kewirausahaan tidak memberikan pengaruh langsung terhadap inovasi, tetapi melalui pengelolaan sumber daya secara stratejik. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, penelitian ini juga menguji pengaruh langsung budaya kewirausahaan terhadap proses inovasi di UMKM. Hasilnya terbukti bahwa budaya kewiraushaan secara signifikan berpengaruh positif terhada proses inovasi di UMKM dengan nilai t stat sebesar 8.892.

Hasil ini mendukung penelitian Santz, et al. (2011) mengenai pengaruh budaya terhadap inovasi. Budaya adhocracy yang fleksibel dan berorientasi eksternal dibuktikan Santz, et al. (2011) berperan dalam memacu pembelajaran serta inovasi-inovasi yang dilakukan organisasi. Dalam konteks model SE Ireland, et al. (2003), budaya kewirausahaan yang menciptakan fleksibilitas sekaligus dukungan untuk mempelajari hal-hal yang baru, baik itu berasal dari internal maupun eksternal organisasi juga dapat berpengaruh pada inovasi, meski secara tidak langsung melalui pengelolaan sumber daya secara stratejik. Hasil pengujian hipotesis ini memberikan masukan baru bahwa dalam aplikasi SE pada UMKM Hasil ini mendukung penelitian Santz, et al. (2011) mengenai pengaruh budaya terhadap inovasi. Budaya adhocracy yang fleksibel dan berorientasi eksternal dibuktikan Santz, et al. (2011) berperan dalam memacu pembelajaran serta inovasi-inovasi yang dilakukan organisasi. Dalam konteks model SE Ireland, et al. (2003), budaya kewirausahaan yang menciptakan fleksibilitas sekaligus dukungan untuk mempelajari hal-hal yang baru, baik itu berasal dari internal maupun eksternal organisasi juga dapat berpengaruh pada inovasi, meski secara tidak langsung melalui pengelolaan sumber daya secara stratejik. Hasil pengujian hipotesis ini memberikan masukan baru bahwa dalam aplikasi SE pada UMKM

Analisis deskriptif kuesioner menunjukkan bahwa EC3 dan EC4 memiliki rerata berkategori tinggi. Indikator EC3 menujukkan cara pandang yang positif bahwa kegagalan adalah peluang untuk belajar. Sedangkan indikator EC4 menunjukkan dukungan terhadap orang-orang dalam organisasi baik itu di level karyawan maupun di level manajer untuk mempelajari hal-hal yang baru. Pengelolaan sumber daya secara stratejik merupakan rangkaian tiga tahapan dimana sumber daya yang dimiliki organisasi ditata, diperbaiki serta digunakan untuk peningkatan kapabilitas organisasi. Hasil uji hipotesis ini menunjukkan bahwa menciptakan kulltur organisasi yang mendukung pembelajaran serta memberikan toleransi terhadap kegagalan perlu diterapkan. Di sisi lain, dalam rangka mendukung pengelolaan sumber daya secara stratejik, partisipasi aktif karyawan (EC1), keberanian mengambil risiko (EC2), serta inovasi dalam administrasi (EC5) masih perlu ditingkatkan.

H6 : Entrepreneurial Leadership (EL) berpengaruh positif terhadap Inovasi (INN)

Pengujian hipotesis menujukkan bahwa budaya kewiraushaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap proses inovasi di UMKM dengan nilai t stat sebesar 6.786, lebih besar dari pada nilai kritis yang ditetapkan sebesar 1.645. Analisis rerata pada indikator EL menunjukkan bahwa kepemimpinan kewirausahaan di UMKM yang masih rendah. Beberapa aspek bahkan perlu mendapat perhatian lebih, misalnya peran pemimpin dalam mengomunikasikan tujuan-tujuannya kepada karyawan (EL4). Disamping itu, keterbukaan akan cara- cara baru yang di luar pakem lama juga perlu ditingkatkan jika memang mengarah pada perbaikan (EL5).

Sama halnya dengan hipotesis 5, hipotesis 6 merupakan pengembangan hipotesis dalam model SE. Dalam model SE Ireland, et al. (2003) kepemimpinan kewirausahaan tidak memberikan pengaruh langsung terhadap inovasi, tetapi melalui pengelolaan sumber daya secara stratejik. Berdasarkan penelitian Kong

(2012) penelitian ini juga menguji pengaruh langsung kepemimpinan kewirausahaan terhadap proses inovasi di UMKM.

Hasil pengujian hipotesis ini juga memberikan insight baru dalam aplikasi model SE pada UMKM. Dalam organisasi bisnis yang kecil dengan struktur yang belum kompleks, peran pemimpin dalam mendukung peningkatan kapabilitas karyawan, membangun komunikasi yang aktif, serta terbuka pada hal-hal baru di luar pakem lama ternyata memberikan pengaruh lebih besar terhadap proses inovasi organisasi dari pada variabel pengelolaan sumber daya secara stratejik.

H7 : Entrepreneurial Mindset (EM) berpengaruh positif terhadap Entrepreneurial Culture (EC)

Hasil pengujian signifikansi satu arah menggunakan t stat menghasilkan nilai 33.649, jauh diatas nilai kritis 1.645. Hasil ini menunjukkan bahwa pola pikir kewirausahaan memang terbukti berpengaruh positif terhadap budaya kewirausahaan.

Temuan ini, sejalan dengan teori Ireland, et l. (2003), serta Schein (2010) mengenai hubungan erat antara pola pikir dan budaya. Menurut Schein (2010), pola pikir yang seseorang akan juga mempengaruhi bagaimana ia bersikap dan berperilaku. Orang-orang yang memiliki kemiripan sikap dan perilaku cenderung berkumpul bersama. Sikap dan perilaku yang berulang dilakukan pada akhirnya akan menciptakan pola perilaku dan lama kelamaan membentuk budaya.

Temuan penelitian ini juga mengungkapkan bahwa pengaruh pengaruh pola pikir terhadap budaya kewirausahaan sangat kuat. Sehingga untuk mengatasi budaya kewirausahaan yang masih lemah UMKM dapat dimulai dengan memperbaiki pola pikir mereka terlebih dahulu. Hal ini sejalan dengan pendapat Schein (2010) bahwa perubahan budaya tidak bisa dilakukan dengan merubah budaya. Pola pikir menjadi titik awal dimana para stakeholder (pemerintah maupun perguruan tinggi) dapat memperbaiki budaya kewirausahaan UMKM.