Tekanan Osmosis Oksigen Media Kultur

dalam protein, amino, dan karboksilat. Hal ini dapat menyebabkan denaturasi protein yang mengganggu pertumbuhan sel Pratiwi, 2008.

c. Tekanan Osmosis

Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Dalam larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel mikroorganisme, sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari dalam sel mikroorganisme sehingga membran plasma mengkerut dan lepas dari dinding sel plasmolisis, serta menyebabkan sel secara metabolik tidakaktif. Mikroorganisme halofil mampu tumbuh pada lingkungan hipertonik dengan kadar garam tinggi, umumnya NaCl 3, contohnya adalah bakteri laut. Mikroorganisme yang mampu tumbuh pada konsentrasi garam sangat tinggi sebesar ≥ 33 NaCl disebut halofil ekstrem, contohnya adalah Halobacterium halobiumPratiwi, 2008.

d. Oksigen

Berdasarkan kebutuhan oksigen, dikenal mikroorganisme yang bersifat aerob dan anaerob. Mikroorganisme aerob memerlukan oksigen untuk bernapas, sedangkan mikroorganisme anaerob tidak memerlukan oksigen untuk bernapas. Adanya oksigen pada mikroorganisme anaerob justru akan menghambat pertumbuhannya. Energi pada mikroorganisme anaerob dihasilkan dengan cara fermentasi Pratiwi, 2008. Bakteri aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk hidupnya. Karena atmosfir kita terdiri atas 20 oksigen, maka untuk Universitas Sumatera Utara menumbuhkannya tidaklah jadi masalah, selama bakteri itu berhubungan dengan udara Volk dan Margaret, 1988.

e. Radiasi

Sumber utama radiasi di bumi adalah sinar matahari yang mencakup cahaya tampak visible light, radiasi UV ultraviolet, sinar inframerah, dan gelombang radio. Radiasi yang berbahaya untuk mikroorganisme adalah radiasi pengionisasi ionizing radiation, yaitu radiasi dari panjang gelombang yang sangat pendek dan berenergi tinggi yang dapat menyebabkan atom kehilangan elektron ionisasi Pratiwi, 2008.

2.4.2 Pengaruh Faktor Kimia pada Pertumbuhan a. Nutrisi

Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis dan pembentukan energi. Berdasarkan kebutuhannya, nutrisi dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Makroelemen yaitu elemen-elemen nutrisi yang diperlukan dalam jumlah banyak gram. Meliputi karbon C, oksigen O, hidrogen H, nitrogen N, sulfur S, fosfor P, kalium K, magnesium Mg, kalsium Ca, dan besi Fe. CHONSP diperlukan dalam jumlah besar takaran gram untuk pembentukan karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat. P, K, Ca, dan Mg diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil mg dan berperan sebagai kation dalam sel Pratiwi, 2008. 2. Mikroelemen trace element yaitu elemen-elemen nutrisi yang diperlukan dalam jumlah sedikit dalam takaran mg hingga ppm. Meliputi mangan Universitas Sumatera Utara Mn, zinc Zn, kobalt Co, molybdenum Mo, nikel Ni, dan tembaga Cu. Mikroelemen kadang merupakan bagian enzim atau kofaktor yang membantu katalisasi dan membentuk protein Pratiwi, 2008.

b. Media Kultur

Pada pengujian mikrobiologi, bakteri dibiakkan dalam bahan berisi nutrisi yang disebut media. Media dapat berupa cairan seperti kaldu dan dapat pula berupa padatan seperti agar dan gelatin. Media pengkaya adalah media yang dapat menunjang pertumbuhan bakteri yang memiliki persyaratan nutrisi yang rumit agar dapat tumbuh dengan optimal Kusuma, 2009. Media padat yang paling banyak digunakan adalah agar-agar, karena bila agar-agar sudah menjadi padat masih dapat dicairkan kembali untuk digunakan. Selain itu, suspensi agar-agar 1,5 - 2 dalam air karena dapat larut pada suhu 100ºC dan tidak menjadi padat sebelum suhu turun di bawah 45ºC kemudian media agar didinginkan dengan cepat sehingga menjadi padat tanpa merusak sel- sel tersebut. Sekali menjadi padat, agar tidak dapat mencair kembali, kecuali jika dipanaskan di atas 80ºC. Pada metode lempeng tuangan, suatu suspensi sel dicampur dengan agar-agar cair pada suhu 50ºC dituang pada cawan petri. Bila agar-agar telah mengeras, sel tidak akan bergerak lagi dan tumbuh menjadi koloni sangat besar kemungkinannya berasal dari satu sel yang sama Kusuma, 2009. Media yang digunakan dalam pengujian, yaitu: 1. Pengencer Buffered Peptone Water BPW Peptone 10 gram Natrium klorida 5 gram Universitas Sumatera Utara Disodium hydrogen phosphate 3,5 gram Kalium dihidrogen phosphate 1,5 gram Air suling akuades 1 liter Larutkan bahan-bahan dalam 1 liter air suling, atur pH 7,0, masukkan 250 ml ke dalam botol labu 500 ml dan 9 ml ke dalam tabung reaksi. Sterilkan pada suhu 121ºC selama 15 menit SNI, 1992. 2. Perbenihan media Plate Count Agar Yeast extract 2,5 gram Pancreatic digest of Caseine 5 gram Glucose 1 gram Agar 15-20 gram Air suling 1 liter Larutkan semua bahan-bahan, atur pH 7,0. Masukkan ke dalam labu, sterilkan pada suhu 121ºC selama 15 menit SNI, 1992. 3. Pereaksi Triphenyl Tetrazolium Chloride TTC 0,5 TTC ini berfungsi sebagai indikator yang akan direduksi sehingga mewarnai koloni bakteri yang hendak diamati, dengan demikian dapat dibedakan dengan kotoran yang mungkin berasal dari sisa-sisa sampel yang dapat mengganggu pengamatan koloni bakteri. TTC yang ditambahkan adalah 1 ml dalam 100 ml media PCA. TTC akan direduksi dengan cepat menjadi formazan yang berwarna merah dan tidak larut. Dalam pengujian untuk angka lempeng total sering digunakan untuk indikator koloni karena kebanyakan bakteri mesofil aerob dapat mereduksi TTC menjadi formazan sehingga meskipun dalam medium yang Universitas Sumatera Utara keruh karena terdapat matriks sampel yang kompleks, koloni dapat terlihat jelas Kusuma, 2009.

2.5 Sterilisasi