Laju Inflasi Perubahan Kerangka Ekonomi Makro

Perubahan RKPD Tahun 2015 14 Tabel 1. 3 PDRB dan Pendapatan Per Kapita Kota Dumai Dengan Migas dan Tanpa Migas, 2009-2013 Juta Rupiah Rincian Berlaku Konstan 1 2 3 1. PDRB Per Kapita 2009 21,44 7,80 2010 25,77 8,22 2011 30,07 8,60 2012 34,37 9,04 2013 40,17 9,72 2. Pendapatan Per Kapita 2009 19,60 7,13 2010 23,56 7,52 2011 27,49 7,86 2012 31,42 8,27 2013 36,73 8,89 Keterangan : angka perbaikan angka sementara angka sangat sementara Sumber : BPS Kota Dumai, 2014 Pada periode yang sama, secara riil melalui PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan arah yang juga meningkat dari 7,80 juta rupiah tahun 2009 naik menjadi 9,72 juta rupiah di tahun 2013, dan berarti ada peningkatan daya beli riil penduduk Dumai selama periode tersebut. Masih dari table 2.6, seiring dengan perkembangan PDRB per kapita maka pendapatan per kapita Dumai atas dasar harga berlaku selama periode 2009-2013 juga mengalami kenaikan dari 19,60 juta rupiah di tahun 2009 menjadi 36,73 juta rupiah pada tahun 2013. Pada kurun waktu yang sama, secara riil tampaknya pendapatan per kapita memiliki pola yang sama dengan PDRB per kapita yaitu mengalami kenaikan dari 7,13 juta rupiah di tahun 2009 menjadi 8,89 juta rupiah pada tahun 2013.

1.4.3 Laju Inflasi

Berdasarkan hasil pemantauan oleh BPS Kota Dumai pada bulan April 2015, Kota Dumai mengalami inflasi sebesar 0,38 persen dengan Indeks Harga Konsumen IHK sebesar 118,95. Laju deflasi tahun kalender April 2015 terhadap Desember 2014 sebesar 0,54 sedangkan laju inflasi “year on year” April 2015 terhadap April 2014 sebesar 6,47 persen. Inflasi di Dumai terjadi karena adanya peningkatan indeks harga pada 5 tiga kelompok pengeluaran yaitu kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,55 persen, kelompok Perubahan RKPD Tahun 2015 15 makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,92 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,18 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas bahan bakar sebesar 0,04 persen, sedangkan satu kelompok mengalami deflasi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,35 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dan relatif stabil. Di Kota Dumai pada April 2015, komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di Kota Dumai antara lain : bensin sebesar 0,25 persen, bawang merah sebesar 0,15 persen, daging ayam ras sebesar 0,07 persen, air kemasan sebesar 0,05 persen, gula pasir 0,03 persen, rokok kretek filter 0,02 persen, rokok kretek sebesar 0,02 persen, sewa rumah sebesar 0,02 persen, kopi bubuk sebesar 0,02 persen, beras sebesar 0,02 persen, kopi manis sebesar 0,01 persen, solar sebesar 0,01 persen, ketimun sebesar 0,01 persen, telur ayam ras 0,01 persen, cabai merah 0,01 persen, jeruk sebesar 0,01 persen, biskuit sebesar 0,01 persen, bahan bakar rumah tangga sebesar 0,01 persen, sate sebesar 0,01 persen, kentang sebesar 0,01 persen, sampo sebesar 0,01 persen, dan lain sebagainya. Kelompok komoditas yang memberikan andilsumbangan inflasi adalah kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,26 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,19 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dan kelompok kesehatan sebesar 0,01 persen. Sedangkan kelompok komoditas yang memberikan andilsumbangan deflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,09 persen. Kelompok komoditas sandang dan kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olah relatif stabil. Gambar 1. 1 Inflasi Bulanan Kota Dumai Sumber: www.dumaikota.bps.go.id, tanggal akses 26 mei 2015 Terkait hal tersebut, terdapat beberapa hal yang masih menjadi tantangan perekonomian Kota Dumai, seperti: 1. Berlakunya perdagangan bebas antara Asia Tenggara dan China ACFTA 2010 dan Asean Economic Community AEC 2015; Perubahan RKPD Tahun 2015 16 2. Masih tingginya permintaan impor produk bahan baku industri; 3. Longgarnya penerapan kebijakan pengurangan subsidi BBM; 4. Pengaruh fluktuasi ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi regional; 5. Keterlambatan pembangunan infrastruktur; 6. Alih fungsi lahan yang tidak sesuai peruntukan; 7. Kerentanan wilayah terhadap bencana; 8. Kebijakan sektoral yang kurang sinkron. 9. Masih belum ditetapkannya Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Dumai. Sejalan dengan berbagai tantangan tersebut, beberapa kondisi yang dapat menjadi peluang adalah: 1. Ditetapkannya Kota Dumai sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan Pusat Kegiatan Stategis Nasional didalam RPJMN tahun 2011-2015 2. Semakin meningkatnya peluang pasar ekspor; 3. Meningkatnya dukungan program CSR Corporate Social Responsibility 4. Meningkatnya peluang investasi; 5. Meningkatnya daya saing produk industri dan pemantapan struktur pengembangan industri; 6. Keterbatasan lahan di daerah lain; 7. Tingginya kepadatan pelabuhan di Singapore dan Jakarta; 8. Mulai terbukanya kerjasama pemerintah dengan swasta; 9. Akselerasi dan komitmen dukungan infrastuktur MP3EI dalam konteks pengembangan potensi wilayah; Perubahan RKPD Tahun 2015 17

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015