hidup, dan mengurangi paparan gas yang sangat berbahaya terhadap petugas yang menangani alat tersebut Ditjen POM, 1995.
2.5.4 Sterilisasi dengan Radiasi Ion
Perkembangan yang cepat alat kesehatan yang tidak tahan terhadap sterilisasi panas dan kekhawatiran tentang keamanan etilen oksida mengakibatkan
peningkatan penggunaan sterilisasi radiasi. Tetapi cara ini juga dapat digunakan pada bahan obat dan bentuk sediaan akhir. Keunggulan sterilisasi iradiasi meliputi
reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang dapat diukur, dan kenyataan yang membuktikan bahwa variabel yang dikendalikan lebih sedikit. Kenyataannya
sterilisasi radiasi adalah sesuatu kekhususan dalam dasar pengendalian yang penting adalah dosis radiasi yang diserap, dan dapat diukur secara tepat. Oleh
karena sifat khas tersebut, banyak prosedur baru yang telah dikembangkan untuk menetapkan dosis sterilisasi. Walaupun begitu, hal ini masih dalam peninjauan
dan pertimbangan, terutama mengenai kegunaannya, paling tidak, untuk pengendalian tambahan dan tindakan keamanan. Iradiasi hanya menimbulkan
sedikit kenaikan suhu, tetapi dapat mempengaruhi kualitas dan jenis plastik atau kaca tertentu Ditjen POM, 1995.
Ada dua jenis radiasi ion yang digunakan, yaitu disintegrasi radioaktif dari radioisotop radiasi gamma dan radiasi berkas elektron. Pada kedua jenis
tersebut, dosis radiasi yang dapat menghasilkan derajat jaminan sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian rupa hingga dalam rentang satuan dosis
minimum dan maksimum, sifat bahan yang disterilkan dpat diterima Ditjen POM, 1995.
Universitas Sumatera Utara
2.5.5 Sterilisasi dengan Penyaringan
Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan penyaringan menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba
yang dikandung dapat dipisahkan secara fisika. Perangkat penyaring umumnya terdiri dari suatu matriks berpori bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah
yang tidak permeabel. Efektivitas suatu penyaring media atau penyaring substrat tergantung pada ukuran pori bahan dan dapat tergantung pada daya adsorpsi
bakteri pada atau di dalam matriks penyaring atau tergantung pada mekanisme pengayakan. Ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa pengayakan merupakan
komponen yang lebih penting dari mekanisme. Penyaring yang melepas serat, terutama yang mengandung asbes, harus dihindarkan penggunaanya kecuali tidak
ada cara penyaringan alternatif lain yang mungkin digunakan. Jika penyaring yang melepas serat memang diperlukan, merupakan keharusan, bahwa proses
penyaringan meliputi adanya penyaring yang tidak melepas serat diletakkan pada arah hilir atau sesudah langkah penyaringan awal Ditjen POM, 1995.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat Pengujian
Tempat pengujian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan, Jl. Sisingamangaraja No. 24 Medan.
3.2 Sampel
Sampel yang digunakan pada pengujian yaitu tepung terigu yang di pasaran.
3.3 Pengujian Angka Lempeng Total Bakteri pada Tepung Terigu 3.3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah autoklaf, batang pengaduk, bola karet, botol, bunsen, cawan petri, colony counter, gelas ukur, inkubator, laminar air flow,
maat pipet, oven, penangas air, platform shaker, spatula, spidol, tabung reaksi bertutup, dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan adalah akuades, tepung
terigu, media Plate Count Agar PCA, pengencer Buffered Peptone Water BPW, pereaksi Triphenyl Tetrazolium Chloride TTC 0,5.
3.3.2 Prosedur 3.3.2.1 Pembuatan Media
- Buffered Peptone Water BPW
Ditimbang sebanyak 4,5 gram, larutkan ke dalam 225 ml akuades di dalam botol sebagai larutan pengencer pertama. Ditimbang sebanyak 0,8 gram, larutkan
Universitas Sumatera Utara