3. Kinerja merupakan hasil kerja dari tingkah laku Amstrong, 1999:15. Pengertian
kinerja ini mengaitkan antara hasil kerja dengan tingkah laku. Sebgai tingkah laku, kinerja merupakan aktivitas manusia yang diarahkan pada pelaksanaan
tugas organisasi yang dibebankan kepadanya.
2.2.1 Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Mangkunegara 2005:10 tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja
karyawan. Secara lebih spesifi, tujuan evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan
Sunyoto dalam Mangkunegara 2005:10 adalah 1
Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja. 2
Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi
sama dengan prestasi yang terdahulu. 3
Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendikusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap pekerjaan
yang diembannya sekarang. 4
Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.
5 Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.
2.2.2 Kriteria Kinerja
Kriteria kinerja karyawan menurut Suistiyani dan Rosidah 2003: 288 adalah: a.
Kualitas, menyangkut kesesuaian hasil dengan diingini. b.
Kuantitas, jumlah yang dihasilkan baik dalam nilai uang, jumlah unit, jumlah lingkungan aktifitas.
c. Ketepatan waktu.
d. Efektifitas biaya, menyangkut penggunaan sumber-sumber dya organisasi secara
maksimal. e.
Kebutuhan supervise, menyangkut perlunya bantuan intervansi supervise dan pelaksanaan tugas-tugas karyawan.
f. Dampak interpersonal, menyangkut peningkatan harga diri, hubungan baik dan
kerja sama diantara teman kerja maupun bawahan.
2.2.3 Cara Mengukur Kinerja
Pengukuran adalah aspek kunci dari managemen kinerja atas dasar bahwa “apabila kita tidak dapat mengukurnya maka kita tidak akan dapat
meningkatkannya”, tak ada gunanya menetapkan sasaran atau standar-standar kinerja kecuali ada suatu perjanjian dan pemahaman bersama bagaimana kinerja dalam
pencapaian sasaran atau standar-standar tersebut akan diukur. Menurut Dharma 2005:93 mengatakan bahwa ukuran-ukuran kinerja
seharusnya dapat memberikan bukti tentang apakah hasil yang dikehendaki telah tercapai atau tidak dan sejauh mana pemegang pekerjaan telah mencapai hasil
tersebut. Pengukuran kinerja dapat bersifat subyektif atau obyektif. Obyektif berarti
pengukuran kinerja dapat juga diterima, diukur oleh pihak lain selain yang melakukan penilaian dan bersifat kuantitatif, sedangkan pengukuran yang bersifat subyektif
berarti pengukuran yang berdasarkan pendapat pribadi atau standar pribadi orang yang melakukan penilaian dan sulit untuk diverifikasi oleh orang lain ukur.
2.2.4 Pengertian Kepuasan dan Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Wisatawan