Pembuatan Kurva Kalibrasi Flukonazol Penetapan Kadar Sampel Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik

2,0, theoretical plate lebih besar dari 2000 dan waktu retensi yang singkat yang akan dipilih dan digunakan dalam penelitian ini. 3.5.4 Analisis Kualitatif Menggunakan KCKT 3.5.4.1 Uji Identifikasi Flukonazol Menggunakan KCKT Sampel dan bahan baku flukonazol masing-masing dengan konsentrasi 40 µgml diinjeksikan sebanyak 20 µl, dianalisis pada kondisi KCKT dengan perbandingan fase gerak asetonitril:air 45:55 dan laju alir 1 mlmenit serta panjang gelombang 260 nm. Sampel dinyatakan mengandung flukonazol dengan membandingkan waktu retensi sampel dan bahan baku flukonazol. Selanjutnya untuk identifikasi lanjutan, pada larutan sampel flukonazol ditambahkan sedikit larutan baku flukonazol spiking kemudian diinjeksikan dan dianalisa kembali pada kondisi KCKT yang sama. Diamati luas area dan dibandingkan antara kromatogram hasil spike dengan kromatogram larutan sampel sebelum spike. Sampel dinyatakan mengandung flukonazol, jika terjadi peningkatan tinggi puncak dan luas area pada kromatogram hasil spike. 3.5.5 Analisis Kuantitatif Menggunakan KCKT 3.5.5.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Flukonazol Ditimbang seksama sejumlah 25,0 mg flukonazol baku, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan akuabides hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 µgml LIB I.

3.5.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Flukonazol

Universitas Sumatera Utara Dipipet LIB I sebanyak 0,24 ml; 0,44 ml; 0,64 ml; 0,84 ml; dan 1,04 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda. Kocok sehingga diperoleh konsentrasi 12,0 µgml, 22,0 µgml, 32,0 µgml, 42,0 µgml, dan 52,0 µgml. Kemudian masing-masing larutan disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm, dan diinjeksikan ke sistem KCKT sebanyak 20 µl dan dideteksi pada panjang gelombang 260 nm. Dari luas area yang diperoleh pada kromatogram dibuat kurva kalibrasi kemudian dihitung persamaan regresi dan faktor korelasinya

3.5.4.3 Penetapan Kadar Sampel

Ditimbang isi 20 kapsul untuk masing-masing jenis kapsul, kemudian digerus homogen dan ditimbang seksama sejumlah serbuk setara dengan 25 mg flukonazol, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan 30 ml akuabides, disonikasi 10 menit dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 µgml, dikocok ± 5 menit, kemudian disaring dengan kertas saring, ± 5 ml filtrat pertama dibuang. Dipipet 0,8 ml filtrat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dan dicukupkan hingga garis tanda dengan pelarut sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 40 µgml. Dikocok ± 5 menit lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm. Diinjeksikan sebanyak 20 µl ke sistem KCKT dan dideteksi pada panjang gelombang 260 nm dengan perbandingan fase gerak asetonitril:air 45:55, laju alir 1 mlmenit. Dilakukan sebanyak 6 kali perlakuan untuk setiap sampel. Kadar dapat dihitung dengan mensubstitusikan luas area sampel pada Y dari persamaan regresi: Y = ax + b.

3.5.5.4 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik

Universitas Sumatera Utara Data perhitungan kadar dianalisis secara statistik menggunakan uji t. Menurut Harmita 2004, rumus yang digunakan untuk menghitung Standar Deviasi SD adalah: 1 2 − − = ∑ n X X SD Kadar dapat dihitung dengan persamaan garis regresi dan untuk menentukan data diterima atau ditolak digunakan rumus: t hitung n SD X X − = Dengan dasar penolakan apabila t hitung ≥ t tabel , pada taraf kepercayaan 99 dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1. Keterangan : SD = Standar deviasi X = Kadar sampel X = Kadar rata-rata dalam satu sampel n = Banyaknya data Menurut Wibisono 2005, untuk mencari kadar sebenarnya dapat digunakan rumus: n SD x t X dk 2 1 1 α µ − ± = Keterangan: μ = Kadar sebenarnya X = Kadar sampel n = Banyaknya data t = Harga t tabel sesuai dengan derajat kepercayaan dk= Derajat kebebasan 3.5.6 Validasi Metode 3.5.6.1 Akurasi kecermatan