Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Perbankan Dan Industri Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA INDUSTRI PERBANKAN

DAN INDUSTRI MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh:

ARINI 090521060

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN EKSTENSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRACT

Arini (2011) : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dibimbing oleh Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi; Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Dr. Endang Sulistya Rini SE MSi; Penguji I Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MSi; Penguji II Drs. Nakman Harahap MSi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh

Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size dan Shareholder Dispersion secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada Industri

Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan industri perbankan dan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda dengan tingkat signifikan α = 5%. Pengerjaan analisis regresi linear berganda menggunakan program SPSS 17.0 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada Industri Perbankan, Cash

Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size dan Shareholder Dispersion tidak dapat mengestimasi model sehingga tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan pada Industri Manufaktur, Cash Position dan Firm Size memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, tetapi Return on Assets dan Shareholder

Dispersion tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Kata kunci : Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size,


(3)

ABSTRACT

Arini (2011): Analysis of Factors That Influence Dividend Payout Ratio on Banking Industry and Manufacturing Industry in Indonesia Stock Exchange. Guided by Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi; Head of Study Program Faculty of Economics, University of North Sumatra Dr. Endang Rini Sulistya SE MSi; Examiner I Dr. Khaira Amalia Fachrudin SE, MSi; Examiner II Drs. Nakman Harahap MSi.

The purpose of this study is to analyze and determine the effect of Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size and Shareholder Dispersion significantly to the Dividend Payout Ratio on the Banking Industry and Manufacturing Industry is listed on Indonesia Stock Exchange.

This study uses secondary data from financial statements of the Banking Industry and Manufacturing Industry listed in Indonesia Stock Exchange period 2007-2009. The method used in this research is descriptive analysis method and multiple linear regression analysis with significant level α = 5%. The execution of multiple linear regression analysis using SPSS 17.0 for windows.

The results of this study indicate that the Banking Industry, Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size and Shareholder Dispersion can not estimate a model that does not have a significant effect on Dividend Payout Ratio. While in the Manufacturing Industry, Cash Position and Firm Size has a significant effect on the Dividend Payout Ratio, but the Return on Assets and Shareholder Dispersion does not have a significant effect on the Dividend Payout Ratio.

Keywords: Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size,


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam keharibaan Rasulullah SAW, semoga kita mendapatkan syafa’atnya di akhirat kelak. Amin.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi Program Strata-1 Jurusan Manajemen Ekstensi Universitas Sumatera Utara. Oleh sebab itu penulis mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”.

Selama penyusunan Skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak terutama dari kedua orang tua tercinta, Ayahanda Mastriono dan Ibunda Sudarmi, atas kasih sayang, doa, motivasi dan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, MSi selaku Ketua Program Studi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU, yang telah banyak memberikan petunjuk mengenai skripsi penulis.

3. Ibu Dr Isfenti Sadalia, SE, ME selaku ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU.

4. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi selaku Dosen pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan saran untuk membantu penulis di dalam penulisan skripsi.

5. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MSi Dosen penguji I penulis, yang telah memberikan arahan dan saran untuk membantu penulis di dalam penulisan skripsi.


(5)

6. Bapak Drs. Nakman Harahap, MSi selaku Dosen penguji II penulis, yang telah memberikan arahan dan saran untuk membantu penulis di dalam penulisan skripsi.

7. Adik-adikku tercinta Ary Rahayu, Fajri Jauhari, dan Novia Hasanah yang selalu memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Beserta seluruh keluarga besar penulis yang selalu mendukung setiap tindakan penulis untuk memperlancar skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan MK’09: Leli, Hotma, Liza, Falen, Rina, Elvi dan Mona, terima kasih atas dukungannya. Semangat!!!

Dan semua pihak yang telah membantu dan memberikan saran kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak. Dan penulis pun menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2011 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 10

2.1.1 Dividen ... 10

2.1.2 Jenis-Jenis Kebijakan Dividen ... 11

2.1.3 Teori Preferensi Investor ... 12

2.1.4 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 13

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen .. 15

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio... 16

2.1.6.1 Cash Position ... 16

2.1.6.2 Debt to Equity Ratio ... 17

2.1.6.3 Return on Asset ... 18

2.1.6.4 Fime Size ... 18

2.1.6.5 Shareholder Dispersion ... 19

2.2 Penelitian Terdahulu ... 21

2.3 Kerangka Konseptual ... 22

2.4 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 26

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Batasan Operasional ... 26

3.4 Definisi Operasional ... 27

3.5 Skala Pengukuran ... 29

3.6 Populasi dan Sampel ... 30

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.8 Jenis Data ... 33


(7)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Perusahaan ... 40

4.2 Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio ... 59

4.3 Evaluasi Model Statistik ... 83

4.4 Analisis Data ... 87

4.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 87

4.4.2 Regresi Linear Berganda ... 102

4.4.2.1 Koefisien Determinasi ... 102

4.4.2.2 Pengujian Hipotesis ... 103

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 117

5.2 Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 120


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 10 Bank Terbesar di Indonesia ... 5 3.1 Sampel Penelitian Industri Perbankan ... 26 3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Karateristik Penarikan Sampel

pada Industri Manufaktur ... 31 3.3 Sampel penelitian Industri Manufaktur ... 32 3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson ... 35 4.1 Rata-rata Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets,

Firm Size, Shareholder Dispersion, dan Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia

Periode 2007-2009 ... 60 4.2 Rata-rata Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets,

Firm Size, Shareholder Dispersion, dan Dividend Payout Ratio pada Industri Manufaktur yang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia

Periode 2007-2009 ... 62 4.3 Cash Position Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia ... 64 4.4 Cash Position Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia ... 66 4.5 Debt to Equity Ratio Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia ... 68 4.6 Debt to Equity Ratio Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia ... 69 4.7 Return on Assets Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ... 71 4.8 Return on Assets Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ... 72 4.9 Firm Size Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek


(9)

Indonesia ... 74

4.10 Firm Size Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 75

4.11 Shareholder Dispersion Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 77

4.12 Shareholder Dispersion Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 79

4.13 Dividend Payout Ratio Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 80

4.14 Dividend Payout Ratio Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 82

4.15 Casewise Diagnostik (Outlier Pertama)... 84

4.16 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (setelah Outlier Pertama dikeluarkan) ... 85

4.17 Casewise Diagnostik (Outlier Pertama setelah LN) ... 86

4.18 Casewise Diagnostik (Outlier Kedua setelah LN) ... 86

4.19 Casewise Diagnostik (Outlier Ketiga setelah LN) ... 86

4.20 Casewise Diagnostik (Outlier Keempat setelah LN) ... 87

4.21 Uji Normalitas pada Industri Perbankan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 93

4.22 Uji Normalitas pada Industri Manufaktur One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 94

4.23 Uji Glejser pada Industri Perbankan ... 97

4.24 Uji Glejser pada Industri Manufaktur ... 98

4.25 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 99

4.26 Uji Autokorelasi Durbin Watson pada Industri Perbankan ... 99

4.27 Uji Autokorelasi Durbin Watson pada Industri Manufaktur... 100

4.28 Uji Multikolinearitas pada Industri Perbankan ... 101

4.29 Uji Multikolinearitas pada Industri Manufaktur ... 101

4.30 Koefisien Determinasi pada Industri Perbankan ... 102


(10)

4.32 Uji Statistik F pada Industri Perbankan ... 104

4.33 Uji Statistik F pada Industri Manufaktur ... 105

4.34 Uji Statistik t pada Industri Perbankan ... 107


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 24 4.1 Histogram Dependent Variable (LN Dividen Payout Ratio)

pada Industri Perbankan ... 89 4.2 Histogram Dependent Variable (LN Dividen Payout Ratio)

pada Industri Manufaktur ... 90 4.3 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent

Variable (LN Dividen Payout Ratio) pada Industri Perbankan ... 91 4.4 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent

Variable (LN Dividen Payout Ratio) pada Industri Manufaktur ... 92 4.5 Scatterplot Dependent Variabel (LN Dividen Payout Ratio) pada

Industri Perbankan ... 95 4.6 Scatterplot Dependent Variabel (LN Dividen Payout Ratio) pada


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

I Sampel Penelitian Industri Perbankan ... 123 II Sampel Penelitian Industri Manufaktur ... 125 III Hasil Pengolahan Data dengan Pengolahan SPSS 17.0 for

Windows pada Industri Perbankan ... 127

IV Hasil Pengolahan Data dengan Pengolahan SPSS 17.0 for


(13)

DAFTAR SINGKATAN

CP = Cash Position

DER = Debt to Equity ratio DPR = Dividend Payout Ratio

FS = Firm Size

LN = Logaritma Natural

ROA = Return on Asset


(14)

ABSTRACT

Arini (2011) : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dibimbing oleh Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi; Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Dr. Endang Sulistya Rini SE MSi; Penguji I Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MSi; Penguji II Drs. Nakman Harahap MSi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh

Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size dan Shareholder Dispersion secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada Industri

Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan industri perbankan dan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda dengan tingkat signifikan α = 5%. Pengerjaan analisis regresi linear berganda menggunakan program SPSS 17.0 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada Industri Perbankan, Cash

Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size dan Shareholder Dispersion tidak dapat mengestimasi model sehingga tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan pada Industri Manufaktur, Cash Position dan Firm Size memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, tetapi Return on Assets dan Shareholder

Dispersion tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Kata kunci : Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size,


(15)

ABSTRACT

Arini (2011): Analysis of Factors That Influence Dividend Payout Ratio on Banking Industry and Manufacturing Industry in Indonesia Stock Exchange. Guided by Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi; Head of Study Program Faculty of Economics, University of North Sumatra Dr. Endang Rini Sulistya SE MSi; Examiner I Dr. Khaira Amalia Fachrudin SE, MSi; Examiner II Drs. Nakman Harahap MSi.

The purpose of this study is to analyze and determine the effect of Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size and Shareholder Dispersion significantly to the Dividend Payout Ratio on the Banking Industry and Manufacturing Industry is listed on Indonesia Stock Exchange.

This study uses secondary data from financial statements of the Banking Industry and Manufacturing Industry listed in Indonesia Stock Exchange period 2007-2009. The method used in this research is descriptive analysis method and multiple linear regression analysis with significant level α = 5%. The execution of multiple linear regression analysis using SPSS 17.0 for windows.

The results of this study indicate that the Banking Industry, Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size and Shareholder Dispersion can not estimate a model that does not have a significant effect on Dividend Payout Ratio. While in the Manufacturing Industry, Cash Position and Firm Size has a significant effect on the Dividend Payout Ratio, but the Return on Assets and Shareholder Dispersion does not have a significant effect on the Dividend Payout Ratio.

Keywords: Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size,


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perusahaan dalam mengelola keuangannya dihadapkan pada tiga keputusan keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan untuk menentukan berapa banyak dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Kebijakan dividen mempunyai dampak yang sangat penting bagi investor maupun bagi perusahaan yang membayarkan dividen. Pada umumnya para investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di lain pihak, perusahaan/perbankan juga mengharapkan adanya pertumbuhan yang baik bagi keberlangsungan hidup usahanya, yang sekaligus juga dapat membayar dividen kepada pemegang saham.

Besar kecilnya dividen yang dibagikan perusahaan berbeda-beda tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Besarnya persentase dari pendapatan yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai cash

dividend disebut Dividend payout ratio (Abdullah, 2005:4). Dengan demikian,

kebijakan dividen yang optimal (optimal dividend policy) merupakan kebijakan yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang yang memaksimumkan nilai perusahaan


(17)

Beberapa faktor harus dipertimbangkan agar kebijakan dividen yang optimal dapat dicapai dengan tetap memperhatikan kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Kebijakan dividen setiap perusahaan berbeda-beda karena faktor prioritas yang dipertimbangkan setiap perusahaan berbeda. Beberapa faktor tersebut diantaranya cash position, debt to equity ratio, return

on asset, firm size, shareholder dispersion yang merupakan faktor-faktor yang

dipertimbangkan dalam optimalisasi kebijakan dividen dalam penelitian ini. Likuiditas merupakan pertimbangan utama bagi perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Perusahaan dikatakan likuid apabila perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Karena dividen merupakan arus kas keluar, semakin besar posisi kas (cash position), maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Van Horne dan M. Machowicz, 2007:282).

Kebutuhan dana bagi perusahaan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan terhadap dividen yang akan diambil. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas (Kasmir, 2008:158). Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai jaminan hutang. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan gejala yang kurang baik


(18)

bagi perbankan, hal ini berarti perusahaan akan lebih mengutamakan untuk membayar pinjamannya dari pada membiayai dividen bagi pemegang saham.

Pembuatan keputusan yang tepat dalam kebijakan pembayaran dividen dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai para pemegang sahamnya. Nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai hutang. Return

on Assets (ROA) mengukur keseluruhan keefektifan manajemen dalam

menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Perusahaan yang memiliki keuntungan yang relatif stabil dapat memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian hari. Maka keadaan seperti itu memungkinkan perusahaan untuk membagikan dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan keuntungan yang berfluktuasi. Ini berarti semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak.

Perusahaan yang besar dan memiliki profitabilitas yang tinggi akan dengan mudah masuk ke pasar modal atau memperoleh dana-dana yang diperlukan untuk perluasan usahanya dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru dan kecil (Sundjaja dan Barlian, 2003:389). Ini berarti ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena semakin besar ukuran perusahaan, maka kemungkinan dividen yang dibagikan lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru dan kecil karena mereka lebih banyak menggunakan laba yang diperolehnya untuk membiayai operasinya dari pada membagikan dividen kepada pemegang saham.


(19)

Penyebaran kepemilikan saham (shareholder dispersion) berkaitan dengan masalah keagenan. Masalah keagenan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menetapkan kebijakan dividen, karena kebijakan dividen perusahaan dapat dianggap sebagai alat untuk meminimisasi biaya agensi (Keown, 2000:617). Masalah keagenan antara pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi bila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu menginginkan manajer bekerja dengan tujuan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Namun di sisi lain manajer juga menginginkan kemakmuran untuk diri mereka sendiri. Perbedaan kepentingan inilah yang menyebabkan timbulnya masalah keagenan.

Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkannya kepada masyarakat yang kekurangan dana. Dalam 1 bulan pertama di 2011, bank-bank di Indonesia meraup untung senilai Rp 5,65 triliun. Naik 11,7% dibandingkan laba di Januari 2010 yang mencapai Rp 5,06 triliun (http://vibiznews.com). Besarnya keuntungan yang diperoleh bank-bank tersebut diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Berdasarkan data statistik perbankan dari Bank Indonesia (BI) Kamis (24/3/2011), posisi bank yang menempati 10 besar tak banyak perubahan sejak 2009. Berikut daftar 10 bank terbesar di Indonesia:


(20)

Tabel 1.1

10 Bank Terbesar di Indonesia

No. Bank Firm Size

(Tahun 2009)

% DPR (Tahun 2009)

1 PT Bank Mandiri Tbk 33.61 29.35

2 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) 33.39 30.04

3 PT Bank Central Asia Tbk (BCA) 33.27 80.21

4 PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) 33.06 34.92

5 PT Bank CIMB Niaga Tbk 32.30 -

6 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 32.22 50.00

7 PT Bank Pan Indonesia Bank Tbk (Panin)

31.99 -

8 PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII)

31.74 -

9 PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) 31.70 26.86

10 PT Bank Permata Tbk 31.66 -

Sumber :

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya ukuran perusahaan (firm size) tidak selalu menjamin perusahaan akan membagikan dividen dalam jumlah yang besar pula. PT Bank Central Asia Tbk dengan

firm size sebesar 33,27 (diukur dari logaritma natural total asset), persentase

pembagian dividennya sebesar 80,21% lebih besar jika dibandingkan dengan PT Bank Mandiri Tbk yang mempunyai firm size lebih besar yaitu 33,61, dividen yang dibagikan sebesar 29,35%. Bahkan PT Bank CIMB Niaga Tbk dengan firm size sebesar 32,30 lebih besar dari pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk (32,22) tidak membagikan dividen. Begitu juga dengan PT Bank Pan Indonesia Bank Tbk (Panin), dan PT Bank Internasional Indonesia


(21)

Tbk (BII) yang mempunyai firm size lebih besar dari PT Bank Tabungan Negara Tbk (dengan dividen sebesar 26,86%), bank-bank tersebut tidak membagikan dividen pada tahun yang sama.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri manufaktur. Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang triwulan I tahun 2011 naik sebesar 5,15% dari triwulan I tahun 2010. Selama tiga tahun terakhir, terjadi kenaikan pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang triwulan I. pada triwulan I tahun 2010 pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang naik 4,26% dari triwulan I tahun 2009, dan pertumbuhan triwulan I tahun 2009 naik 0,19% dari triwulan I 2008 (http://bps.go.id). Kenaikan pertumbuhan ini dapat menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya pada industri manufaktur dan juga dapat mempengaruhi besar kecinya dividen yang akan dibagikan perusahaan kepada pemegang saham.

Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen telah banyak dilakukan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zulkifli (2008) menunjukkan bahwa variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA) dan Firm Size (FS) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Growth Potential (GP) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Efendi (2007) menunjukkan bahwa variabel


(22)

Position mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Insider Ownership, Profitability, dan

Growth tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Sudarsi (2002) menunjukkan bahwa variabel Cash Position

(CP), Profitabilitas, dan Growth Potential (GP) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan variabel lainnya yaitu

Debt to Equity Ratio (DER) dan Firm Size tidak diikutsertakan dalam regresi

karena tidak memenuhi syarat uji asumsi klasik.

Berdasarkan uraian tersebut dan melihat adanya ketidakkonsistenan hasil dari peneliti sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melanjutkan

penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR), dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cash

Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD) terhadap Dividend Payout Ratio

(DPR) pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD) mempunyai pengaruh


(23)

secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh

Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD) secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dividend payout ratio khususnya pada perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Perusahaan (Emiten)

Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan dalam penentuan kebijakan dividen. Faktor-faktor yang diteliti tersebut diharapkan dapat membantu manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang dibayarkan.


(24)

c. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi investor sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal sehubungan dengan harapan pemegang saham untuk memperoleh dividen atas sejumlah saham yang diinvestasikan.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai dividen payout ratio.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Dividen

Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan investor. Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan pada saat ini dan akan datang. Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Ketika memutuskan berapa banyak uang kas yang harus dibagikan kepada pemegang saham, manajer keuangan harus mengingat bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham.

Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah dividen tahunan yang dibagi dengan laba tahunan; atau dividen per lembar saham dibagi dengan laba per lembar saham. Rasio tersebut menunjukkan persentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham secara tunai dan juga menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan (Van Horne dan Machowicz, 2007:270).


(26)

2.1.2. Jenis-Jenis Kebijakan Dividen

Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash

dividend yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Jenis-jenis

kebijakan dividen tersebut adalah (Sartono, 2000: 255) : a. Pemberian dividen yang stabil

Perusahaan yang menganut kebijakan untuk membayarkan dividen per lembar saham dalam jumlah yang stabil cenderung untuk memiliki payout ratio yang rendah pada saat profit tinggi dan memiliki payout ratio yang tinggi pada saat profit mengalami penurunan. Alasan untuk memberikan dividen yang stabil dengan cara membiarkan payout ratio berfluktuasi adalah agar harga saham pasar lebih tinggi, hal ini karena:

1) Dividen yang berfluktuasi lebih beresiko dari pada dividen yang stabil, oleh karena itu tingkat discount rate yang lebih rendah akan diterapkan pada dividen yang stabil sehingga nilai saham lebih tinggi.

2) Pemegang saham yang mengharapkan pendapatan dari penerimaan dividen akan lebih suka untuk menerima dividen dalam jumlah yang stabil (dividen minimum).

3) Persyaratan listing surat berharga mensyaratkan dividen yang stabil dan tidak terputus.

b. Payout ratio yang konstan

Beberapa perusahaan memilih untuk mempertahankan persentase payout laba yang konstan. Dengan demikian apabila laba yang diperoleh berfluktuasi


(27)

maka dividen yang dibayarkan juga berfluktuasi. Kebijakan ini cenderung tidak akan memaksimumkan nilai perusahaan.

c. Pembayaran dividen reguler yang rendah disertai pembayaran ekstra.

Dengan dividen rendah tetapi teratur dibayar setiap periode, perushaan memberi investor pendapatan stabil yang dibutuhkan untuk membangun kepercayaan pada perusahaan dan jika pendapatan lebih tinggi dari biasanya pada periode tertentu perusahaan boleh membayar tambahan dividen, yang disebut dividen ekstra.

2.1.3. Teori Preferensi Investor

Ada beberapa teori dari preferensi investor tentang pembayaran dividen antara lain (Brigham dan Houston, 2001: 66):

a. Teori Ketidakrelevanan Dividen

Teori Ketidakrelevanan Dividen merupakan teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan resiko bisnisnya. Dengan kata lain, MM berpendapat bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba ditahan.


(28)

b. Teori Bird in the Hand

Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner. Mereka berpendapat bahwa tingkat pengembalian atas ekuitas akan turun apabila rasio pembagian dividen dinaikkan karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gains) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan dari keuntungan modal (capital gain).

c. Teori Preferensi Pajak

Teori yang menyatakan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada tinggi. Hal ini karena adanya pajak yang dikenakan pada dividen. Investor menganggap bahwa pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal (capital gain) yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih tinggi. Oleh karena itu, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan.

2.1.4. Teori Keagenan (Agency Theory)

Dalam mengimplementasikan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan para pemegang saham, masalah keagenan dapat saja terjadi. Masalah keagenan (agency problem) merupakan masalah yang timbul akibat konflik kepentingan antara manajer (agen pemegang saham) dengan


(29)

pemegang saham karena adanya pemisahan tugas manajemen perusahaan dengan para pemegang saham (Keown at al, 2008:18). Agen adalah orang yang diberi kekuasaan untuk bertindak atas nama yang lain, yang dikenal sebagai prinsipal. Dalam mengatur perusahaan, pemegang saham adalah prinsipal, karena mereka adalah pemilik nyata dari perusahaan. Sedangkan dewan direksi, CEO, para eksekutif perusahaan maupun manajer profesional dengan kekuasaaan pengambilan keputusan adalah agen (perantara) dari pemegang saham.

Sebuah perusahaan bisa saja dijalankan oleh para manajer profesional yang sedikit mempunyai kepemilikan saham dalam perusahaan itu atau tidak sama sekali. Karena adanya pemisahan antara pembuat keputusan dan pemilik perusahaan, para manajer bisa saja membuat keputusan yang sama sekali tidak sesuai dengan tujuan memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Mereka dapat bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, dengan penghasilan tambahan dan gaji, tetapi mereka mungkin juga menghindari proyek manapun yang mempunyai resiko yang dihubungkan dengan mereka, walaupun jika proyek besar mereka memberikan pengembalian yang berpotensi dan kemungkinan kegagalannya sangat kecil. Hal ini disebabkan jika proyek tidak menghasilkan, agen-agen dari pemegang saham ini akan kehilangan pekerjaan mereka.

Konflik antara manajemen dan para pemegang saham dalam perusahaan di mana manajer dan pemegang saham memiliki insentif yang berbeda sehingga manajer tidak mau bekerja untuk para pemegang saham


(30)

kecuali untuk kepentingan mereka sendiri, maka kebijakan dividen perusahaan dapat dianggap oleh pemegang saham sebagai alat untuk meminimalisasi biaya agensi. Biaya agensi adalah biaya, seperti mengurangi harga saham, asosiasi dengan potensial konflik antara manajer dan investor ketika kedua kelompok saling berbeda (Keown et al, 2000:617). Dengan mengasumsikan bahwa pembayaran dividen mensyaratkan manajemen untuk mendanai investasi baru, investor baru mungkin tertarik pada perusahaan hanya jika manajemen memberikan informasi yang meyakinkan bahwa modal akan digunakan agar menguntungkan. Maka pembayaran dividen secara tidak langsung menghasilkan monitor yang lebih ketat pada kegiatan investasi manajemen. Dividen bisa menjadi kontribusi yang berarti pada nilai perusahaan.

2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Menurut Sjahrial (2007:260), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:

a. Posisi likuiditas perusahaan; makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.

b. Kebutuhan dana untuk membayar hutang; apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil.

c. Rencana perluasan usaha; makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen.


(31)

d. Pengawasan terhadap perusahaan.

Menurut Van Horne dan M. Machowicz (2007:278), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:

a. Aturan-aturan hukum; berkaitan dengan penurunan nilai modal, insolvensi (kebangkrutan), dan penahanan laba yang tidak dibenarkan.

b. Kebutuhan pendanaan perusahaan. c. Likuiditas

d. Kemampuan untuk meminjam

e. Batasan-batasan dalam kontrak utang f. Pengendalian

2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio 2.1.6.1.Cash Position

Kas merupakan aktiva yang paling likuid dan merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Kas adalah seluruh uang tunai yang ada di tangan (cash on hand) dan dana yang disimpan di bank dalam berbagai bentuk, seperti deposito dan rekening koran (Syahyunan, 2004:49). Cash

position atau posisi kas merupakan rasio kas akhir tahun dengan laba bersih

setelah pajak (earning after tax) (dalam Sudarsi, 2002:4). Cash position merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum membuat keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayar kepada para pemegang saham. Posisi kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang


(32)

saham akan tergambar pada free cash flow yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas (cash

position) atau likuiditas bank berarti makin besar kemampuannya membayar

dividen (Van Horne dan M. Machrowicz, 2007:282).

2.1.6.2.Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk

menilai hutang dengan ekuitas (Kasmir, 2008:158). Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai jaminan hutang, atau dengan kata lain rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal sendiri perusahaan dapat menutupi hutang-hutangnya kepada pihak luar. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya.

Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan hutangnya akan diambil dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar pendapatannya untuk keperluan tersebut, ini berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen


(33)

akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan

dividend payout ratio.

2.1.6.3.Return on Asset

Return on Assets (ROA) adalah rasio antara laba setelah pajak dengan total

aktiva (Sartono, 2000:65). Rasio ini mengukur keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Rasio yang lebih rendah dapat disebabkan karena net profit margin yang rendah atau karena perputaran total aktiva yang rendah. ROA menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return) yang semakin besar.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Oleh karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.


(34)

2.1.6.4.Firm Size

Ukuran perusahaan (firm size) mencerminkan bahwa perusahaan yang mapan dan besar akan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru ataupun perusahaan yang kecil. Perusahaan yang masih baru ataupun perusahaan yang kecil karena keterbatasan aksesnya ke pasar modal sehinnga kemampuannya untuk mendapatkan modal dan memperoleh pinjaman dari pasar modal juga terbatas. Oleh karena itu maka mereka cenderung untuk menahan labanya guna membiayai operasinya, dan ini berarti dividen yang akan diterima oleh pemegang saham akan semakin kecil. Semakin besar ukuran perusahaan (firm size) maka dividen yang dibagikan juga akan semakin besar, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Ukuran perusahaan diwakili oleh logaritma natural dari total assets (dalam Zulkifli, 2008:33).

2.1.6.5.Shareholder Dispersion

Masalah keagenan antara pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi bila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan pemegang saham, pemegang saham harus mengeluarkan biaya yang disebut agency cost yang meliputi pengeluaran untuk memonitor kegiatan manajer, pengeluaran untuk membuat struktur organisasi yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan. Pengawasan secara total terhadap kegiatan para manajer akan memecahkan masalah keagenan, tetapi


(35)

dibutuhkan biaya yang mahal dan kurang efisien. Solusi yang baik adalah memberi paket kompensasi berupa gaji tetap ditambah bonus kepemilikan perusahaan (saham perusahaan) jika kinerja mereka bagus (Sukardi, 2009:15).

Karena adanya masalah financial internal (modal) dan eksternal (hutang) serta adanya tarik menarik kepentingan antar kelompok investor, maka muncul masalah penyebaran kepemilikan saham (shareholder dispersion) perusahaan.

Shareholder dispersion yang besar akan menimbulkan biaya keagenan yang besar

karena ketika kepemilikan saham ini menyebar, maka pemegang saham akan sulit dalam mengawasi perusahaan. Akibatnya suatu aktivitas pengawasan oleh pemegang saham memerlukan biaya yang cukup besar. Kepemilikan saham yang menyebar menimbulkan biaya keagenan yang besar sehingga membutuhkan mekanisme untuk menurunkan biaya keagenan tersebut dengan cara meningkatkan rasio pembayaran dividen.

Shareholder dispersion diartikan sebagai variance kepemilikan saham oleh kelompok pemegang saham (dalam Efendi, 2007:45). Nilai variance yang besar menunjukkan bahwa kepemilikan saham lebih terkonsentrasi pada satu atau beberapa pemegang saham saja. Sebaliknya, nilai variance yang kecil menunjukkan bahwa kepemilikan saham semakin menyebar atau tidak terkonsentrasi pada satu atau beberapa pemegang saham saja. Dengan demikian,

Shareholder dispersion yang kecil menunjukkan bahwa kepemilikan saham di

suatu perusahaan semakin menyebar. Hal ini akan menimbulkan masalah keagenan karena sulitnya para pemegang saham untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan dan ini mengakibatkan pembayaran dividen yang lebih


(36)

tinggi. Dengan kata lain, Shareholder dispersion berpengaruh negatif terhadap

dividend payout ratio.

2.2. Penelitian Terdahulu

Zulkifli (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta selama periode 2004-2006”. Pada penelitian tersebut, variabel yang digunakan antara lain Cash Position (CP),

Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA), Growth Potential (GP) dan Firm Size (FS). Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel,

yaitu Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Growth Potential dan

Firm Size mempunyai pengaruh bersama-sama secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Uji Secara Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa

variabel Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Firm Size mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Growth Potential tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Efendi (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (Periode 2002-2004)”. Pada penelitian tersebut, variabel yang digunakan antara lain Insider Ownership, Shareholder dispersion, Profitability,

Growth, Size, Market Risk, Debt to Equity Ratio dan Cash Position. Hasil Uji


(37)

dispersion, Profitability, Growth, Size, Market Risk, Debt to Equity Ratio dan Cash Position mempunyai pengaruh bersama-sama secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Uji Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa Shareholder dispersion, Size, Debt to Equity Ratio, Market Risk, dan Cash Position mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Insider Ownership, Profitability, dan

Growth tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Sudarsi (2002) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Pada penelitian tersebut, variabel yang digunakan antara lain Cash Position (CP), Profitability (PR), Growth Potential (GP), Firm

Size (Size) dan Debt to Equity Ratio (DER). Hasil Uji Serempak (Uji F)

menunjukkan bahwa Cash Position (CP), Profitability (PR), Growth Potential (GP), Firm Size (Size) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Uji Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa Cash Position (CP), Profitability (PR),

Growth Potential (GP) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Debt to Equity Ratio

(DER) dan Firm Size tidak diikutsertakan dalam regresi karena tidak memenuhi syarat uji asumsi klasik.


(38)

2.3. Kerangka Konseptual

Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen payout ratio menunjukkan persentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham secara tunai dan juga menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan (Van Horne dan Machowicz, 2007:270). Faktor-faktor yang mempengaruhi

dividend payout ratio (DPR) antara lain: Cash position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD).

Cash position merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan

sebelum membuat keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayar kepada para pemegang saham. Semakin kuat cash position berarti semakin besar kemampuan untuk membayar dividen (Van Horne dan M. Machrowicz, 2007:282). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas (Kasmir, 2008:158). Semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perbankan, berarti kemungkinan persentase pembagian dividen juga semakin kecil.

Return on Assets (ROA) adalah rasio antara laba setelah pajak dengan total

aktiva (Sartono, 2000:65). Rasio ini mengukur keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi

Return on Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin

besar. Ukuran perusahaan (firm size) mencerminkan bahwa perbankan yang mapan dan besar akan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal (Sundjaja


(39)

dan Barlian, 2003:389). Semakin besar ukuran perusahaan (firm size) maka dividen yang dibagikan juga akan semakin besar, begitu juga sebaliknya.

Shareholder dispersion diartikan sebagai variance kepemilikan saham oleh

kelompok pemegang saham (dalam Efendi, 2007:45). Shareholder dispersion yang kecil menunjukkan bahwa kepemilikan saham di suatu perusahaan semakin menyebar, ini mengakibatkan pembayaran dividen yang lebih tinggi. Dengan demikian, Shareholder dispersion berpengaruh negatif terhadap dividend payout

ratio.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Van Horne dan M. Machowicz (2007:270), Kasmir (2008:158), Sartono (2000:65),

Sundjaja dan Barlian ( 2003:389), Efendi (2007:45), diolah Return on Assets

(X3)

Dividend Payout Ratio

(Y)

Debt to Equity Ratio

(X2)

Cash Position

(X1)

Firm Size

(X4)

Shareholder Dispersion


(40)

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empiris yang terkumpul (Sugiyono, 2003: 306).

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: “Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on

Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD) mempunyai

pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif, di mana penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih. Dalam penelitian ini, diteliti sejauh mana pengaruh antara

Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm

Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD) terhadap Dividend Payout Ratio

(DPR) pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs 2011 sampai dengan bulan Juli 2011.

3.3. Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1) Variabel bebas (independent variable) yaitu Cash position (CP), Debt to

Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan

Shareholder Dispersion (SHD).


(42)

b. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 sampai 2009.

c. Data laporan keuangan pada Industri Perbankan dan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 sampai 2009.

3.4. Defenisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Variabel terikat (Y) adalah

Dividend Payout Ratio (DPR), sedangkan variabel bebas (X) terdiri dari Cash position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion (SHD).

a. Variabel Independen (X) 1) Cash Position (X1)

Posisi likuiditas merupakan pertimbangan utama bagi perbankan/perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat

cash position berarti semakin besar kemampuan untuk membayar dividen.


(43)

2) Debt to Equity Ratio (X2)

Rasio ini mengukur seberapa jauh perbankan/perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perbankan/perusahaan.

Rumus:

3) Return on Assets (X3)

Rasio ini menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan.

Rumus:

4) Firm Size (X4)

Firm Size mencerminkan bahwa perbankan/perusahaan yang besar

memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perbankan/perusahaan yang kecil sebaliknya. Ukuran perusahaan diwakili oleh logaritma natural dari total assets.

5) Shareholder Dispersion (X5)

Shareholder dispersion dihitung dengan rumus variance, nilai variance

yang besar menunjukkan bahwa kepemilikan saham lebih terkonsentrasi pada satu atau beberapa pemegang saham saja.


(44)

Rumus:

Dimana : Xi = Persentase kepemilikan saham tiap kelompok X = Rata-rata persentase kepemilikan saham n = Jumlah data

b. Variabel Dependen (Y)

Dividend Payout Ratio (Y)

Rasio ini menunjukkan persentase pendapatan yang dibagikan kepada pemegang saham. Rasio ini dapat diukur dengan membandingkan dividen kas per lembar saham dengan laba yang diperoleh per lembar saham.

Rumus:

3.5. Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2003:84). Penelitian ini menggunakan skala pengukuran rasio, dimana skala rasio merupakan skala pengukuran yang dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan, dan jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak.


(45)

3.6. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah industri perbankan dan industri manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2010, yaitu masing-masing sebanyak 31 perbankan dan 104 perusahaan manufaktur. Target sampel untuk Industri Perbankan dalam penelitian ini adalah emiten yang terdaftar pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia yang memiliki laporan keuangan lengkap dan membagikan dividen selama periode penelitian yaitu Januari 2007 sampai dengan Desember 2009. Berdasarkan target tersebut, maka yang menjadi sampel penelitian untuk Industri Perbankan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

Industri Perbankan

No Emiten Tanggal Listing 2007 2008 2009

1 PT Bank ICB Bumiputera Tbk 15 Juli 2002  - 

2 PT Bank Ekonomi Raharja Tbk 08 Januari 2008  - -

3 PT Bank Central Asia Tbk 31 Mei 2000   

4 PT Bank Bukopin Tbk 10 Juli2006   

5 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 25 November 1996    6 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 November 2003    7 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17 Desember 2009 -  

8 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 06 Desember 1989   

9 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 14 Juli 2003   

10 PT Bank Bumi Arta Tbk 31 Desember 2009   

11 PT Bank CIMB Niaga Tbk 29 November 1989   -

12 PT Bank Internasional Indonesia Tbk 21 November 1989   -

13 PT Bank Swadesi Tbk 01 Mei 2002 -  

14 PT Bank Victoria Internasional Tbk 30 Juni 1999 -  -

15 PT Bank Mayapada Internasional Tbk 29 Agustus 1997   -

16 PT Bank Mega Tbk 17 April 2000  - -

17 PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 15 Desember 2006   

Jumlah sampel 14 14 11


(46)

Sedangkan untuk Industri Manufaktur, penarikan sampel dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Berdasarkan Karateristik Penarikan Sampel pada Industri Manufaktur

No Karakteristik Sampel Jumlah

1 Emiten yang selalu listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian, yaitu 2004-2007

104 2 Emiten yang tidak memiliki data laporan

keuangan yang lengkap selama periode penelitian, yaitu 2004-2007

(5)

3 Emiten yang tidak membagikan dividen berturut-turut selama periode 2004-2007 dalam satuan rupiah

(67)

Jumlah Sampel 32

Sumber: http://idx.co.id (3 Juli 2011, diolah)

Berdasarkan kriteria sampel di atas, maka yang menjadi sampel penelitian untuk Industri Manufaktur adalah sebagai berikut:


(47)

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

Industri Manufaktur No Kode

Emiten Nama Emiten Tanggal Listing

1 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 08 November 1995

2 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk 1 Maret 1990

3 ASII PT Astra International Tbk 4 Apr 1990

4 AUTO PT Astra Otoparts Tbk 15 Juni 1998

5 BATA PT Sepatu Bata Tbk 24 Maret 1982

6 BRNA PT Berlina Tbk 06 November 1989

7 CTBN PT Citra Turbindo Tbk 28 November 1989

8 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 30 Januari 1989 9 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk 01 Desember 1980

10 GGRM PT Gudang Garam Tbk 27 Agustus 1990

11 HMSP PT HM Sampoerna Tbk 15 Agustus 1990

12 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk 5 November 1990

13 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk 21 Januari 1991

14 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Juli 1994

15 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 05 Desember 1989

16 KAEF PT Kimia Farma Tbk 4 Juli 2001

17 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 30 Juli 1991

18 LION PT 20 Agustus 1993

19 LMSH PT 4 Juni 1990

20 MERC PT 23 Juli 1981

21 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 15 Desember 1981

22 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 27 Juli 1995

23 MYOR PT Mayora Indah Tbk 4 Juli 1990

24 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk 08 Juli 1991

25 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 09 September 1996

26 SQBI PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 03 Agustus 1992

27 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 30 September 1993

28 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk 30 Oktober 1990

29 TRST PT Trias Sentosa Tbk 12 Juli 1993

30 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 17 Juni 1994

31 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk 06 November 1989

32 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 11 Januari 1990


(48)

3.7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data-data pendukung berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu dan buku-buku referensi untuk mendapat gambaran dari masalah yang akan diteliti, serta mengumpulkan data sekunder yang diperlukan berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.8. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia, berbagai hasil penelitian dan buku-buku referensi.

3.9. Teknik Analisis Data 3.9.1. Metode Analisis Deskriptif

Pada tahap ini dilakukan dengan menghitung masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan rumus yang telah dikemukakan sebelumnya.

3.9.2. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang tidak bias dan efisiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik. Ada beberapa kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi agar model persamaan regresi


(49)

berganda dapat digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

dividend payout ratio. Kriteria persyaratan tersebut antara lain:

3.9.2.1.Uji Normalitas

Menurut Situmorang et al, (2010:91) menyatakan bahwa uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Cara lain untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan pendekatan

kolmogorov smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual

berdistribusi normal (Situmorang et al, 2010:97).

3.9.2.2.Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka terjadi homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut heterokedastisitas. Cara untuk melihat apakah heteroskedastisitas atau tidak dapat


(50)

dilakukan dengan dua cara yaitu melalui pendekatan grafik dan pendekatan statistik (Uji Glejser). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas (Situmorang et al, 2010: 100).

3.9.2.3.Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Situmorang et al, 2010: 113). Metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi salah satunya adalah dengan menggunakan percobaan d dari Durbin Watson, dengan kriteria pengambilan keputusan antara lain:

Tabel 3.4

Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl≤d≤du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl<d<4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4-du≤d≤4-dl Tidak ada autokorelasi positif atau

negatif

Tidak ditolak du<d<4-du

Sumber: Situmorang et al (2010: 120)

3.9.2.4.Uji Multikolinearitas

Digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linear yang sempurna antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen. Uji


(51)

multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dengan ketentuan bila tolerance < 0,1 sedangkan VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas (Situmorang et al, 2010:136).

3.9.3. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Model persamaan regresi ini adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Dimana :

Y = Dividend Payout Ratio (DPR)

a = Konstanta

X1 = Cash Position (CP)

X2 = Debt to Equity Ratio (DER) X3 = Return on Assets (ROA)

X4 = Firm Size (FS)

X5 = Shareholder Dispersion (SHD)

b1,2,3,4,5 = Koefisien regresi variabel X1,2,3,4,5 e = error

Data diolah dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS for Windows versi 17.0.


(52)

3.9.3.1.Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen atau prediktornya (Situmorang et

al, 2010: 144). Range nilai dari koefisien determinasi adalah 0 ≤ R2 ≤ 1. Kelemahan penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen. Semakin banyak variabel independen ditambahkan ke dalam model, maka R2 akan meningkat walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap model. Fungsi dari Adjusted R Square adalah mengurangi keraguan tersebut. Nilai Adjusted R Square menunjukkan proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Semakin tinggi nilai

Adjusted R Square maka akan semakin baik bagi model regresi karena

menandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar.

3.9.3.2. Pengujian Hipotesis 3.9.3.2.1.Uji F atau Uji Simultan

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat (Y).

Bentuk pengujian :

H0 : b1=b2=b3=b4=b5=0, artinya variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio

(DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS), dan Shareholder Dispersion (SHD) tidak mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel


(53)

H1 : b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠0, artinya variabel Cash Position (CP), Debt to Equity

Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion

(SHD) mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel

Dividend Payout Ratio (DPR).

Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah:

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima atau H1 ditolak Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima

Jika tingkat signifikansi di bawah 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima

3.9.3.2.1. Uji t (secara parsial)

Dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial. Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-masing koefisien regresi dengan ttabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. Bentuk pengujian :

H0 : b1,b2,b3,b4,b5=0, artinya variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio

(DER), Return on Assets (ROA), Firm Size (FS) dan Shareholder Dispersion

(SHD) secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Dividend Payout Ratio (DPR).

H1 : b1,b2,b3,b4,b5≠0, artinya variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio


(54)

(SHD) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend

Payout Ratio (DPR).

Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini adalah:

Jika thitung < ttabel maka H0 diterima atau H1 ditolak Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima


(55)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Perusahaan 4.1.1. Industri Perbankan

4.1.1.1. PT Bank ICB Bumiputera Tbk

PT Bank ICB Bumiputera Tbk didirikan dengan nama PT Bank Bumiputera Indonesia pada tanggal 31 Juli 1989. Ruang lingkup kegiatan usaha Bank adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bank ini mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 12 Januari 1990 sebagai perusahaan yang dimiliki oleh AJB Bumiputera 1912, perusahaan asuransi jiwa tertua di Indonesia. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 15 Juli 2002. Bank Bumiputera berkantor pusat di Menara ICB Bumiputera, Jalan Probolinggo No.18, Menteng - Jakarta 10350.

4.1.1.2. PT Bank Ekonomi Raharja Tbk

PT Bank Ekonomi Raharja Tbk (dahulu PT Bank Mitra Raharja) didirikan dengan akta notaris Kartini Muljadi, S.H., No. 31 pada tanggal 15 Mei 1989. Bank ini mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8 Maret 1990. Bank Ekonomi dinyatakan oleh Bank Indonesia sebagai bank yang sehat selama 24 bulan berturut-turut sejak pembukaan dan tetap bertahan hingga saat ini. Bank Ekonomi Raharja Tbk berkantor pusat diGraha Ekonomi Jl. Setiabudi Selatan


(56)

Kav 7-8 Jakarta 12920. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go

public pada tanggal 08 Januari 2008.

4.1.1.3. PT Bank Central Asia Tbk

PT Bank Central Asia Tbk didirikan dengan akta Notaris Raden Mas Soeprapto pada tanggal 10 Agustus 1955 No. 38 dengan nama N.V. Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory. Bank ini mulai beroperasi di bidang perbankan sejak tangal 12 Oktober 1956. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 31 Mei 2000. Bank Central Asia berkantor pusat diWisma BCA Jl. Jenderal Sudirman Kav. 22-23 Jakarta 12920.

4.1.1.4. PT Bank Bukopin Tbk

PT Bank Bukopin Tbk didirikan pada tanggal 10 Juli 1970 dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin). Usaha bank mencakup segala kegiatan bank umum dengan tujuan utama memperhatikan dan melayani kepentingan gerakan koperasi di Indonesia. Bank Ekonomi Raharja Tbk berkantor pusat diGedung Bank Bukopin Jl. M.T. Haryono Kav.50-51 Jakarta 12770. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 10 Juli2006.

4.1.1.5. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pada awalnya didirikan dengan nama Bank Negara Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946. Selanjutnya berdasarkan


(57)

Undang-Undang No. 17 tahun 1968, BNI ditetapkan menjadi Bank Negara Indonesia 1946, dan statusnya menjadi Bank Umum Milik Negara. Ruang lingkup kegiatan BNI adalah melakukan usaha di bidang perbankan (termasuk melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah). Bank ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 25 November 1996. Bank BNI Tbk berkantor pusat di Gedung BNI Lantai 24 Jl. Jend. Sudirman Kav.1 Jakarta 10220.

4.1.1.6. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 18 Desember 1968. Ruang lingkup kegiatan BRI adalah khususnya dengan melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, termasuk melakukan kegiatan operasi sesuai dengan prinsip syariah. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 10 November 2003. Bank BRI Tbk berkantor pusat diJl. Jend. Sudirman No. 44-46 Tromol Pos 1094/1000 Jakarta 10210.

4.1.1.7. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk didirikan sebagai bank milik negara, semula dengan nama Bank Tabungan Pos berdasarkan Undang-undang Darurat No. 9 tahun 1950 pada tanggal 9 Pebruari 1950. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 4 tahun 1963 diubah menjadi Bank Tabungan Negara. Pada tanggal 29 April 1989, bank mulai


(58)

beroperasi sebagai bank umum milik negara. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 17 Desember 2009. Bank ini berkantor pusat di Jl. Gajah Mada No. 1, Jakarta Pusat.

4.1.1.8. PT Bank Danamon Indonesia Tbk

PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon) didirikan pada tanggal 16 Juli 1956. Bank Danamon menjadi bank devisa swasta pertama di Indonesia tahun 1976 dan Perseroan Terbuka pada tahun 1989. Ruang lingkup kegiatan Bank adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan melakukan kegiatan perbankan lainnya berdasarkan prinsip syariah. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 06 Desember 1989. Bank ini berkantor pusat di Gedung Menara Bank Danamon, Jl. Prof Dr. Satrio Kav. E4 No. 6 Mega Kuningan, Jakarta.

4.1.1.9. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk didirikan pada 2 Oktober 1998. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Exim and Bapindo–dilebur menjadi Bank Mandiri. Ruang lingkup kegiatan Bank adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bank Mandiri mulai beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1999. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 14 Juli 2003.


(59)

4.1.1.10. PT Bank Bumi Arta Tbk

PT Bank Bumi Arta Tbk semula bernama Bank Bumi Arta Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 3 Maret 1967. Pada tanggal 18 September 1976, Bank Bumi Arta mendapat izin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk menggabungkan usahanya dengan Bank Duta Nusantara. Bank ini terdaftar

(listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 31 Desember 2009. Bank

ini berkantor pusat di Jl. Wahid Hasyim No. 234, Jakarta.

4.1.1.11. PT Bank CIMB Niaga Tbk

PT Bank CIMB Niaga Tbk didirikan pada tanggal 26 September 1955. Ruang lingkup kegiatan Bank adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan melakukan kegiatan perbankan lainnya berdasarkan prinsip syariah. Bank CIMB Niaga mulai melakukan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 27 September 2004. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 29 November 1989. Bank ini berkantor pusat di Jl. Jend. Sudirman Kav. 58, Jakarta.

4.1.1.12. PT Bank Internasional Indonesia Tbk

PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) didirikan pada tanggal 15 Mei 1959 dan memperoleh status bank umum devisa pada tahun 1988 serta mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1989 melalui penawaran umum saham perdana (initial public offering).


(60)

Bank menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan melakukan kegiatan perbankan lainnya berdasarkan prinsip syariah. Bank ini berkantor pusat di Jl. M.H. Thamrin, No. 51, Jakarta Pusat.

4.1.1.13. PT Bank Swadesi Tbk

PT Bank Swadesi Tbk didirikan pada tahun 1968 berdasarkan akta No. 20 tanggal 28 September 1968 dari Njoo Sioe Liep, SH, dengan nama PT. Bank Pasar Swadesi. Bank mendapat izin usaha sebagai bank umum pada tanggal 16 Agustus 1989, kemudian pada tanggal 12 Oktober 1994, bank memperoleh izin untuk melakukan kegiatan usaha sebagai bank devisa. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 01 Mei 2002. Kantor pusat bank di Jl. H. Samanhudi No. 37, Jakarta Pusat.

4.1.1.14. PT Bank Victoria Internasional Tbk

PT Bank Victoria International Tbk didirikan pada tanggal 28 Oktober 1992. Bank mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Oktober 1994, kemudian pada tanggal 25 Mei 1997 bank ini memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagai Pedagang Valuta Asing. Bank mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Oktober 1994. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perbankan yang go public pada tanggal 30 Juni 1999. Bank ini berkantor pusat Gedung Bank Panin Lantai Dasar, Jl. Jend. Sudirman No. 1, Jakarta Selatan.


(61)

4.1.1.15. PT Bank Mayapada Internasional Tbk

PT Bank Mayapada Internasional Tbk didirikan berdasarkan akta notaris No. 196 tanggal 7 September 1989 dari Edison Jingga, SH, pengganti dari Misahardi Wilamarta, SH. Bank ini mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 16 Maret 1990. Bank memperoleh izin usaha sebagai bank devisa pada tanggal 3 Juni 1993 sesuai dengan Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 26/26/KEP/DIR. Bank Mayapada Internasional Tbk ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 29 Agustus 1997. Bank ini berkantor pusat di Mayapada Tower Jl. Jendral Sudirman Kav. 28, Jakarta.

4.1.1.16. PT Bank Mega Tbk

PT Bank Mega Tbk didirikan dengan nama PT Bank Karman berdasarkan akta pendirian tanggal 15 April 1969 No. 32 yang kemudian diubah dengan akta tanggal 26 November 1969 No. 47. Bank mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1969 di Surabaya. Pada tahun 1992 nama Bank berubah menjadi PT Mega Bank dan pada tanggal 17 Januari 2000 berubah menjadi PT Bank Mega Tbk. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 17 April 2000. Bank ini berkantor pusat di Menara Bank Mega, Jl. Kapten Tendean 12-14A, Jakarta.

4.1.1.17. PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk

PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk didirikan berdasarkan akta notaris Noezar, SH, Notaris di Bandung No. 30 tanggal 15 Juni 1974. Kegiatan


(62)

utama Bank adalah menjalankan usaha sebagai Bank Umum. Bank memperoleh ijin usaha sebagai Bank Umum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.Kep-067/KM.17/1993 tanggal 7 April 1993. Bank ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 15 Desember 2006. Bank ini berkantor pusat di Jl. Buah Batu No. 58, Bandung..

4.1.2. Industri Manufaktur

4.1.2.1. PT Asahimas Flat Glass Tbk

PT Asahimas Flat Glass Tbk berdiri pada tanggal 7 Oktober 1971. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri kaca, ekspor dan impor, dan jasa sertifikasi mutu berbagai jenis produk kaca. Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada bulan April 1973. Perusahaan in terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 08 November 1995. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Ancol IX/5, Ancol Barat, Jakarta Utara, serta memiliki pabrik yang berlokasi di kawasan industri Ancol, Jakarta Utara.

4.1.2.2. PT Aqua Golden Missisippi Tbk

PT Aqua Golden Missisippi Tbk resmi berdiri pada tanggal 23 Februari 1990. Perusahaan ini bergerak dalam pengolahan dan pembotolan air minum dalam kemasan. Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1974. Perusahaan in terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 1 Maret 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 1000,- per


(63)

lembar sahamnya. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Pulo Lentut No. 3 kawasan industri Pulogadung Jakarta.

4.1.2.3. PT Astra Internasional Tbk

PT Astra Internasional Tbk. ini berdiri didirikan pada tanggal 20 Februari 1957 berdasarkan akta notaris Sie Khwan Djioe No 67 tanggal 20 Februari 1957. Perusahaan ini terutama bergerak dalam bidang otomotif dan komponennya. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go

public pada tanggal 4 April 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering)

sebesar Rp 1000,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta.

4.1.2.4. PT Astra Otoparts Tbk

PT Astra Otoparts Tbk. ini berdiri didirikan pada tanggal 20 September 1991 berdasarkan akta notaris No. 50 dengan nama PT Federal Adiwiraserasi . Perusahaan ini terutama bergerak dalam bidang perdagangan suku cadang kendaraan bermotor, industri logam dan industri plastik. Perusahaan ini terdaftar

(listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 15 Juli 1998 dengan

harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 500,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Raya Pegangsaan Dua Km 22 Kelapa Gading Jakarta.


(64)

4.1.2.5. PT Sepatu Bata Tbk

PT Sepatu Bata Tbk pertama kali didirikan pada tanggal 15 Oktober 1931 di Indonesia dengan akta notaris Adriaan Hendrick van Ophuijsen No.64. PT Sepatu Bata Tbk. adalah anggota Bata Shoe Organization (BSO) yang mempunyai kantor pusat di Lausanne, Switzerland. Perusahaan ini bergerak di bidang penghasil sepatu. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 24 Maret 1982. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. TMP Kalibata Additional Listing Jakarta.

4.1.2.6. PT Berlina Tbk

PT Berlina Tbk pertama kali didirikan pada tanggal 18 agustus 1969. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan ini meliputi industri plastik dan industri lainnya yang menggunakan bahan pokok plastik dan fiber glass. Perusahaan ini mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1970. Perusahaan ini terdaftar

(listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 06 November 1989.

Perusahaan ini berkantor pusat di Gedung Tifa Lt. 5, Jl. Kuningan Barat 25, Jakarta Selatan.

4.1.2.7. PT Citra Tubindo Tbk

PT Citra Tubindo Tbk pertama kali didirikan pada tanggal 23 agustus 1983. Perusahaan ini memulai kegiatan komersialnya yang meliputi penyediaan


(65)

fasilitas untuk industri minyak yang mencakup jasa penguliran pipa dan pembuatan aksesoris pada tahun 1984, serta mulai menyediakan jasa pemrosesan pemanasan pipa baja tanpa kampuh (seamless) pada tahun 1992. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 28 November 1989. Perusahaan ini berkantor pusat di Kabil Industri Estate, Jln. Hang Kesturi Km 4, Kabil, Batam.

4.1.2.8. PT Delta Djakarta Tbk

PT Delta Djakarta Tbk pertama kali didirikan pada tanggal 15 Juni 1970. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan ini yaitu terutama untuk memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam dengan merek “Anker”, “Carlsberg”, “San Miguel”, “Kuda Putih” dan “San Mig Light”. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 30 Januari 1989. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur-Jawa Barat.

4.1.2.9. PT Goodyear Indonesia Tbk

PT Goodyear Indonesia Tbk semula bernama NV The Goodyear Tire & Rubber Company Limited didirikan pada tanggal 26 Januari 1917. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri ban untuk kendaraan bermotor, pesawat terbang serta komponen lain yang terkait, juga penyaluran dan ekspor ban. Perusahaan mulai beroperasi dalam bidang perdagangan ban pada tahun 1917. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 01 Desember 1980. Perusahaan ini berkantor pusat di Bogor.


(66)

4.1.2.10. PT Gudang Garam Tbk

Perseroan yang semula bernama PT Perusahaan Rokok Tjap “Gudang Garam” Kediri didirikan tanggal 30 Juni 1971. perusahaan ini bergerak di bidang rokok dan terkait dengan rokok. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 27 Agustus 1970 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 1000,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Semampir II/1 Wisselboard 21091 s/d 21096 Kediri.

4.1.2.11. PT HM Sampoerna Tbk

PT HM Sampoerna Tbk. yang semula memiliki nama PT Handaya Mandala Sampoerna Tbk didirikan tanggal 19 Oktober 1963. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan ini meliputi industri perdagangan rokok serta investasi saham pada perusahaan lain. Kegiatan produksi rokok secara komersial telah dimulai sejak 1913 di Surabaya sebagai industri rumah tangga. Pada tahun 1930, industri ini diresmikan dengan dibentuknya NVBM Handel Maatschapij Sampoerna. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 15 Agustus 1990. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Rungkut Industri Raya 18 Surabaya.

4.1.2.12. PT Kageo Igar Jaya Tbk

PT Kageo Igar Jaya Tbk. (Perusahaan), d/h PT Igar Jaya Tbk, didirikan di Republik Indonesia berdasarkan akta No. 195 tanggal 30 Oktober 1975 di Jakarta. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang


(1)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 2.4508 4.1890 3.5256 .30110 82

Std. Predicted Value -3.570 2.203 .000 1.000 82

Standard Error of Predicted Value

.086 .388 .157 .058 82

Adjusted Predicted Value 2.5553 4.2622 3.5223 .31419 82

Residual -1.54066 1.78422 .00000 .65863 82

Std. Residual -2.281 2.641 .000 .975 82

Stud. Residual -2.351 3.178 .002 1.027 82

Deleted Residual -1.93983 2.58276 .00326 .73714 82

Stud. Deleted Residual -2.425 3.387 .006 1.048 82

Mahal. Distance .334 25.711 3.951 4.558 82

Cook's Distance .000 .904 .027 .116 82

Centered Leverage Value .004 .317 .049 .056 82


(2)

(3)

(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 82

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .65862508

Most Extreme Differences Absolute .118

Positive .118

Negative -.091

Kolmogorov-Smirnov Z 1.071 Asymp. Sig. (2-tailed) .202 a. Test distribution is Normal.


(5)

(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 1.569 .679 2.310 .024

LNCP -.061 .045 -.180 -1.360 .178

LNROA -.089 .053 -.220 -1.669 .099

FS -.029 .024 -.137 -1.207 .231

LNSHD -.020 .059 -.038 -.338 .736