Pembahasan Hasil Penelitian

E. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh Inflasi terhadap Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Tengah

Inflasi berpengaruh negatif terhadap ekspor non migas Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil penghitungan, nilai koefisien Inflasi sebesar -10068828 dengan probabilitas sebesar 0.0463 pada tingkat signifikan 5% yang dapat diartikan bahwa setiap peningkatan inflasi sebesar 1% maka akan mengakibatkan penurunan ekspor non migas Jawa Tengah sebesar US$ 10,068,828

Inflasi memiliki efek negatif terhadap ekspor non migas Provinsi Jawa Tengah. Inflasi akan menaikan biaya produksi yang berasal dari kenaikan harga bahan baku industri, perjuangan serikat buruh yang berhasil menuntut kenaikan upah dan lain – lain. Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikan harga dan turunnya produksi. Kenaikan harga barang akhir (output) mengikuti kenaikan harga – harga barang input/ faktor produksi (Boediono, 1995. Dalam Wahyu Agung.2008 )

Pada dasarnya kenaikan inflasi akan menurunkan ekspor non migas Provinsi Jawa Tengah. Kenaikan inflasi menyebabkan kenaikan harga input yang berpengaruh pada kenaikan harga output yang di ekspor sehingga buyer akan menurunkan tingkat pembelian terhadap produk dari Jawa Tengah dan akan menggantinya dengan barang pengganti atau buyer mengimpor dari negara yang menjadi kompetitor yang harga nya lebih rendah dari produk Jawa Tengah.

commit to user

2. Pengaruh Kurs terhadap Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Tengah

Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor non migas Jawa Tengah. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai koefisien kurs sebesar 81020.35 dengan probabilitas sebesar 0.0013 pada tingkat signifikasi 5% yang dapat diartikan bahwa setiap peningkatan Rp1000 (seribu) rupiah/ nilai mata uang sendiri turun relatif terhadap dollar AS, akan meningkatkan ekspor non migas Jawa Tengah sebesar 81,020 juta dollar AS.

Kurs (nilai tukar ) memiliki efek positif terhadap ekspor. Semakin tinggi nilai kurs (nilai mata uang sendiri turun relatif terhadap valuta asing) maka menyebabkan harga produk ekspor menjadi semakin murah dimata buyer luar negeri (importir). Disisi eksportir, naiknya nilai kurs (nilai mata uang sendiri turun relatif terhadap valuta asing) akan mendorong peningkatan produksi akibat keuntungan yang semakin meningkat karena rupiah yang diperoleh lebih besar sehingga mendorong peningkatan ekspor.

Intinya, dengan menurunnya nilai rupiah terhadap dollar maka ekspor akan meningkat karena baik dilihat dari eksportir dan importir sama – sama memperoleh keuntungan. Bagi eksportir akan menerima rupiah yang lebih besar sementara bagi importir harga ekspor menjadi lebih murah (dalam dollar). Semua kondisi tersebut berlangsung dengan asumsi menurunnya nilai tukar rupiah tidak diikuti oleh inflasi dalam negeri yang lebih besar.

commit to user

3. Pengaruh Pendapatan Perkapita Jepang (pGDP JPG) terhadap Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Tengah.

Pendapatan perkapita Jepang (pGDP JPG) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor non migas Jawa Tengah. Berdasar hasil perhitungan, nilai koefisien pGDP JPG sebesar -30071.28 dengan probabilitas sebesar 0.0000 pada tingkat signifikan 5% yang dapat diartikan bahwa setiap peningkatan 1 (satu) dollar AS pendapatan perkapita masyarakat Jepang akan mengakibatkan penurunan ekspor non migas Jawa Tengah sebesar 30,071 dollar AS

Hasil temuan ini tidak sejalan dengan hipotesis bahwa pendapatan perkapita negara tujuan ekspor akan berpengaruh positif terhadap peningkatan ekspor non migas Jawa Tengah, dengan beberapa argumen sebagai berikut: (1) produk – produk non migas Jawa Tengah yang masuk kepasar Jepang adalah tergolong inferior goods sehingga semakin tinggi pendapatan masyarakat Jepang permintaan terhadap produk – produk ekspor non migas dari Jawa Tengah (Indonesia) menurun. (2) Jepang terkenal dengan pembeli yang tuntutan terhadap kualitas sangat diutamakan. Semakin tinggi pendapatan perkapita masyarakat Jepang, maka akan lebih memilih produk – produk yang memiliki kualitas lebih tinggi dibanding produk ekspor Jawa Tengah. Seperti diketahui, Indonesia (khususnya Jawa Tengah) mengahadapi persaingan yang berat dari negara – negara seperti, Vietnam, Malaysia, Thailand, China dan lain – lain.

commit to user

4. Pengaruh Pendapatan Perkapita Singapor (pGDP SING) terhadap Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Tengah.

Pendapatan perkapita Singapor (pGDP SING) berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor non migas Jawa Tengah. Berdasar hasil perhitungan, nilai koefisien (pGDP SING) sebesar 91154.22 dengan probabilitas sebesar 0.0000 pada tingkat signifikan 5% yang dapat diartikan bahwa setiap peningkatan 1 (satu) dollar AS pendapatan perkapita masyarakat Singapor akan mengakibatkan peningkatan ekspor non migas Jawa Tengah sebesar 91,154 dollar AS.

Temuan empirik ini sejalan dengan teori dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Bahwa GDP/kapita negara tujuan ekspor merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi ekspor Jawa Tengah. Semakin tinggi GDP/kapita negara tujuan ekspor maka permintaan terhadap produk – produk ekspor Jawa Tengah akan meningkat. Singapora merupakan negara “trading” dimana produk – produk yang diimpor dari Indonesia (Jawa Tengah) sebagian besar didistribusi ke berbagai negara di dunia (re-export) produk ekspor Jawa Tengah ke Singapor didominasi oleh Furniture (perabotan) , rempah – rempah, barang – barang dari plastik dan lain – lain.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendapatan perkapita negara tujuan ekspor (dalam hal ini Jepang, Singapor, Amerika Serikat) mempunyai pengaruh yang berbeda – beda terhadap perkembangan ekspor non migas Jawa Tengah. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor

commit to user

antara lain : (1) karakteristik pasar, (2) regulasi dan tuntutan kualitas, (3) jenis komoditi, (4) daya beli dan lain –lain.

5. Pengaruh Harga terhadap Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Tengah.

Variabel harga mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 48412935 dengan nilai probabilitas sebesar 0,8240, sehingga variabel harga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor non migas Provinsi Jawa Tengah yang artinya bahwa jika apabila variabel harga ada kenaikan meka belum tentu ekspor non migas juga akan meningkat. Harga meningkat justru ekspor akan menurun karena di mata buyer dengan harga semakin mahal maka akan mengurangi pembelian terhadap produk non migas dari Indonesia (khususnya Jawa Tengah). Akibatnya ekspor Jawa Tengah akan menurun karena kenaikan harga yang terjadi.

6. Pengaruh Impor terhadap Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Tengah.

Variabel impor mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0.048758 dengan nilai probabilitas sebesar 0,2164, sehingga variabel impor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor non migas Provinsi Jawa Tengah yang artinya bahwa jika impor meningkat belum tentu ekspor Jawa Tengah akan meningkat dikarenakan ekspor non migas Provinsi Jawa Tengah kebanyakan menggandalkan Sumber Daya Alam yang terdapat di Indonesia. Ekspor non migas Jawa Tengah didominasi oleh komoditas yang bahan bakunya dari alam misalnya furniture yang merupakan komoditas ekspor besar Indonesia (khususnya Jawa Tengah).

commit to user

7. Pengaruh Pendapatan Perkapita Amerika Serikat (pGDP USA) terhadap Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Tengah.

Variabel pGDP Amerika Serikat mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 13898.44 dengan nilai probabilitas sebesar 0,2928 , sehingga variabel pGDP Amerika Serikat tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor non migas Provinsi Jawa Tengah yang artinya bahwa peningkatan pendapatan perkapita negara tujuan ekspor non migas Jawa Tengah yaitu Amerika Serikat belum tentu ekspor non migas dengan negara tujuan Amerika Serikat meningkat. Tahun 2008 Amerika Serikat mengalami krisis ekonomi yang berakibat diberbagai sektor kehidupan, krisis yang terjadi mengakibatkan penurunan daya beli penduduk Amerika Serikat sehingga produk dari Jawa Tengah mendapat imbas dari krisis tersebut, dengan menurunnya tingkat pendapatan penduduk Amerika Serikat akibat adanya krisis berimbas pada penurunan permintaan produk dari Indonesia (Jawa Tengah). Pendapatan perkapita Amerika Serikat meningkat maka permintaan produk dari Indonesia (khususnya Jawa Tengah) belum tentu meningkat.

commit to user