Ditimbang serbuk yang mengandung 70 analit dari kadar zat berkhasiat lalu dilakukan prosedur yang sama seperti pada penetapan kadar sampel. Ditimbang
lagi serbuk yang mengandung 70 analit dari kadar zat berkhasiat dan 30 bahan baku lalu dilakukan prosedur yang sama seperti pada penetapan kadar sampel.
Dilakukan 3 kali replikasi untuk masing-masing rentang spesifik tersebut. Menurut Harmita 2004, hasil dinyatakan dalam persen perolehan kembali
recovery . Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus:
Perolehan kembali =
A A
F
C C
C −
x 100
Keterangan : C
F
= konsentrasi sampel dengan penambaham baku yang diperoleh dari pengukuran µgml
C
A
= konsentrasi sampel µgml C
A
= konsentrasi analit yang ditambahkan µgml
3.5.6.2 Presisi Keseksamaan
Untuk menguji data presisi RSD, diambil rata-rata dari data perolehan kembali 9 kali replikasi kemudian dihitung standar deviasi. Setelah itu, dihitung
RSD dengan cara standar deviasi dibagi rata-rata dari perolehan kembali kemudian dikali 100
Menurut Gandjar dan Rohman 2007, nilai RSD dirumuskan dengan:
100 x
X SD
RSD =
Keterangan: RSD = Standar Deviasi Relatif
SD = Standar deviasi X
= Kadar rata-rata sampel
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, nilai SD dihitung dengan :
1
2
− −
=
∑
n X
X SD
Keterangan : X = nilai dari masing-masing pengukuran
X = rata-rata mean dari pengukuran
n = banyaknya data n-1 = derajat kebebasan
3.5.6.3 Batas Deteksi LOD dan Batas Kuantitasi LOQ
Nilai batas deteksi LOD dan batas kuantitasi LOQ dihitung dari persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi. Menurut Ephstein 2004,
Batas Deteksi Limit Of Detection LOD dan Batas Kuantitasi Limit Of Quantitation LOQ
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
2
2
− −
=
∑
n Yi
Y x
Sy
Slope x
Sy x
LOD 3
=
Slope x
Sy x
LOQ 10
=
Keterangan: Syx = Standar Deviasi
Slope = Derajat Kemiringan
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Optimasi komposisi fase gerak asetonitril:air Pada awal penelitian ini dilakukan optimasi untuk mendapatkan kondisi
kromatografi yang optimal. Adapun fase gerak yang dioptimasi yaitu perbandingan 50:50, 45:55, 40:60, 35:65, dan 30:70, pada laju alir 1 mlmenit,
deteksi dilakukan pada panjang gelombang 260 nm menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS 250 x 4,6 mm. Dari Tabel 1 di bawah dapat dilihat hasil
optimasi dari perbandingan fase gerak asetonitril:air yang digunakan.
Tabel 1 Data Optimasi Perbandingan Fase Gerak Asetonitril:Air
Perbandingan fase gerak yang dipilih dari hasil optimasi yaitu pada perbandingan asetonitril:air 45:55. Pemilihan fase gerak ini didasarkan pada
nilai tailing factor lebih kecil dari 2,0 dan nilai theoritical plate lebih besar dari 2000 dengan waktu retensi paling kecil, yaitu 3,364 menit.
Perbandingan Fase Gerak
Asetonitril:Air Waktu Retensi
menit Area
Theoretical plate
Tailing factor
50:50 3,130
104644 1681,228
1,581 45:55
3,364 105106
2397,032 1,392
40:60 3,691
107593 2717,531
1,263 35:65
4,178 108367
2084,386 0,884
30:70 5,078
109335 2379,253
0,897
Universitas Sumatera Utara