DESKRIPSI VARIABEL – VARIABEL PENELITIAN

C. DESKRIPSI VARIABEL – VARIABEL PENELITIAN

1. Ekspor dan Impor Non Migas

Gambar 4.2 Perkemangan Realisasi Ekspor Non Migas Jawa Tengah Tahun 1980 – 2010

Sumber: BI ( data diolah Dinperindag Prov. Jateng ).

Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa perkembangan realisasi ekspor non migas Provinsi Jawa Tengah mengalami fluktuasi perkembanggan yang menunjukkan trend positif sejak tahun 1980 sampai 2010 dengan tingkat ekspor tertinggi adalah pada tahun 2010 dengan nilai sebesar US$ 4101772969, meskipun menunjukan trend yang positif namun permasalahan yang terkait langsung di bidang ekspor, atara lain basis ekspor dan pemasarannya yang sempit.

commit to user

Gambar 4.3 Perkembangan Impor Non Migas Jawa Tengah Tahun 1980 – 2010

Sumber: BI ( data diolah Dinperindag Prov. Jateng ).

Impor Provinsi Jawa Tengah mengalami trend yang selalu naik dari tahun 1980 sanpai tahun 2006 akan tetapi pada periode tahun 2007 – 2010 trend impor mengalami penurunan dari tahun – tahun sebelumnya. Impor Jawa Tengah di dominasi produk mesin – mesin dan produk barang elektronik.

2. Perkembanggan Kurs (Rp/$)

Kurs sering disebut nilai tukar mata uang antar negara yang berbeda, mempunyai peranan penting dalam perekonomian disuatu negara. Kestabilan nlai tukar mata uang (kurs) sangat diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha. Perkembangan kurs tidak lepas dari peran pemerintah yang menciptakan kebijakan – kebijakan dibidang moneter dan kondisi ekonomi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Nilai tukar mata uang suatu negara mengalami

commit to user

apresiasi ketika nilai uangnya meningkat relatif terhadap nilai mata uang negara lain.

Gambar 4.4 Perkembagan nilai kurs (Rp/$)

Sumber: Bank Indonesia , berbagai edisi

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kurs rupiah terhadap dollar pada periode tahun 1980 – 2001 selalu mengalami fluktuasi, tetapi cenderung mengalami pelemahan (depresiasi). Periode tahun 2001 – 2002 nilai rupiah mengalami penguatan terhadap dollar sebesar Rp 1460 dan tahun selanjutnya rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dollar. Selama periode tersebut depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mencapai titik tertinggi yaitu sebesar 10,950 rupiah per dollar AS pada tahun 2008.

Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus berlanjut dan yang terbesar adalah pada periode tahun 1997 – 1998 yang berawal pada tingkat 4650 rupiah/dollar AS menuju 8025 rupiah / dollar AS dengan

commit to user

selisih perubahan sebesar 3375 rupiah/ dollar AS. Hal ini disebabkan bahwa terjadinya krisis moneter di Indonesia pada tahun 1998, sehingga perekonomian Indonesia terguncang dan menyebabkan terdepresiasinya nilai mata uang dalam negeri terhadap nilai mata uang luar negeri.

3. Inflasi

Inflasi timbul karena bertambahnya biaya produksi. Bertambahnya biaya produksi menyebabkan produksi turun dan penawaran menjadi berkurang pada akhirnya akan menyebabka kenaikan harga. Kenaikan biaya produksi dapat berasal dari kenaikan harga bahan baku industri.

Gambar 4.5 Perkembanggan Tingkat Inflasi Jawa Tengah

Sumber: Bank Indonesia , berbagai edisi

Berdasarkan gambar diatas, inflasi Jawa Tengah mengalami fluktuasi sejalan dengan kondisi makro ekonomi yang ada di Jawa Tengah.

commit to user

Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 39,63% , dimana pada tahun 1998 terjadi krisis moneter di Indonesia. Seiring dengan proses pemulihan ekonomi, inflasi dapat diturunkan dibawah dua digit. Inflasi kembali meningkat menjadi dua digit, yaitu sebesar 15,97% pada tahun 2005 dengan penyebabnya adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang rata – rata mencapai 100%. Inflasi dapat ditekan menjadi lebih rendah dimana langkah ini tidak terlepas dari kebijakan Bank Indonesia dalam mengambil langkah – langkah penguatan kebijakan moneter untuk kestabilan harga.

4. Perkembaggan Ekspor Non Migas Jawa Tengah ke Negara Tujuan Ekspor Utama

Negara tujuan ekspor komoditi Jawa Tengah dibedakan menjadi dua yaitu negara tradisional ( pasar utama ) dan non tradisional ( pasar potensial ). Negara tradisional adalah negara tujuan ekspor utama Indonesia dan Jawa Tengah. Dikatakan negara tradisional kerena merupakan negara yang biasa dituju Indonesia sebagai negara pengimpor sejak lama. Negara non tradisional yaitu negara – negara tujuan ekspor yang relatif baru yang memiliki pertumbuhan impor tinggi untuk produk dari Indonesia.

commit to user

Gambar 4.6 Perkembanggan Ekspor Non Migas Jawa Tengah ke Negara Tujuan Ekspor

Utama Tahun 2000 – 2010.

Sumber: Dinas Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, 2006

Dilihat dari nilainya, Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama terbesar bagi produk ekspor non migas Jawa Tengah. Pada tahun 2010, nilainya mencapai US$ 1,105,786,214.31. Peringkat kedua dan ketiga negara tujuan ekspor Jawa Tengah adalah Jepang dan Singapora.

Pada periode pengamatan, tujuan ekspor Jawa Tengah ke Asia khususnya negara – negara ASEAN ternyata masih sangat kurang. Negara – negara tujuan ekspor ASEAN yang masuk 10 besar nilai ekspor Jawa Tengah hanya Singapora(Wahyu Agung.2008).

commit to user