Program Pembangunan Perkebunan

2. Program Pembangunan Perkebunan

Program prioritas pembangunan perkebunan di Jawa Tengah diselaraskan dengan program pertanian secara luas yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM) Jawa Tengah 2008-2013 dan arah kebijakan pembangunan pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia meliputi :

a. Program Pendidikan Non Formal dan Informal (Pendidikan Luar Sekolah)

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM petani sehingga alih teknologi, penyerapan dan penyebarannya lebih cepat

commit to user

serta meningkatkan ketersediaan dan aksebilitas petani pada barang- barang modal dan teknologi melalui Pendidikan Kemasyarakatan.

b. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Program ini bertujuan untuk memfaslilitasi terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal, melalui penyediaan input, peningkatan keanekaragaman produksi, menjamin ketersediaan dan distribusi pangan berbasis perkebunan, pengembangan produksi budaya pangan local dan pengembangan kelembagaan usaha yang terintegrasi dalam kesatuan sistem ketahanan yang mampu mengatasi rawan pangan.

c. Program Pengembangan Agribisnis Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis yang produktif dan efisien, menghasilkan berbagai produk perkebunan, terjalin secara sinergi, sesuai keunggulan masing-masing daerah dengan penerapan teknologi budidaya dan sistem PHT yang berwawasan ramah lingkungan. Diharapkan kualitas produk yang dihasilkan dapat memenuhi SNI sehingga mempunyai nilai tambah dan daya saing yang tinggi baik dipasar lokal, nasional maupun internasional, serta mampu meningkatkan kontribusi sub sektor perkebunan dalam perekonomian nasional, terutama melalui penerimaan devisa.

d. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Program ini bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap sumberdaya pertanian, pengembangan kelembagaan dan perlindungan terhadap petani, dengan sasaran meningkatkannya kapasitas dan posisi tawar petani, semakin kokohnya kelembagaan petani dan meningkatnya pendapatan petani sebagai tolok ukur peningkatan kesejahteraan.

commit to user

pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia pada komoditas karet untuk Propinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :

a. Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan Peningkatan produksi subsektor perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao, kopi, lada, cengkeh, tembakau, kapas, teh, nilam, rimpang dan tanaman hias) bukan diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, melainkan lebih ditujukan untuk penerimaan devisa/ekspor, pemenuhan bahan baku industry dalam negeri dan substitusi impor. Langkah operasional untuk peningkatan produksi perkebunan khususnya karet adalah dengan subsidi bunga kredit yaitu selisih bunga antara bunga yang diterima perbankan dengan bunga yang dibayar petani. Subsidi bunga merupakan salah satu insentif petani yang ada pada skim kredit program, untuk perkebunan rakyat karet skim kredit programnya berupa Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) yang didukung dengan subsidi bunga oleh pemerintah kepada petani. Jangka waktu kredit untuk karet 15 tahun dengan masa tenggang 7 tahun dan suku bunga petani karet 6 persen per tahun. Selain itu, pemerintah pusat juga menargetkan/membuat sasaran produksi karet di Propinsi Jawa Tengah dalam upaya peningkatan produksi perkebunan sebagai berikut : Tabel 14. Sasaran Produksi Karet 2010-2014

2013 2014 Jumlah Produksi (Ribu Ton) Jawa Tengah

30,47 30,81 Sumber : Departemen Pertanian, 2010

b. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada peningkatan kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor. Peningkatan kualitas produk pertanian (segar dan olahan) diukur dari peningkatan jumlah produk

commit to user

Good Agricultural Practices , Good Handling Practices, Good Manucfacturing Practices ). Pada akhir 2014, bahan olah karet (bokar) yang dihasilkan oleh Perkebunan Besar Rakyat sudah harus tersertifikasi dengan pemberlakukan sertifikasi wajib.