17
pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009- 2011.”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Apakah Liquidity Quick Ratio berpengaruh secara parsial terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia BEI? b. Apakah Profitability Return On Assets berpengaruh secara parsial
terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI?
c. Apakah Profitability Return On Equity secara parsial berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia BEI? d. Apakah Liquidity Quick Ratio, Profitability Return On Assets dan
Return On Equity berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio secara simultan pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia BEI?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disajikan,maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
18
1. Untuk mengetahui pengaruh Liquidity Ratio Quick Ratio terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh Profitability Ratio Return On Assets terhadap
Dividen Payout Ratio pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh Profitability Return On Equity terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. 4. Untuk mengetahui pengaruh Liquidity Quick Ratio, Profitability Return On
Assets dan Return On Equity secara simultan terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia BEI.
1.4. Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, sebagai pengaplikasian ilmu yang telah peneliti peroleh di bangku kuliah dan untuk menambah wawasan peneliti tentang pengaruh
liquidity ratio, profitability ratio terhadap dividen payout ratio perusahaan perbankan.
2. Bagi pihak investor kreditor dan pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan dalam pengambilan kebijakan untuk
19
membuat keputusan dan memberikan masukan mengenai pengaruh liquidity ratio, profitability ratio terdahap dividen payout ratio.
3. Bagi peneliti selanjutnya yaitu dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian – penelitian yang akan datang tentang pengaruh liquidity ratio,
profitability ratio terhadap dividen payout ratio.
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Liqudity Ratio Rasio Likuiditas
Liquidity likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan. Pengertian likuiditas yang lain adalah menunjukkan kemampuan aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban lancarnya pada saat diperlukan,
Moekijat, 2000. Sedangkan menurut Surisno 2000 likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya yang
segera harus dipenuhi. Menurut Kasmir 2008:79 rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban utang jangka pendek. Likuiditas perbankan dalam penelitian ini diproksikan pada Quick Ratio, apabila suatu bank dinyatakan kurang likuid
berarti nilai quick rationya kecil. Formula untuk menghitung likuiditas perusahaan yaitu:
Likuiditas = current assets
total liabilities Dalam penelitiaan ini rasio likuiditas yang digunakan:
1. Quick Ratio
Quick Ratio adalah membandingkan antara total aktiva lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Persediaan terdiri dari
21
alat-alat kantor, bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Quick Ratio atau rasio cepat digunakan untuk
mengetahui kemampuan bank untuk membayar kembali kewajibannya kepada para deposannya dengan aset tunai yang dimilikinya. Suatu
bank yang mempunyai kerendahan di nilai quick rationya maka perusahaan perbankan tersebut mengalami kesulitan kas. Rasio ini
merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan,
karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera
dapat direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang. Formula untuk menghitung
quick ratio: ����� ����� =
���ℎ ������ ����� �������
2.1.2. Definisi Profitability Ratio Rasio Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Menurut Brigham dan Houston 2001:197 menyatakan bahwa
profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Sartono 2001:1190 berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan
22
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Menurut Gibson 2001:303, profitabilitas sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan, profitabilitas ini diukur
dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan seperti aktiva
perusahaan, penjualan, dan investasi, sehingga dapat diketahui efektivitas pengelolaan keuangan dan aktiva oleh perusahaan. Sedangkan menurut
Haryanto dan Toto 2003:142 profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan
didapat dari aktivitas investasinya. Rasio profitabilitas yang menjadi focus penelitian ini yaitu:
1. Return On Asset ROA
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga
sering di sebut juga sebagai Return on Investment ROI Hanafi dan Halim, 2000:84. Horne dan Wachowicz 1997:147
mengatakan rasio ini adalah rasio keuntungan yang menghubungkan laba dengan investasi. Menurut Ang 1997:32,
profitabilitas mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
23
dimilikinya. Rasio pengembalian atas total aktiva dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva.
��� = Net Income after tax
total assets
2. Return On EquityROE
Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. ROE sangat
menarik bagi pemengang saham ataupun calon pemegang saham, dan juga manajemen karena rasio tersebut merupakan ukuran atau
indicator penting dari shareholder value creation. Artinya semakin tinggi rasio ROE, semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini
tentunya merupakan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Sedangkan kalau di perusahaan
perbankan rasio ROE digunakan untuk mengukur kinerja manajemen baik dalam mengelola modal yang tersedia untuk
menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Pemilik bank lebih
tertarik pada seberapa besar kemampuan bank memperoleh keuntungan terhadap modal yang ia tanamkan. Alasannya adalah
24
rasio ROE ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank
yang bersangkutan.
ROE = laba bersih pemegang saham
ekuitas saham biasa
2.1.3. Definisi Dividen Payout Ratio DPR
Pengertian dividen menurut William 1938 dalam Cooper 1997 adalah reward untuk shareholder atas supply capital pada perusahaan. Tanpa
pembayaran dividen, saham tidak akan bernilai, hanya janji dividen dimasa yang akan datang yang memberikan nilai kepada saham.
Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang saling berkepentingan dan saling bertentangan, yaitu kepentingan para
pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya, disamping itu juga kepentingan bondholder yang dapat
mempengaruhi besarnya dividen kas yang dibayarkan. Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung pada kebijakan masing-
masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang serius dari manajemen perusahaan. Weston and Copeland 1995 mendefinisikan
kebijakan dividen sebagai: Keputusan untuk menentukan besarnya bagian pendapatan earing yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan
bagian yang akan ditahan perusahaan.
25
2.1.4. Teori Dividen 2.1.4.1.
Residual Dividend Theory
Dalam pandangan bahwa pembagian dividen itu tidak mempengaruhi nilai dari perusahaan, terdapat teori yang bernama
residual dividend theory. Selama terdapat peluang investasi dengan tingkat pengembalian yang melebihi atau sama dengan tingkat yang
diekspektasi, perusahaan akan memakai laba ditahan serta surat berharga untuk meningkatkan basis modal yang dapat mendukung
pendanaannya. Jika perusahaan masih memiliki laba ditahan setelah mendanai semua peluang investasi yang menguntungkan, laba ini akan
di distribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas. Dengan metode seperti ini, jumlah dividen kas akan terus berfluktuasi,
sejalan dengan peluang investasi yang dimiliki setiap periodenya, disatu sisi perusahaan mungkin tidak akan membagikan dividen sama
sekali, jika seluruh persediaan modalinternal terpakai, di sisi lain, perusahaan mungkin akan membagikan seratus persen labanya, bila
tidak memiliki peluang investasi yang menguntungkan sama sekali Van horne, 2002.
Keown 2005 juga menjelaskan tentang teori ini bahwa perusahaan akan cenderung memakai pendanaan internal, karena
pendanaan eksternal memakan biaya tambahan. Dengan begitu, kebijakan dividen perusahaan menjadi sebagai berikut:
26
• Pertahankan rasio utang optimum dalam mendanai investasi di masa akan dating.
• Menerima investasi jika memiliki NPV Net Present Value yang positif.
• Mendanai proporsi ekuitas dari pendanaan investasi baru dengan dana internal. Hanya bila dana internal
sudah terpakai seluruhnya, perusahaan akan menerbitkan saham baru.
• Jika sumber pendanaan internal memiliki sisa setelah membuat semua investasi, bayarkan dividen kepada
investor. Namun, jika seluruh dana investor diperlukan untuk mendanai proporsi ekuitas dari pendanaan suatu
investasi, jangan bayarkan dividen. Lebih lanjut Keown menyimpulkan bahwa kebijakan dividen
dipengaruhi oleh peluang investasi perusahaan, campuran struktur modal, dan ketersediaan dana internal.
2.1.4.2. Clientele Effect Theory
Jika investor tidak menganggap dividen yang ia terima pada
waktu tertentu tidak cukup atau dibawah ekspektasinya, ia dapat
menjual sebagian dari kepemilikannya untuk “menciptakan dividen”. Kemudian, jika dividen yang diterima lebih besar dari pada yang
27
diekspektasi, ia dapat membeli tambahan saham dengan kelebihan dana yang didapat dari dividen.
Lanjut Keown 2005 menjelaskan bahwa investor cenderung untuk tidak memilih saham yang mengharuskannya untuk
“menciptakan dividen”. Sebaliknya, para investor memiliki preferensi, apakah itu dividen, atau capital gain. Tentunya mereka lebih
cenderung memilih saham yang memenuhi preferensi mereka. Investor yang lebih cenderung untuk memiliki pendapatan dalam jangka
pendek akan memilih saham-saham perusahaan yang rasio pembagian dividennya relative tinggi. Investor lain yang memiliki dana besar,
lebih cenderung untuk menghindari pajak dengan memilih perusahaan yang pembagian dividennya rendah, tetapi dapat menghasilkan capital
gain yang besar diwaktu yang akan dating. Dengan begitu teori ini mendukung pandangan bahwa dividen memiliki pengaruh terhadap
nilai perusahaan.
2.1.4.3. Bird-in-the-hand Theory
Pendapat yang mengatakan bahwa dividen tidak perpengaruh terhadap nilai perusahaan secara implicit menganggap bahwa investor
memakai required rate of return yang sama, baik untuk pendapatan dari capital gain maupun dari dividen. Namun teori ini berkata bahwa
dividen dapat diprediksi ketimbang kepastian di dalam menerima capital gain tertentu. Perbedaan risiko ini menciptakan required rate
28
of return yang lebih tinggi di dalam mendiskonto nilai capital gain. Dengan kata lain, nilai sekarang present value dari dividen lebih
besar dari pada nilai sekarang dari capital gain Keown, 2005. Berdasarkan teori diatas, menurut Damodaran 2001, satu
alasan mengapa investor lebih menginginkan dividen daripada capital gain adalah karena dividen jumlahnya sudah pasti, sedangkan capital
gain tidak pasti. Hal ini tepat untuk investor yang risk-averse, namun argumentasi ini di bantah. Hal yang paling sederhana adalah
argumentasi lain yang menyatakan bahwa pilihannya bukan terletak antara dividen yang pasti di hari ini, dengan capital gain yang tidak
pasti dalam suatu waktu di masa depan, tetapi antara dividen hari ini dengan kenaikan harga saham sampai pada hari ini.
2.1.5. Bentuk Dividen Yang Dibayarkan
Menurut Darmadji dan Fakhruddin 2006, bentuk dividen yang dibayarkan dapat dibedakan atas:
1. Dividen tunai cash dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pengumuman dividen tunai adalah sewaktu
kewajiban dan pembayaran yang pada umumnya dilakukan secara sengaja, maka biasanya merupakan kewajiban lancar.
2. Dividen saham stock dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Pembagian dividen saham
dianggap besar, jika perbandingan saham baru yang dibagikan dengan
29
saham yang sudah ada outstanding share lebih besar 25 sebaliknya jika perbandingan tersebut lebih kecil dari 25 maka dianggap kecil.
3. Dividen properti property dividend adalah merupakan pembagian laba kepada pemegang saham atau investor dalam bentuk barang yang
dapat berupa barang dagangan, real estate atau investasi yang di rancang dewan direksi.
4. Dividen likuidasi liquiditing dividend adalah dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan.
Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai realisasi asset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya.
2.1.6. Prosedur Pembayaran Dividen
Dividen biasanya dibagikan setiap triwulan, jika situasi mendukung maka dividen dapat dinaikkan sekali setiap tahun. Prosedur pembagian
dividen yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
1. Tanggal Pengumuman. Tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen.
2. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham holder of record date. Jika
perusahaan mencatat seorang pemegang saham tersebut berhak
menerima dividen. 3. Tanggal ex-dividen. Tanggal pada saat hak dividen periode
berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut, biasanya jangka
30
waktunya adalah empat hari kerja sebelum pencatatan pemegang
saham. 4. Tanggal Pembayaran ex-dividend date. Tanggal pada saat
perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen.
Kebijakan dividen dapat diubah, namun dapat menimbulkan masalah karena dapat mengganggu pemegang saham perusahaan, mengirimkan isyarat
yang tak diinginkan, dan menyampaikan kesan ketidakstabilan dividen, yang semuanya dapat mempunyai implikasi negatif pada harga saham. Namun,
situasi ekonomi memang selalu berubah, dan kadang-kadang perubahan tersebut mengharuskan perusahaan mengubah kebijakan dividennya.
2.1.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keputusan dividen. Faktor- faktor ini dapat dikelompokkan menjadi empat kategori besar yaitu:
• Kendala atas pembagian dividen, yang terdiri dari: Kontrak utang
Pembatasan saham peferen Ketidak cukupan laba
Ketersediaan kas Denda pajak atas penahanan laba yang tidak wajar
• Peluang investasi, yang terdiri dari:
31
Letak dari daftar IOS. Apabila daftar IOS yang khas dari suatu perusahaan. Pada gambar lebih mengarah ke kanan,
hal ini akan cenderung menghasilkan target rasio pembayaran dividen yang rendah, dan sebaliknya jika IOS
mengarah ke kiri. Kemungkinan untuk mempercepat atau menunda proyek.
Kemampuan untuk mempercepat atau menangguhkan proyek akan memungkinkan perusahaan untuk lebih
konsisten dengan kebijakan dividen yang stabil. • Ketersediaan dan biaya dari sumber moral alternagtif, yang terdiri
dari: Biaya penjualan saham baru
Kemampuan untuk mensubstitusi ekuitas dengan uang Pengendalian
2.2. Signalling Theory
Teori ini dipilih karena teori signaling dapat menjelaskan alasan perusahaan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal yang terkait
dengan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen perusahaan dengan pihak luar manajemen, dimana pihak manajemen perusahaan memiliki lebih banyak
informasi serta mengetahui prospek perusahaan dimasa yang akan datang. salah satu faktor yang menjadi dasar investor menanamkan saham adalah dengan melihat
32
jumlah dividend payout ratio yang diberikan oleh emitan. Bila emiten memberikan dividend payout ratio tinggi, maka investor akan merasa senang untuk menanamkan
investasinya. Lukas 2008, pengumuman dividen diyakini mempunyai informasi dan
membawa sinyal tentang laba bersih saat ini dan potensi perusahaan di masa mendatang. Nmodel signaling dividen mulai berkembang pada akhir tahun 1970-an
di Amerika. Ide dasar dalam model ini adalah bahwa perusahaan melakukan penyesuaian dividen untuk menunjukkan sinyal akan prospek perusahaan. Terdapat
bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham. sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham
turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen daripada capital gains.
2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu