Jumlah Produksi Karet Alam
6. Jumlah Produksi Karet Alam
Pada umumnya produk karet dari seluruh perkebunan karet di Jawa Tengah berupa lateks pekat dan sheet (RSS1, RSS2, RSS3, Cutting USS). Hal ini berkaitan dengan orientasi pemasaran karet alam Propinsi Jawa Tengah yaitu berupa industri barang berbahan lateks (karpet, sarung tangan, alat kedokteran, benang karet, perekat, dll), ban (kendaraan penumpang, kendaraan niaga, truk dan pesawat terbang) dan produk barang konsumen (karpet, tas, tutup botol, botol, kantong plastik, ember,
commit to user
Propinsi Jawa Tengah maupun luar negeri. Tanaman karet untuk memproduksi getah karet/siap sadap memerlukan waktu 5-6 tahun. Pohon yang sudah matang memiliki lilit batang 45 cm pada jarak 100 cm dari permukaan tanah atau dari batas pertautan okulasi. Pengirisan dianjurkan jangan sampai merusak lapisan kambium karena akan mempengaruhi produksi lateks. Apabila sejak dari awal sadapan tidak baik dan banyak terjadi kerusakan akan memberikan hasil tidak seperti yang diharapkan. Buka sadap dilakukan pada sekitar bulan Oktober-November atau setelah gugur daun. Kedalaman sadapan yaitu 7 mm dengan kedalaman sadapan 1 mm dari kayu.
Waktu menyadap yang paling baik yaitu pada pukul 03.00-04.00 WIB karena tekanan turgor paling tinggi, sehingga aliran lateks yang dikeluarkan banyak. Semakin siang tekanan turgor semakin kecil karena kandungan air dalam sel semakin menurun dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang berubah seperti suhu meningkat dan kelembaban udara turun dan aliran evaporasi semakin tinggi sehingga akan semakin sedikit lateks yang dihasilkan. Lateks dihasilkan dari hasil fotosintesis disimpan di dalam sel khusus yang disebut pembuluh lateks di dalam floem kulit pohon. Pembuluh lateks merupakan derivat kambium dan tersusun sebagai cincin kosentris pada kulit. Penyadapan biasanya dilakukan 2-3 kali dalam 1 minggu. Kedalaman irisan sadap paling baik adalah 1 mm dari kambium agar cincin pembuluh lateks dapat efektif terpotong semua. Pada kondisi tersebut, produksi lateks cukup tinggi dan cukup aman dari resiko terjadinya luka kayu.
Produksi karet selama tahun 1993-2009 merupakan keseluruhan produksi dari tanaman karet berbagai pengusahaan perkebunan di Propinsi Jawa Tengah yang sudah menghasilkan. Wilayah yang belum menghasilkan atau belum memproduksi karet alam secara keseluruhan adalah Kabupaten Brebes, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Wonogiri, Kota/ Salatiga dan Kota Semarang. Yang sebagian
commit to user
jumlah produksi karet alam di Propinsi Jawa Tengah selama tahun 1993- 2009 adalah sebagai berikut : Tabel 22. Jumlah Produksi Karet Alam Di Propinsi Jawa Tengah Tahun
1993-2009 Tahun
Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Tengah (diolah)
Berdasarkan Tabel 22. dapat diketahui bahwa selama tahun 1993-2009 rata-rata produksi karet di Propinsi Jawa Tengah setiap tahunnya adalah sebanyak 25.475.961 kg dengan jumlah selama 17 tahun mencapai 430.984.383 kg. Jumlah produksi karet alam di Propinsi Jawa Tengah tahun 1993-2009 mengalami perkembangan yang naik-turun. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 1998 yaitu mencapai 2.548.570kg. Sedangkan peningkatan terendah terjadi pada tahun 1995 yaitu sebanyak 116.619kg atau 0,50% dari tahun sebelumnya. Perkembangan jumlah produksi karet alam di Propinsi Jawa Tengah Tahun 1993-2009 secara rata-rata adalah sebanyak 279.815 kg atau
commit to user
karet alam di Propinsi Jawa Tengah Tahun 1993-2009 digambarkan pada grafik maka dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 11. Grafik Perkembangan Jumlah Produksi Karet Alam Di
Propinsi Jawa Tengah Tahun 1993-2009 Berdasarkan Gambar 11. dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah produksi karet alam di Propinsi Jawa Tengah Tahun 1993-2009 mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 1998 karena harga domestik pada tahun berjalan cukup tinggi sehingga perkebunan-perkebunan di Propinsi Jawa Tengah meningkatkan produktivitasnya sebanyak 42% dari tahun sebelumnya melalui pemeliharaan intensif dan peningkatan frekeuensi penyadapan. Sedangkan penurunan terjadi pada tahun 1997 dan tahun 2000. Hal ini dikarenakan pada tahun 1997 adalah karena adanya gangguan kekeringan yang merupakan efek dari serangan El Nina menyebabkan kurangnya kandungan air pada pembuluh lateks sehingga getah karet yang dihasilkan oleh tanaman karet juga sedikit. Pada tahun 2000 produksi karet mengalami penurunan juga karena pada tahun tersebut tanaman karet sudah banyak yang berumur tua atau tidak produktif lagi sehingga menurunkan luas areal panen dan produktivitas yang berdampak pada penurunan jumlah produksi.
Jumlah Produksi karet di Propinsi Jawa Tengah (Kg)
Jumlah Produksi (Kg)
Tahun
la
ro
k si
k a re
(K
commit to user
Analisis penawaran karet pada penelitian ini didekati secara langsung melalui jumlah produksi karet alam di Propinsi Jawa Tengah dengan model Nerlove yang diadaptasi. Variabel yang diduga mempengaruhi penawaran karet di Propinsi Jawa Tengah adalah harga ekspor karet pada tahun sebelumnya, harga domestik karet pada tahun sebelumnya, rata-rata curah hujan pada tahun t, luas areal karet tahun berjalan variabel Dummy ITRC, dan jumlah produksi karet pada tahun sebelumnya, yang dapat dilihat pada Tabel.23. Tabel. 23 Rekapitulasi Variabel-Variabel yang Digunakan dalam Penelitian
Tahun Qt
D Qt-1 1993
1 29828160 Sumber : Data Sekunder, 1993-2009, diolah
Berdasarkan hasil analisis menggunakan model regresi linier berganda pada fungsi penawaran dengan bantuan program SPSS diperoleh persamaan sebagai berikut:
Q t = 5780000 + 190,845 Pe t-1 + 13,753 Pd t-1 +821,815 W t – 82,971 A t
+1659000 D + 0,694 Q t-1
Keterangan : Qt
: Penawaran karet pada tahun berjalan (kg)
commit to user
Pd t-1 : Harga domestik karet alam tahun sebelumnya (Rp/kg) Wt
: Rata-rata curah hujan tahun berjalan (mm/th)
A t : Luas areal pada tahun berjalan (ha)
D : 0 = tidak ada kebijakan pemerintah
1 = ada kebijakan pemerintah
Q t-1
: produksi karet alam tahun sebelumnya
: koefisien regresi dari variable bebas